12. mon sensei

1.4K 251 29
                                    

Dira tidak suka kopi, ia suka bau kopi tapi ia tidak suka minum kopi. 

Dira setuju menemui Adit di coffeshop tempat ia duduk sekarang karena tempatnya bisa ditempuh dengan jalan kaki dari rumah. Suasana hatinya sedang tidak terlalu bagus. Rencananya menghabiskan akhir minggu sebenarnya tidak berlebihan, ia hanya ingin bergelung di bawah selimut sambil mendengarkan daftar putar i like beautiful melodies telling me terrible things dan menangis sejadi-jadinya. Namun Aditya Hanggoro dan rahasia sialannya malah menyeret pantatnya ke tempat ini. 

Hujan yang semakin garang di luar kafe dan pengunjung yang semakin ramai karena petang itu adalah permulaan akhir minggu sama sekali tidak membantu membuat perasaannya lebih baik. Saat datang, Dira sedikit berharap bau kopi dapat membuatnya merasa lebih baik. Namun pemandangan kafe yang dipenuhi muda-mudi dalam ritual wakuncar membuat Dira semakin merasa menyedihkan dan bau kopi jadi tidak ada artinya lagi. Dira menyedot ingusnya dan mengencangkan serut tudung jaketnya, berharap Adit cepat datang agar ia bisa segera pulang dan menangis sedikit lagi.

"Sori gue telat." Jinx.

Adit duduk di samping Dira dan buru-buru meletakkan tasnya di atas meja. "Macet," jelasnya. Ia tahu Dira tidak menerima alasan apapun darinya, namun gadis itu, tidak seperti biasanya, juga tidak protes berlebihan.

"Makasih banget udah bikin gue nunggu dengan awkward selama setengah jam."

Adit memperhatikan mata Dira yang bengkak dan tersenyum miris. "Dira, i don't talk sarcasm, so, kembali-kasih." Adit tersenyum dan mengeluarkan laptop, LKS, serta buku catatan akuntansi dari dalam tasnya "Lo pesen apa?" tanya Adit.

"Air putih."

"Pfft!"

Adit membuka laptopnya dan mengangkat tangannya saat seorang waiter berkepala botak melintasi mereka dari mengantarkan pesanan ke meja lain, "Vietnam Drip," kata Adit pada waiter itu, "sama Peppermint Tea, Kak."

"Siap, Kak, meja G2, Vietnam Drip dan Peppermint Tea, ditunggu sebentar ya, Kak."

"Baik, makasih, Kak"

"Buat siapa lagi?" tanya Dira.

"Lo," jawab Adit, tidak mengalihkan layar laptopnya, berusaha membuka file excel.

"Udah kok gue, lo nggak perlu pesenin gue lagi."

"Gue butuh lo nggak sedih dan fokus, jadi gue pesenin lo Peppermint Tea supaya lo sane dan sabar dikit waktu ngajarin gue."

Adit melirik ke arah wajah Dira dan tersenyum saat cemberut di wajah gadis itu pelan-pelan berubah menjadi ekspresi yang lebih netral.

"Lo sampe mana materinya sama Bu Mekar?" tanya Dira, menumpukan dagunya pada punggung tangan kanannya.

"Bikin buku besar Perusahaan Jasa, tapi masih sama sekali nggak ngerti. Kayak, aktiva apa aja, pasiva apa aja, gue kan sering bolos jadi nggak ngerti."

Dira menyipitkan matanya penuh dengan penilaian buruk ke arah Adit sembari mengambil buku catatan akuntansi Adit yang masih bersih. "Lo barusan beli?" tanya Dira saat membuka dan melihat buku catatan itu, hanya menemukan tulisan Aditya Hanggoro A. |Absen: 03| XI-IPS-2, lainnya halaman kosong.

"Nggak, gue nggak pernah nyatet aja, tapi gue selalu bawa buku itu kok biar nggak dimarahin Bu Mekar."

"Pinter," kata Dira, lagi-lagi sarkastis.

"Nah, kan ada PR tuh, yang dari LKS, lo udah ngerjain kan?"

"Udah dikoreksi punya kelas gue."

"Cocok, here's why you're here, lo ngajarin gue, asik kaaan?"

[✔] Boi || jhj, hhjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang