Part 31 - Mayra putriku

3.4K 161 10
                                    

12 pekan berlalu setelah kepergian Ayah dan Ibuku. Tapi Fatih tak pernah menampakkan batang hidungnya untuk menjenguk kami.

Dia juga tidak melanjutkan perceraian kami ke pengadilan. Dia menghilang begitu saja bagai ditelan bumi. Sejujurnya aku tak paham apa yang dia inginkan.

Dia hanya men transfer sejumlah uang ke rekeningku.  Pengacaranya bilang itu untuk memenuhi kebutuhan Mayra. Tapi,  dia tidak mau memberitahuku kemana Fatih pergi.

Ah sudahlah.  Aku tak ingin memikirkannya. Aku harus fokus merawat putriku.

Ku ambil ponsel yang berada di atas nakas di samping tempat tidurku.
Tempat tidur yang mengingatkanku pada bunda.  Disini ditempat ini aku tertidur di pangkuan  bunda setelah mengeluarkan keluh kesahku.

Disini bunda selalu menguatkan hatiku. Mengajari aku bahwa hidup bukan soal apa yang kita mau.

Tapi,  hidup perihal apa yang kita jalani. Apa yang harus kita lalui. 

Siap tidak siap.  Sanggup tidak sanggup.  Mau tidak mau.  Sudi tidak sudi.  Kau harus tetap menjalaninya,  Putriku.  Jalani hidup dengan rasa syukur. Dan jangan pernah mengeluh.  Karena apa yang terjadi itu sudah menjadi kehendak-Nya. Skenario dari-Nya. Dan kau tahu bahwa Allah sangat mencintai hamba-Nya.  Jadi tidak mungkin Allah menyakiti hamba-Nya.  Apalagi hamba-Nya yang selalu bersyukur.  Jelas Bunda padaku.

Aku pun membiarkan butiran kristal ini menetes. Dadaku sungguh sesak.  Aku butuh membasuh hati. Sejujurnya,  aku sudah bosan menangis.  Tapi,  hanya dengan menangis aku bisa mengurangi sesak dadaku.

Kuhapus air mataku kemudian menyalakan salah satu sholawat yang ada di ponselku yang kini bergema di kamarku.  Aku pun bersenandung kecil mengajari putriku.

Karena bagiku,  sudah cukup aku saja yang pernah menjadi pecandu musik. Tidak dengan putriku.

Drrtt.. Drrtt

Ponselku bergetar. Aku pun meraihnya di atas nakas samping tempat tidurku.

Ray?

Ray : Assalamu'alaikum, Dzifa. Bisakah kita bertemu di taman kota sekarang? Ada yang ingin aku bicarakan padamu.

Itulah pesan yang aku baca. Aku mengerutkan kening heran. Apa yang ingin Ray katakan padaku. Apa soal perceraianku dengan Fatih?

Aku pun mengambil jilbab instan hijau tosca. Kemudian menggendong putriku melangkah meninggalkan rumah.

Sesampainya di taman kota. Aku melihat Ray sedang duduk di salah satu bangku taman menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sepertinya dia sedang ada masalah.

Aku pun melangkahkan kakiku menghampirinya kemudian duduk di sebelahnya tentu saja dengan jarak.

"R-ray?"

"Dzifa?"

"Kau kenapa? Ada masalah"

Kulihat Ray menundukan kepalanya. Membuatku semakin penasaran.

Beberapa waktu kemudian dia menatapku yang membuatku salah tingkah. Aku tundukkan kepalaku seketika. Jantungku berdegup kencang. Aku takut jika Ray membicarakan perasaannya lagi.

"Dzifa ma-"

"Mayraaaa" teriakku spontan saat ada seseorang yang tiba-tiba mengambil anakku.

"Putrimu harus mati" ucap seseorang dengan menyunggingkan senyuman liciknya.

Haiii,
Maaf baru bisa update :') setelah syibuk, aku kebanyakan tidak mood wkwk
Siapa ya kira-kira yang mau bunuh Mayra :'
Dan apa alasannya?
Tebak-tebakan dums :'v biar rame
Jan lupa Vote dan Commentnya.
Kritik kalian sangat aku harapkan

♡Selamat Membaca♡

Antara Aku, Kau dan QabiltuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang