December 13th, 2016
Memasuki pertengahan bulan Desember, udara semakin terasa menggigit. Hujan salju sudah cukup sering menghampiri Seoul. Warna putih mulai menyelimuti kota metropolitan itu. Jong Hoon tidak membenci musim dingin, meski tidak bisa dikatakan dia penyuka musim itu. Dia lebih memilih musim semi , tentu saja, siapa yang tidak menyukai udara yang hangat dan bunga yang bermekaran? Musim gugur juga tidak begitu buruk. Setidaknya pria itu masih bisa keluar rumah tanpa harus merasa khawatir akan terjatuh karena jalanan yang terlalu licin.
Jong Hoon merapatkan mantel panjang yang dikenakannya sembari mempercepat langkahnya. Ia sudah tidak sabar untuk masuk ke kamar apartemennya yang hangat. Tangan kanan pria itu menggenggam erat plastik berwarna putih berisi ddeokbokki yang baru saja dibelinya.
Saat mengemudikan mobilnya menuju apartemennya, Jong Hoon melewati tenda penjual makanan. Tanpa sadar ia meneguk ludahnya saat melihat warna merah bumbu ddeokbokki yang dijual serta uap panas yang mengepul tanpa henti. Karena jarak penjual tersebut tidak begitu jauh dari apartemennya, Jong Hoonpun akhirnya menghentikan mobilnya di parkiran luar apartemen sebelum kemudian berjalan kaki menuju tenda makanan tersebut.
"Oh, ahjussi!" Jong Hoon menyapa penjaga keamanan di depan gedung apartemennya. Kompleks apartemen yang didiami Jong Hoon terdiri dari tiga gedung. Dua gedung dibangun bersisian, sementara gedung ketiga berada di belakang gedung satu dan dua. Kamar yang ditempati Jong Hoon sendiri berada di gedung dengan nomor 2 di bagian atas pintu utama apartemen.
"Kau baru pulang kerja?" sapa sang petugas keamanan. Petugas yang berusia 50 tahun-an itu keluar dari pos penjagaan kecil tempat ia biasa mengamati pintu utama kedua gedung. Ada petugas lain yang berjaga di gedung yang kabarnya dihuni banyak pejabat dan orang penting. Gedung VVIP. Begitu biasanya penghuni gedung 1 dan 2 menyebutnya.
"Eoh. Aku membeli ddeokbokki." Jong Hoon mengangkat plastik berisi gelas sterofoam yang ia bawa. Plastik putih itu kini nampak berembun di bagian dalamnya karena uap panas makanan tersebut.
"Ah, tak usah. Kau saja." Pria berperawakan kurus dan cukup tinggi itu duduk di kursi yang diletakkan beberapa belas memter dari posnya. Jong Hoonpun mengikuti pria itu. Ia membuka bungkus plastik lalu menusuk dua potong ddeok sekaligus sebelum kemudian menyuap makanan berlumuran saus berwarna merah itu.
"Ahjussi yakin tak mau mencobanya? Aku membelinya di tenda ahjumma di sana!" Jong Hoon menunjuk tenda yang baru saja ia datangi. Tempat itu memang cukup terkenal di area tersebut karena menjual ddeokbokki dan berbagai makanan lain yang cukup enak.
Lagi-lagi pria itu melambaikan tangannya, pertanda penolakan. Alih-alih, ia justru mengeluarkan bungkus rokok dari sakunya lalu mengambil sebatang dari dalam. Pria dengan nama Lee Gang Doo itu sudah cukup lama mengenal Jong Hoon dan tahu penghuni apartemen nomor 402 itu tidak merokok.
"Kau sudah bertemu tetangga yang baru?" tanya Gang Doo di sela isapannya.
Jong Hoon menolehkan kepalanya ke arah pria yang sudah mulai beruban itu. "Ada penghuni baru di lantaiku?"
"Eoh. Seorang agassi. Aku membantunya mengangkat beberapa barang waktu itu." Ia menghisap rokoknya lalu menghembuskannya.
"Eummm... kalau tidak salah dia pernah tinggal di Italia."
Awalnya Jong Hoon merasakan informasi itu tidak begitu istimewa. Tetapi apa yang diucapkan petugas keamanan di sampingnya itu sesaat kemudian membuatnya dadanya berdegup lebih kencang.
"Dia membawa beberapa barang yang jarang aku lihat. Umm... katanya itu berhubungan dengan pembuat kopi. Ah, dia juga membawa banyak biji kopi." Pria itu terkekeh. "Dia bahkan membawakan segelas kopi panas untukku setelah aku kembali ke pos."
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Chance
RomancePandangan pria itu terhenti. Awalnya ragu tetapi kemudian kedua mata sipitnya terbuka lebar. Di seberang sana, seorang gadis dengan rambut yang diikat rapi berdiri. Mantel berwarna abu-abu memeluk erat tubuh gadis itu.