Oca
Seketika aku melumat ujung eskrim rasa vanila di tangan Raka, dengan tanganku yang masih menggondeli baju Raka, aku merasa aneh, Raka tidak berusaha kabur seperti biasanya. Dia dengan tenang hanya tersenyum-senyum memandangiku memakan eskrim di tangannya dan bergumam,
"dasar bocah" saut Raka disusul dengan tawa kecil yang membuatku memakan hampir separuh eskrim di tangannya
"kok kamu nggak kabur?"
"nggak ah, capek, paling juga kalah-kalahnya kamu peluk aku dari belakang trus ngerengek"
"boleh juga, aku suka sore ini, kamu menyerah sebelom bertarung"
"aku nggak menyerah, tapi ini eskrim emang buat kamu"
"tumben?"
"tadi waktu nganterin Dania pulang, dia kasih eskrim ini ke aku, dia bilang ini buat Oca"
"ih baiknya kak Dania"
"yaudah abisin dulu baru pulang, nanti aku anterin aja, nggak usah pesen ojek" kata Raka sambil menyerahkan eskrim seutuhnya ke tanganku, lalu dia duduk di tempat ia menggambar tadi.
"akhirnya ada yang baik hehe" ejekku disusul lirikan tajam Raka.
Raka
Dania masuk ke mobilnya setelah tersenyum ramah dan sangat manis padaku. Ya! aku sedang di kelilingi dua gadis manis di hidupku. Dania dan Oca. Hampir tidak ada kekurangan diantara keduanya.
Dania adalah teman terbaikku sejak MOS di SMA hingga saat ini, sangat perhatian, dia selalu membantuku mengerjakan PR saat aku membolos karena asmaku memburuk atau lomba musik. Hanya saja aku merasa ia memang melakukan itu ke semua orang karena status ketua kelasnya, dan tersenyum dengan sangat anggun di depan teman-teman lain pun.
Sedangkan Oca ia adalah adik kelas yang sabar, dan sangat menggemaskan, sedikit tomboy tapi tidak terlalu, mungkin karena ekskul basket dan melukis membuatnya maco dan tetap imut. Dan aku banyak belajar mengenai suka duka kehidupan dengan Oca, walaupun baru setengah tahun mengenalnya.
Setelah mobil Dania menghilang di tikungan jalan, aku melangkahkan kaki ke seberang rumah dan menghampiri seorang pedagang ice cream keliling, membelinya sebuah lalu berencana memberikannya pada Oca. Ya! Oca suka hal yang dingin dan segala yang berbau vanilla. Aku memperhatikannya diam-diam.
Langkah kakiku memasuki pintu rumah membuat Oca yang terlihat tergesa-gesa mengenakan hoodie favoritnya itu menengok cepat ke arahku. Aku sadar matanya mulai berbinar melihat vanilla icecream di tanganku."wah udah nih, hancur dapur ini kalo kalian rebutan eskrim disini, sana-sana ke luar aja, Oca ati-ati nanti pulangnya" sahut mama tiba-tiba ketika Oca mulai mengeluarkan suara menggemaskan melihat eskrim di tanganku.
"uwmmmm.... ih, buat aku mana!"
"yeee akhirnya main sama Oca lagi hahaha!" aku merindukan keceriaannya, akhir-akhir ini Oca terlihat agak pendiam walau tetap iseng.
"ih males, mana mana ah!"
"nggak mau lah, kan aku yang beli, kalo mau, minta aja gaboleh semua"
"yaudah mana sini"
"slurrrrp..."
"dasar bocah" matanya akan selalu indah bila dilihat dari jarak sedekat ini dan aku nggak akan kabur kali ini aku menikmati momen menatapnya.
"kok kamu nggak kabur?"
"nggak ah, capek, paling juga kalah-kalahnya kamu peluk aku dari belakang trus ngerengek"
KAMU SEDANG MEMBACA
Times
Teen FictionBaru saja menyandarkan badan di kursi ruang lukis, dengan keringat mengucur dan napas agak sengal karena hampir terlambat masuk kelas, tiba-tiba Kak Dania berlari menghampiriku dengan tatapan secemas seperti sebelumnya pernah kulihat. "dek... ke UKS...