Selamat pagi dunia. Awal dari akhir yang selalu ku tunggu menjadi remaja seutuhnya. Welcome to Senior Highschool! Terimakasih kepada mama, papa dan adik-adikku yang telah membantuku masuk ke SMA yang menjadi prioritas kedua ku, setelah aku ditolak di SMA yang menjadi prioritas pertamaku. Terimakasih kepada pengawas UN SMP ku yang telah memberikan ku paket ujian yang salah serta menyebabkan nilai Bahasa Indonesia ku jatuh diangka 5. Dan, kenalkan aku, Tia Anggraeni.
Ini ternyata jauh lebih menyenangkan dari yang aku bayangkan. Finally, kalimat dari masa SMA adalah waktu-waktu yang tak mungkin di lupakan terjadi dalam hidup seorang Tia. Entah dapat kutukan dari mana sejak masuk kelas 1 SMP. Setiap hari pertama masuk sekolah, aku selalu demam dan tidak bisa menyambut bahagia hari pertama masuk sekolah.
Hal ini menyebabkan banyak kerugian, yang diantaranya. Aku tidak bisa merasakan deg-degan masal dengan anak-anak baru karena ketemu kakak kelas yang mukanya jutek, gak bisa kenalan perdana dengan orang-orang yang asalnya dari seluruh bagian kota Bogor, dan selalu mendapatkan bangku tak berkawan yang menjadi sisa di kelas baru.
Tapi syukur, hari ini aku bertemu dengan Aini, kawan sebangku ku yang duduk di pojok belakang.
"Kamu duduk disini saja, belum ada orang"
"Oh iya makasih ya"
"Kamu kemarin ngga masuk ya?"
"Iya, sakit"
"Berarti perkenalan dirinya baru hari ini?"
"Harus ya?" kujawab setengah jutek. Aini mengangguk sembaring sesekali membenarkan kerudungnya.Di depan kelas ada laki-laki kurus yang bajunya sudah di keluarkan di hari kedua sekolah, dan memegang sapu. Tapi aku yakin dia bukan seksi kebersihan. Karena sapunya di putar-putar kaya pemimpin marching band itu loh.
"Ada dua anak ya, yang baru masuk hari ini?" mendengar dia bicara seperti itu, aku merasa tenang. Karena bukan aku saja yang bakal memperkenalkan diri di depan kelas.
Seorang laki-laki juga maju kedepan kelas dengan pede nya. Kedua tangannya di masukan ke dalam kantong celana. Dia cukup tinggi dibandingkan laki-laki yang lain.
"Satu lagi, maju dong sini" kata si laki-laki pemegang sapu itu menunjukku. Aku maju.
"Cowo dulu deh, cewenya belakangan. Biar kalau tanya-tanya enak. Hahaha"
Si cowo itu bernama Agus. Dia baru saja selesai mengurus berkas pindah kelas dari IPS ke IPA. Makanya dia baru bisa masuk kelas IPA di hari kedua masuk sekolah.
Sebenarnya, aku ini orangnya agak sengklek. Bukan kaya cewe-cewe yang ada di cerita roman begitu. Aku suka ngebanyol dan nyablak kalau sudah bercanda. Jadi, maaf kalau pembaca kecewa.
"Kenalin nama gue Tia Anggraeni, atau kalian bisa manggil gue. Raline, dari Raline Shah" banyol ku didepan kelas.
Ada beberapa dari mereka sudah keliatan ngga nafsu berteman dengan ku, termasuk Aini yang sekarang menjadi teman sebangku ku.
"Raline sudah punya pacar belum?" Kata si laki-laki pemegang sapu tadi yang ku kenal dengan panggilan Apeng. Ya biasa, namanya juga laki-laki, paling ngegodanya itu-itu saja. Aku menggeleng.
"Kan hari pertama masuk. Berarti hari ini piket ya. Bantuin Adi ngepel itu di belakang. Sini-sini" Apeng menuntun ku. Tapi tunggu, manusia macam apa, dia? Menyuruh orang seenak jidat untuk ngepel kelas ?
Adi yang lagi ngepel tumpahan air di lantai terlihat pasrah sambil menatap harap-harap cemas ke aku. Aku senyum sedikit dan membantunya.
---
Hari kedua sudah membuat ku punya impresi jelek ke Apeng. Karena menyuruhku seenak jidat seperti kemarin itu.
Posisi dudukku yang benar-benar di ujung belakang, mengganggu ku untuk belajar. Sehingga aku menyarankan untuk rolling tempat duduk ke ketua kelas. Ada yang setuju ada juga yang terganggung dengan kehadiranku, ya aku tidak peduli. Karena kami, parq barisan belakang sudah capek untuk duduk di lantai depan kelas dan mencatat materi.
"Berarti kita rolling saja, ya?" tegas Rahman berdiri di depan kelas selaku ketua kelas.
Kami murid-murid terbelakang merasa lega atas keputusan tersebut. Tapi ya ada saja yang tetap kekeh mau duduk di depan.
"Ya atau ngga siapa cepat di dapat lah." intruksi salah seorang teman sekelasku.
"Ya jangan begitu juga. Sudah benar rolling saja, lagian juga kan nanti pasti bakal kebagian semua. Bagaimana sama yang rumahnya jauh? Masa tiap hari berangkat subuh cuman supaya ga duduk di belakang ?" argumen kuat dari laki-laki yang ku kenal ia dengan nama Ale.
Ternyata argumen kuat Ale membuat kelas setuju dengan kebijakan rolling itu. Terimakasih Ale.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Lion
RomanceKalau sudah sayang, baik buruknya seseorang dapat diterima dengan mudah. Termasuk kesalahan besar sekalipun.