Jatuh cinta? Indah. Tapi menurutku cinta juga sakit, sakit menerima kenyataan.
-Kayla-
Sepulang sekolah kayla dan temannya ririn, langsung menuju ke rumah farel mengerjakan pohon untuk maulid mereka. Kayla dan ririn memang sudah meminta isin kepada nenek dan orang tua ririn karena pulang terlambat hari ini.
Kedua cewek itu sudah sampai di tujuan mereka, disana sudah terdapat sebagian dari temannya. Yang datang ke rumah farel hanya sebagian karena ada teman mereka yang berhalangan datang dan juga sebagian dari mereka tempat tinggalnya sedikit jauh dari rumah farel, jadi yang datang hanya yang rumahnya dekat dan yang mendapat isin dari orang tuanya.
"Yang datang cuman segini?" tanya kayla kepada semuanya karena mereka hanya tidak lebih dari sepuluh, padahal yang ingin mereka kerjakan sangat banyak, apalagi waktunya hanya hari ini saja, besok semuanya sudah harus selesai.
"Iya, banyak yang rumahnya jauh. Mereka gak diisinin ama orang tuanya!!" sahut dika menjawab pertanyaan kayla.
"Oh, tapi kita bisa gak nyelesaiin tugas sebanyak ini dalam sehari? Kayaknya enggak deh!!" ucap kayla ragu dengan yang akan mereka kerjakan, apakah akan selesai atau malah sebaliknya.
"Woy njir!? Kalau gak niat, gak usah bantuin!!" sinis salah satu teman laki-laki kayla yang memang terkenal nakal dan ceplas-ceplos saat bicara. Namanya Rifki, dia sering sekali bertengkar dengan semua teman kelasnya termasuk kayla.
"Rif!? Lo kalau bicara sama cewek bisa dijaga gak sih?" sahut Dika tajam ke Rifki. Ia sangat tidak suka jika ada cowok yang bicaranya sangat kasar tehadap orang apalagi jika dia cewek.
"Dia juga manusia kan?? Sama ajalah sama cowok, gak ada bedanya!!" ucap Rifki santai, ia tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Sinting lo Rif!! Kata nenek moyang gue, cewek itu hatinya rapuh dan mudah tersinggung apalagi baper. Jadi kita para cowok harus jaga bicara sama cewek" sahut alvaro yang entah sejak kapan sudah duduk di dekat dika sambil melihat rifki dengan alis yang dinaik turunkan, sok bijak.
"Lo kayak hantu aja var! Datang-datang udah nyerocos kayak ema-emak" ucap Rifki yang sedikit kaget akan kehadiran alvaro yang tiba-tiba langsung menyahuti percakapannya dengan dika yang suasananya sedikit tegang.
"Udah debatnya??" ririn mulai jengah dengan mereka, tugasnya belum selesai tapi mereka hanya terlihat santai dan berdebat tidak jelas.
"Belum" kata alvaro sambil nyengir ke arah ririn tapi malah dipelototi.
"VARO!!" tajam ririn ke alvaro yang selalu saja memancing perdebatan.
"Iya iya" alvaro akhirnya diam, menyerah dengan situasi karena dia juga tidak ingin malu jika tugasnya belum selesai dan dimarahi oleh guru mereka.
"Barang yang belum siap apa aja ayu?" tanya kayla kepada ayu yang dari tadi hanya diam menatap mereka.
"Hm! Kayaknya makanan sama pohonnya deh" pikir ririn dan kemudian menatap kayla kembali.
"Kalau soal makanan, udah! Tenang aja biar gue yang urus" ucap Megan, salah satu teman mereka yang akan mengurangi beban satu kelasnya karena dia sendiri yang akan menyiapkan makanan untuk maulid yang akan diadakan besok disekolah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting
Teen FictionQuinindha Kayla Putri, seorang gadis biasa yang melanjutkan sekolahnya di salah satu sekolah unggul di Jakarta selatan. Ia sering dipanggil oleh temannya dengan sebutan Kayla, ia juga terkenal ramah,pemarah dan juga cerewat tapi pendiam saat bersama...