Hyunbin terduduk lesu dibalik meja kerjanya, salah seorang dokter bedah baru saja meminta bantuannya untuk membantu operasi besok siang. Ia tidak masalah dengan operasi, toh dulu semasa kuliah juga sudah pernah di praktekkan, yang jadi masalah itu operasi besok akan berlangsung selama 12 jam.
Ah, Hyunbin rasanya ingin menolak permintaan tersebut mentah mentah, kalau saja ia tidak ingat bahwa keberaadannya yang masih baru disini. Mau tidak mau, siap tidak siap, Hyunbin harus tetap menjalaninya. Itu berarti ia harus absen mengunjungi Minhyun esok hari.
Awalnya, Hyunbin memang berpikir untuk tidak mengunjungi Minhyun sehari karna jadwal operasi tersebut, namun faktanya ia sudah empat hari absen tidak mengunjungi kakak bidadarinya itu. Emm—kira kira apa yang sedang dilakukan Minhyun sekarang ya?
"Dokter Kwon, pasien kesayanganmu datang" suara dokter Kang, memecah lamunan Hyunbin. Lelaki berbahu lebar itu lantas beralih menuju mejanya dan menyimpan stetoskop di tempat biasa.
Pasien kesayangan? Siapa? Minhyun? Jangan bilang Minhyun menyakiti dirinya lagi.
Tanpa membalas perkataan dokter Kang, Hyunbin melesat meninggalkan ruangan dengan wajah khawatir.
"Aneh sekali, tidak biasanya dia langsung lari meninggalkan ruangan saat ku beri tau ada pasien" monolog dokter Kang. Dia memang tampan sih, tapi ia juga punya kebiasaan berbicara sendiri.
Setelah mengabaikan Hyunbin, dokter Kang ikut meninggalkan ruangan. Shiftnya hari ini akan berakhir lima menit lagi, jadi ia segera menuju ke ruangan poli gigi untuk mengambil beberapa barang titipan sang kakak untuk di bawa pulang.
Omong omong, dokter Kang punya seorang kakak laki laki yang juga bekerja di rumah sakit ini, dia seorang dokter gigi. Dan karna bagian sayap kiri rumah sakit akan di renovasi minggu depan, maka beberapa ruangan termasuk ruangan dokter poli gigi sementara di pindahkan ke bagian sayap kanan.
Papan peringatan di tengah lorong bagain sayap kiri sudah terpasang, hanya meninggalkan beberapa barang saja sampai garis pembatas benar benar terpasang agar tidak ada lagi manusia yang berkeliaran sekitar sini. Seperti yang di harapkan dari papan peringatan, sepanjang lorong sepi tak terjamah, dokter Kang jadi agak sedikit was was.
Tapi untung saja lelaki berbahu lebar itu berhasil mencapai ruangan poli gigi, dan mendapati meja bertuliskan 'Kang Dongho' disana. Tanpa berpikir hal lain lain, dokter Kang segera memasukkan beberapa benda milik sang kakak yang masih tertinggal disana ke dalam kardus, ia bisa segera pulang setelah ini.
"Dokter Kang" sebuah suara mengejutkan dokter Kang yang saat itu sedang membelakangi pintu, takut takut pemilik suara itu bukan manusia.
Dokter Kang mengelus dadanya berkali kali, lega setelah mendapati sesosok manusia mulai berjalan mendekat ke meja sang kakak. Lantas senyuman si dokter mengembang, menyambut kedatangan pasien kesayangannya. Dikira Hyunbin saja yang punya pasien kesayangan? Dokter Kang Daniel juga punya, satu pasien kesayangan.
"Jadi, apa keluhanmu, hmm?" tanya dokter Kang begitu si pasien duduk di kursi seberangnya. Tidak peduli shiftnya sudah berakhir, tidak peduli juga ini ruangan poli gigi, pasien kesayangan harus tetap di obati.
"Aku merasa tubuh ku panas, mungkin gejala demam. Tapi aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada tubuhku, bisakah dokter memeriksanya?" keluh pasiennya.
Dokter Kang mengangguk, "Berbaringlah disana aku akan memeriksamu" titah si dokter yang langsung dituruti oleh pasiennya.
Pasien kesayangan dokter Kang berjalan lemas ke arah ranjang rumah sakit yang untungnya masih belum di pindahkan, jadi si pasien bisa langsung berbaring disana. Sudah. Si pasien sudah berbaring, dokter Kang berjalan mendekat ke sisi ranjang.
"Oh iya, stetoskopku sudah ku tinggalkan di ruangan" dokter Kang menepuk dahinya, "Aku akan mengambilnya" sebelum si dokter beranjak, pasiennya lebih dulu menahan pergelangan tangan dokter muda tersebut.
"Tidak perlu dokter Kang. Kau bisa menggunakan bibirmu untuk memeriksaku sebagai gantinya" saran si pasien tanpa sungkan sungkan.
Dokter Kang menyeringai mendengar penuturan pasien kesayangannya, "Baiklah, mula mula kita cek dulu suhu tubuhmu" tubuh dokter Kang tiba tiba condong ke depan, menempelkan bibirnya cukup lama di dahi pasiennya, "Suhu tubuhmu normal kok" tanggap si dokter setelah melepaskan bibirnya.
Pasiennya menggeleng ribut, "Tidak dokter Kang, aku merasa tidak enak badan" lanjutnya disertai rengekan.
Dokter Kang mengamati lagi wajah si pasien, "Tapi, bibirmu memang kelihatan pucat sih"
"Tuh kan, apa ku bilang. Bisa kau memeriksa bibirku juga?" tanyanya. Dokter Kang mengangguk tanpa ragu.
Mencondongkan tubuhnya lagi, untuk menempelkan bibirnya pada bibir si pasien. Memang hanya menempel sih, pada awalnya. Tapi Dokter kan harus benar benar memeriksa, bagaimana bibir pasiennya tampak pucat sedangkan suhu tubuhnya normal.
Bibir dokter Kang mulai aktif memberi lumatan pada bibir bawah si pasien, bergerak perlahan menyesap dua belah bibir tersebut. Sesekali memberi gigitan lembut dan jilatan jilatan di sepanjang bibir tipis pasiennya.
"Ngghh—" lenguhan pertama dari bibir pasiennya membuat dokter Kang semakin bersemangat untuk menelan habis bibir seseorang dalam kungkungannya ini. Oh, bahkan dokter Kang tidak ingat kapan posisinya sudah berubah jadi di atas tubuh si pasien.
Tangan kanan dokter Kang bertengger di puncak kepala, dan tangan kirinya sibuk menyusuri lekuk tubuh si pasien mulai dari dada hingga turun ke pinggang, lantas memberi sedikit remasan disana. Sedangkan si pasien juga sibuk meremas rambut dokter Kang, tangan kanannya ia gunakan untuk menyusuri lengan berotot dokternya.
"Bibirmu sudah tidak pucat lagi sekarang" ucap dokter Kang setelah sesi memeriksa bibir pada pasiennya berakhir.
"Dokter, bisakah kau memeriksan jantungku juga? Aku tidak tau kenapa dia tiba tiba berdetak kencang?" si pasien kembali merengek, dokter Kang tentu tidak punya pilihan lain bukan?
Perlahan dokter Kang melepas kancing kemeja pasiennya. Tidak semua kok, hanya tiga teratas saja agar pemeriksaan pada jantungnya semakin akurat. Dokter itu menjilat bibir bawahnya sebentar, sebelum menempelkan bibirnya di sekitar leher pasiennya. Mengecup dan menjilatnya ringan tanpa meninggalkan tanda.
"Ngghh—Dokter Kang, yang aku keluhkan itu jantungku, bukan leherku" peringat si pasien, meskipun sempat mendesah di awal.
"Ah, maaf" tubuh dokter Kang merosot ke bawah, berhadapan langsung dengan dada pasiennya yang entah kenapa tiba tiba saja membusung. Segera saja dokter Kang menciumi daerah detakan jantung, meskipun kadang bibir nakal si dokter berakhir dengan mengulum nipple pasiennya, memberi jilatan panjang dan menarik lembut menggunakan bibir.
"Ahh—dokter Kang. Apa—jantungku baik baik saja?" tanya si pasien polos.
"Dokter Kang! Dokter Ong!" itu suara Hyungseob, setelah menjatuhkan sebuah map akibat terkejut melihat perbuatan tidak senonoh dua dokter seruangannya.
"Dasar dokter cabul!" cibir Woojin.
TBC
Maaf apdetnya lama :(( maaf juga level ini ga ada minhyunbinnya, ongniel dulu gapapa ya sebagai selingan 🙏
YOU ARE READING
0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbin
Fanfiction[COMPLETED] cerita spinoff 👉 0256 minhyunbin ↪ 9201 winkdeep ↪ 5307 guanho ⤵ spinoff 0256 sudah di publish dengan judul 9201 dan spinoff dari 9201 sudah di publish dengan judul 5307 ⤵ [private dibagian rada anu] di pertemuan pertama, hyunbin bilan...