1

80K 2.9K 183
                                    

"Aahh oohh... nikmatnya. . ."

Seorang gadis tengah duduk bersandar dengan kepala menengadah, rok pendek miliknya setengah terbuka dengan jarinya yang tengah bergesekan dengan 'sesuatu' miliknya. Ia mengumpat, bagaimana Jehanna, yang merupakan temannya, mengirimkan sesuatu padanya dan memerintahkan ia agar mendesah dengan ponsel tersambung pada Jehanna dan Killua. Dengarlah, dua gadis di seberang sana tengah cekikikan mendengar suara desahan milik Edelweiss.

Edelweiss terengah, "Sudahlah Je, kau keterlaluan!" Edel mematikan ponselnya, menarik jari jemarinya dari balik rok pendek miliknya, ia menatap cairan bening yang menempel di jari telunjuknya.

"Ewwwh, mirip sekali ingus milik Caroline." Ia mengibas-ngibaskan tangannya, berharap cairan lengket itu hilang dari tangannnya, namun naasnya cairan itu tak mau lepas dari jemari Edel hingga akhirnya ia memutuskan untuk mandi.

Jumat sore yang melelahkan sekaligus menjengkelkan setiap ia mengingat permainan truth or dare yang dilakukannya bersama dua teman kampusnya, dan baru saja ia menyelesaikan dare dari salah satu temannya, Jehanna. Kekanakan memang, tapi apa perdulinya? Yang terpenting senang dan hari senin mendatang ia akan kenyang mengingat Killua yang juga salah satu temannya harus membawa banyak cemilan karena permainan sialan itu.

Ia berdiri di depan cermin, wajah cantik yang ada padanya tidak membuat ia cukup percaya diri berada di khalayak ramai. Berbeda dengan Jehanna si cantik yang dikenal karena gemar berdandan di Youtube, Killua si cantik yang suka tantangan, sedangkan ia si cantik dengan sifat ketusnya.

"Aku heran dengan semua orang yang mengataiku cantik, di mana cantiknya? Demi Tuhan, jika aku cantik sudah pasti aku berada di panggung dan memakai mahkota." Edel berkacak pinggang, ia meneliti tubuhnya dari atas hingga bawah, tubuhnya proporsional tidak kurang tidak lebih, pas. Tidak seperti Killua yang berwajah imut dan bertubuh mungil namun memiliki dada dan bokong besar, tidak seperti Jehanna yang memiliki tinggi badan yang sudah seperti model pakaian dalam dengan merek terkenal.

"Ah aku baru tahu jika memikirkan hal tidak penting membuat perut jadi lebih cepat lapar," ujarnya sambil merapikan rambut yang sedikit basah. Padahal tanpa sadar ia merasa lapar karena aktivitas ranjangnya beberapa waktu lalu.

Edel turun ke meja makan, ayah dan ibunya tengah berpergian ke Swiss tempat kakek dan nenek dari pihak ayah tinggal, jadi ia hanya di mansion sendirian ah lebih tepatnya hanya ditemani para pekerja. Maid ternyata belum menyiapkan makanan, jam menunjukan pukul 3 sore pantas saja mengingat Edel tidak terbiasa makan di jam-jam tersebut.

Seorang maid menghampirinya dengan langkah cepat kearah Edel, sedangkan gadis itu cuek saja.

"Nona, Mrs. Sanders ada di depan." Edel mengalihkan matanya yang tengah meminum susu kotak kepada maid dengan seragam hitam putihnya, seperti di anime-anime, ia yang meminta hal tersebut pada kedua orang tuanya

Edel berjalan, mengabaikan larangan keras dari sang ibu bahwa minum atau pun makan harus pada tempatnya, dengan duduk. Namun karena ibunya sedang tidak ada di kediaman biarlah ia nakal sedikit.

"Selamat sore Mrs. Sanders, ada yang bisa kubantu?" Edel memberikan susu kotak miliknya pada maid, ia menatap wajah Mrs. Sanders dengan serius pasalnya tidak seperti biasanya ia membawa anaknya yang 'aneh'.

"Sore Edelweiss. Sebelumnya maaf merepotkanmu, namun aku berniat menitipkan putraku padamu, aku sudah membicarakan ini dengan kedua orang tuamu dan mereka tidak masalah. Apa kau keberatan, sayang?"

Edel menatap dua orang tetangganya tersebut bergantian, tidak ada yang salah dengan penampilan Mrs. Sanders, namun berbeda dengan anaknya yang 'aneh' itu, lihat saja bagaimana di awal musim panas seperti ini ia memakai pakaian dilapisi jaket, ia berniat menanyakannya namun diurungkannya, ia tidak mau bermusuhan dengan tetangga barunya ini.

Edelweiss S (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang