John winston Lennon.

546 21 10
                                    

-John P.O.V

Seperti biasa, aku akan menjalani hidupku yang membosankan ini. Dimulai dari membersihkan diri. Selepas itu aku mempersiapkan diri untuk ke kampus itu dengan gitar tua ku.

Aku tinggal di Liverpool, Inggris. Bersama dengan Bibi Mimi.
Mengapa tidak dengan orang tua ku? Oh, tidak. Itu sangat tidak mungkin.

Aku berjalan di lorong menuju kelas ku. Saat aku menduduki kursi ku, tampak David menghampiriku. Ya, dia adalah teman kampusku.

"Hai, John. Kemana saja kau?" Tanya David lalu duduk di sampingku. Pertanyaan ini seringkali terlontar di bibir pria itu.

"Ke mimpiku." Jawab ku tersenyum. Seperti biasanya.

"Apa kau tidak bosan untuk bermimpi? Apa mimpimu kali ini?"

"Aku bermimpi. Aku akan mempunyai sebuah band yang akan menjadi lagandaris." Jawab ku yang di tatap aneh oleh David.

"Apa maksudmu dengan Band? Kau tidak pernah membicarakan Band. Yang kau bicarakan saat aku menannyakan mimpi mu biasanya adalah 'aku ingin mempunyai kekasih cantik'

"Ya, memang biasanya aku akan menjawab itu. Tapi saat mentari datang pagi tadi, aku merasakan akan ada sesuatu yang membuat hariku indah. " Jawabku jujur.

Setelah itu, dosen pun masuk. Sebuah tugas yang berhasil membuat ku bersemangat tinggi.

"Hai John, Tidak biasanya kau segirang ini diberi tugas. Biasanya kan kau selalu acuh tak acuh." Tegur David.

"Ah, biarkanlah mimpiku ini menjadi nyata."

****

Tugas dari sang dosen adalah membuat sebuah lagu. Sembari berjalan aku memikirkan. Lagu apa yang akan aku buat kali ini.
Otak kecil ku masih terus berputar mencari sesuatu yang baru sembari memetik metik gitar tua ku. Di sampingku, David bergumam. "Ah payah, kenapa harus musik? Kenapa tidak tentang yang lain saja?"

"Memang kenapa? Apa kau keberatan?" Tanya ku.

Drap Drap. Suara kami yang menggema memasuki lorong.

"Yeah. Jelas saja. Menurut ku, musik itu adalah pengganggu dikehidupan." Celoteh David. Anak ini memang benar-benar bukan pecinta musik.

"Mengapa kau bilang seperti itu? Menurutku, tanpa musik hidup terasa suram" Jawabku.

"Alah, kau kan memang sedang mencintai musik. Apalagi dengan gitarmu itu." Tunjuk David pada gitar coklat yang ku genggam. Setiap saat gitar inilah yang aku bawa.

"Karena ini adalah barang berhargaku."

Mendengar ucapanku tadi, David hanya tertawa.

"Apa kau masih berkhayal mempunyai band? Jika benar, aku punya kenalan pecinta musik." Ucap David. Kami duduk di tangga luar kampus.

"Oh, ya? Siapa dia? Bisa kenalkan padaku?" Tanyaku antusias.

"Tenanglah. Dia adalah teman lama ku. Nanti malam kita bertemu lagi ya John, akan ku ajak kenalanku." Jawab David, lalu meninggalkan ku seorang diri.

Ah, siapa dia?

****

Menunggu senja di taman ini termasuk favoritku. Suara rindangan daun yang bersentuhan melantunkan irama kedamaian. Otak kecilku masih saja memikirkan lagu. Apa yang kubuat? Dengan hati dan otakku. Aku menyatukannya dengan satu. Suatu kalimat terngiang di benakku. Imagine.

Aku memetikkan gitar tua ku. Ya, gitar ini memang pemberian dari ibu ku. Mengingat ibu, aku jadi mengingat ayah. Aku berharap, aku bisa menemukan ketenangan.
Pena ku mengarah kesana kemari. Ini adalah lirik yang indah. Akan kucari kunci gitarmya.

Perlahan aku memetik kan lagu ku.

Imagine there's no haven

It's easy If you try

No hell below us

Above us only sky

Imagine all the people

Living for today... Aha...

Imagine there's no countries

Itu isn't hard to do

Nothing to kill or die for

And no relegion, too

Imagine all the poeple

Living life in peace... You...

You mau say I'm a Dreamer

But I'm not the only one

I hope someday you join us

And the world Will bi as one

Imagine no possessions

I wonder of you can

No need for greed or hunger

A brotherhood of man

Imagine all the poeple

Sharing all the world

You may say I'm a Dreamer

But I'm not the only one

I hope someday you join us

And the world Will live as one

IMAGINE JOHN LENNON

The BeatlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang