TURUT BAHAGIA

5.7K 719 86
                                    

Sudah lebih satu tahun Al menghilang dari kehidupan Prilly. Dalam waktu itu juga, Prilly dan Ali membina rumah tangga tanpa ada bayang-bayang masa lalu.

Setelah mereka menikah, Ali tinggal di rumah Tiyo karena orang tua Prilly tidak mau anak semata wayangnya jauh dari mereka. Inilah salah satu alasan Tiyo bersikukuh menentang hubungan Al dan Prilly. Selain beda agama, Tiyo juga takut, jika Prilly bersama Al akan meninggalkan rumah itu.

"Sayang," panggil Ali sudah siap dengan pakaian dinasnya.

Prilly yang sedang di kamar mandi menyahut, "Iya, sebentar."

Selesai buang air kecil, Prilly pun keluar. Dia sudah rapi dengan busana kerja, kemeja biru bunga-bunga kecil lengan panjang dan celana kain hitam panjang.

"Ayo!" Prilly mengambil tas selempangnya di atas meja rias.

Ali mengangguk dan menjinjing kopernya. Mereka menuruni tangga dengan senyum kebahagiaan, Prilly menggandeng lengan Ali posesif. Sampai di ruang makan, mereka disambut senyum hangat Tiyo dan Bekti.

"Selamat pagi, Ma, Pa," sapa Prilly menarik kursi lantas duduk bergabung di meja makan bersama orang tuanya.

"Pagi," jawab Tiyo dan Bekti bersamaan.

Ali menarik kursi dan duduk di sebelah Prilly, dengan perhatian dan kasih sayang, Prilly pun melayani Ali. Mengambilkan sarapan untuknya dan menuangkan air putih di gelas Ali.

"Mau terbang ke mana, Li?" tanya Tiyo bangga memiliki mantu sesuai yang dia harapkan.

"Ke Jayapura, Pa," jawab Ali sopan.

"Jauh ya? Berapa jam penerbangan kalau ke sana?" sahut Bekti telah berlapang dada menerima Ali sebagai menantunya.

"Kurang lebih 5 jam, Ma."

"Ya Allah, lama juga ya? Nggak takut di ketinggian berjam-jam begitu?" heran Bekti.

Prilly dan Tiyo terkekeh melihat wajah Bekti keheranan. Sedangkan Ali hanya tersenyum.

"Sudah biasa kali, Ma. Namanya juga pilot, mau di atas pesawat berjam-jam sudah makanan sehari-hari. Masih mending itu 5 jam, kalau Ali ditugaskan ke luar negeri bisa belasan jam," terang Prilly.

"Hah?! Beneran, Li?" tanya Bekti diangguki Ali. "Tapi ada yang menggantikan kamu kan?" lanjut Bekti khawatir.

"Ada kok, Ma. Mama tenang saja," ucap Ali melegakan hati Bekti.

Mereka menyelesaikan sarapan dengan selipan obrolan yang hangat.

***

Meskipun jauh dari Prilly, tapi Al selalu mendapatkan kabar mengenai kehidupan mantan kekasihnya itu. Diam-diam, Maya masih memerhatikan Prilly dari jarak jauh. Saat Prilly menikah, Maya hanya bisa mendoakannya dari jauh, karena keluarganya tidak ada satu pun yang diundang. Dia turut bahagia melihat Prilly bisa melanjutkan hidup tanpa bersama putranya.

Maya duduk di teras rumah, melihat pekarangannya yang ditanami berbagai jenis bunga anggrek kesukaan dia. Merasa kesepian sendiri di rumah, dia pun menelepon salah satu putranya yang kini sedang jauh darinya.

"Halo, Al," sapa Maya ketika Al menerima teleponnya.

"Iya, Ma. Mama sehat?" tanya Al dari seberang.

Sejak dia layar, Al belum sekali pun pulang ke rumah. Terkadang Maya, El, dan Dul yang datang ke tempat kapal sandar.

"Sehat. Kamu bagaimana?" tanya Maya yang selalu mengkhawatirkan keadaan Al.

Apalagi terakhir mereka bertemu, Al terlihat kurus, penampilan pun tidak seperti dulu, sekarang kucel dan seperti tidak dirawat.

"Sehat, Ma."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEKASIH BAYANGAN (Komplit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang