Musim gugur tahun ini genap sudah setahun,, aku mengaguminya dari jauh. hanya berani menatap tanpa berucap. Styvan,,lelaki yang kukagumi.
ketua tim basket di sekolahku sekaligus seniorku. Di lapangan basket itu selalu ku melihatnya mendrible bola dengan peluh di pelipisnya. Namun, di lapangan itu juga ku lihat banyak perempuan lain yang mengaguminya, meneriaki namanya bahkan mereka berani mengusap peluh di pelipisnya. iri? tentu aku iri namun apa yang bisa kulakukan?
Saat jam istirahat, aku selalu menyempatkan diri pergi ke kantin, tujuanku bukan untuk mengisi perut atau sekedar ngobrol dengan teman, tapi untuk melihat ia tertawa bersama temannya di meja favoritnya. senang rasanya, walau hanya melihat senyumnya aku merasa sedang tersenyum bersamanya.
Hingga tiba hari kelulusan Styvan,,aku tak pernah menyatakan cintaku padanya. eye contact saja aku tak berani, apalagi harus menyatakan perasaanku. jika waktu dapat berputar, aku akan memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku, di depanmu, menatap mata indahmu, tanpa harus malu dan takut di tolak olehmu.
yah.. itulah yang terakhir dariku. hanya sebatas itu keberanianku atas perasaanku.
YOU ARE READING
Perasaan yang Terkubur
Short Storyhanya sebuah catatan kecil di bangku sekolah. tentang sebuah rasa yang hanya tergambar dari tatapan mata, tanpa ada sepatah kata yang berucap.