01

1K 86 9
                                    

Hoseok pov

Suara decitan pintu terdengar menggema diruang tamu rumahku.
Aku berjalan dengan lesu menuju kamarku /tak tak tak.
Ketukan sepatu yang ku pakai memecah keheningan malam yang cukup dingin ini.

Saat sampai dedepan pintu, aku menyempatkan diri melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 00.35.
/braak/ aku menutup pintu dengan sedikit mambanting setelah aku masuk kedalamnya. Aku langsung melempar tubuhku keatas kasur empukku tanpa membuka sepatuku terlebih dulu.

Sunyi. . . Sepi . . .
Itulah yang aku rasakan semenjak kepergian kedua orang tuaku dan kakak perempuanku. Tidak, mereka tidak meninggal. Aku yakin itu karna polisi tidak menemukan keberadaan jasad mereka. Aku sendiri tak tau apa penyebab kepergian mereka. Mereka hilang secara bergilir. Yang paling aku ingat adalah sehari sebelum hilangnya kakakku, Ia nampak begitu ketakutan dan kacau.

/tok tok/ suara ketukan dari jendelaku membuyarkan lamunanku. Ku lirik jendela yang masi tertutup gorden dengan malas.
Karna sudah terbiasa dengan suara ketukan yang hampir setiap malam terdengar dikamarku, akupun mengacuhkan suara tersebut.












••●••

Aku berjalan disebuah hutan tanpa alas kaki. Aku sangat asing dengan hutan ini. Hutan ini sangat lebat, bahkan aku tak bisa merasakan sinar matahari menyentuh kulitku. Dan satuhal lagi, kini aku tengah mengenakan kemeja putih kebesaran. Aku tak pernah ingat jika aku punya kemeja seperti ini.
Aku terus berjalan tanpa tahu arah hingga sesuatu menghalangi jalanku.
Terdapat banyak sulur tanaman saling bergelantungan didepanku. Akupun berusaha menyibak beberapa sulur yang tepat berada di depan wajahku. Namun aneh, sulur-sulur itu bergerak sendiri dan melilit kedua tangan dan kakiku. Sulur-sulur itu terus menarik tangan dan kaki kananku kesamping kanan hingga kakiku benar-benar terbuka lebar dan mengangkat tubuhku hingga kakiku tak berpijak tanah sedikitpun.
Aku terus berusaha melepas lilitan tersebut. Namun semakin aku mencoba melepasnya, sulur itu semakin melilit kaki kananku hingga kebagian paha atasku. Aku semakin bergerak gelisah saat ujung sulur menyetuh daerah privasiku.

/jleb/aaaarrgghh/ teriakanku terdengar menggema, sungguh daerah privasiku benar-benar sakit. Aku merasakan sesuatu terus menusuk daerah privasiku hingga aku dapat merasakan cairan mengalir dari sana.
Aku hanya mampu terisak dan menggigit bibirku hingga tiba-tiba semuanya terasa semakin gelap.












••●••

/hah. . . hah. . / nafasku terus memburu dan keringat dingin membanjiri dahiku. Aku melirik seluruh ruangan. Ternyata aku masih berada di kamarku. Hanya mimpi.
Tapi tunggu dulu, aku merasa nyeri dibagian selatan tubuhku.
Betapa terkejutnya aku ketika aku dapat melihat darah kental mengalir dari daerah privasiku.
Hey! Bukankah ini hanya mimpi.
/plak/ aku menampar pipiku sendiri lalu memejamkan mataku berharap kalau ini hanya mimpi.

Setelah beberapa detik, akupun berusaha membuka mataku dan melihat daerah privasiku.
/haaah. . . ./ aku menghela napas panjang.
Ternyata benar hanya pengaruh mimpi burukku. Tidak ada setitik darah pun disana.
Akupun memutuskan untuk melanjutkan tidurku.










••●••

Aku membuka mataku secara perlahan. Hutan ini lagi ?
Apakah aku kembali bermimpi ?
Tangan dan kakiku masih terlilit sulur. Aku hanya diam tak mampu mencerna apa yang sedang terjadi.
Hingga tiba-tiba aku melihat sesosok laki-laki dari kejauhan. Ia berjalan kearahku. Aku pun berteriak berharap ia mendengarku dan menolongku.
Namun aku langsung terdiam ketika menyadari ada yang aneh. Ia mirip denganku. Bahkan ia memakai kemeja yang sama denganku. Ia semakin mendekat, aku memperhatikannya dengan jantung yang berdegub lebih kencang.
Ia tepat berdiri didepanku. Wajahnya begitu dekat dengan wajahku. Ia benar-benar mirip denganku. Hanya saja tak ada mata kanan diwajahnya. Aku dapat melihat jelas rongga mata yang menganga cukup besar itu. Ditambah darah segar yang masih mengalir darisana membuatku gemetar.
"Hai"
Aku benar-benar tak percaya. Bahkan suaranya pun mirip denganku.
"Kenapa terkejut seperti itu ? Apakah kedua orang tuamu tak mengenalkanku padamu ?"
Aku hanya diam. Aku bingung harus berkata apa.

Jari tangannya mendekat kearah mata kananku. Aku terisak ketika kuku panjangnya sedikit bermain disana. Aku benar-benar takut.
/jleb/sreek/

"Aaakkkkh. . Apa yang kau lakukan pada mataku ?!"
Ia benar-benar menusuk mataku dan mencabutnya hingga keluar dari tempatnya.
"Aku hanya mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milikku"
Tak hanya itu, ia merobek kemeja yang ku pakai. Tangannya terulur menembus dadaku. Aku dapat merasakan sakit yang menjalar di sekujur tubuhku.
Ia nampak menarik sesuatu dari dalam tubuhku dan aku tahu apa itu. Sekali lagi, aku hanya mampu menangis.

"Jantung ini juga milikku. Apa kau benar-benar tak tahu siapa diriku?"
Ia menatapku dengan datar.
"Aku adalah cloningmu. Kau tahu betapa aku membenci kedua orang tuamu karna tak membiarkan aku dekat denganmu ? Bahkan mereka membunuhku setelah aku tak berfungsi lagi"

Mata kiriku membola, aku tak percaya orang tuaku sekeji itu.
"Dan. . . Kakakmu. . . Aku juga membencinya karna ia bisa dekat denganmu, sedangkan aku tidak. Jadi, aku mengirim mereka ke neraka"

Aku hanya dapat meringis kesakitan saat merasakan ia meremas jantungku. Sungguh sakit.

"Dan satu hal lagi. Aku benci ketika kau mengacuhkanku"
Ia menarik kembali tangannya.
Nafasku mulai tercekat. Mungkin ini adalah akhir dari hidupku.
Tubuhku mulai lemas. Sulur-sulur tanaman mulai melepas lilitannya dan membuatku jatuh ketanah.

Kesadaranku hampir hilang sepenuhnya sebelum aku sayup-sayup mendengar ia berkata
"Bangun dan jangan acuhkan aku"







••●••

/haah. . . Haah. . ./ nafasku terengah. Aku terduduk dari tidurku dan mengusap dahi basahku.
Aku terus meraup oksigen sebanyak mungkin.
Tiba-tiba. . .
/tok tok/ suara ketukan itu terdengar lagi. Aku pun melirik jendela kamarku.
Aku terperanjat. Aku dapat melihatnya sedang berdiri didepan jendela dan tersenyum lebar kearahku. Bahkan aku dapat melihat kedua sudut bibirnya mampu menyentuh telinganya.
"Hai"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc or and ku bingung

Jujur, sebenarnya ini cerita buat plot rp. Tapi ku syudah malas ngerp iaia
Jadi disini aja dah. Jadiin shiki pemeran utamanya ahaay

Abaikan typo, kebot saya rada idiot emang. Suka geser" hurufnya. /plak/

Tq chagi :*

NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang