bagian 1

272 2 0
                                    

Bag. 1

Berawal dari facebook

            Sebagai orang indonesia yang baik dan benar, tentu kita harus mengakui bahawa kita adalah facebooker sejati. Mulai dari anak-anak TK sampai ke aki-aki, dari tukang sapu jalan sampai presiden, semuanya punya facebook. Data statistik menyatakan bahawa indonesia masuk ke dalam sepuluh besar pengguna facebook terbanyak sedunia. OK, tunjuk jari bagi kalian orang indonesia yang tidak punya facebook.

            Ada banyak hal positif yang dapat kita ambil dari facebook. Meskipun sudah banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang menjamur di internet, seperti twitter, plurk, koprol, dan sebagainya, hanya saja facebook satu-satu-nya yang bikin aku cinta mati. Facebook satu2-nya yang setia menemaniku di kala suka maupun duka. So sweet…. Ehm . Sebagai jejaring sosial penghubung antar umat manusia dari berbagai penjuru dunia, facebook telah bnyak berjasaa telah menemukankku dengan teman-teman lama yang sydah lama tidak bertemu, dengan sanakk saudara satu nenek buyut yang telah terpencar-pencar, dengan mantan pacar dan beberapa TTM yang selama ini menghilang di telan paus, bahkan menjalin hubungan dengan teman teman baru. Satu hal yang paling penting buatku: mencari cowok cakep jadi semakin mudah! Give the thumbs for mark cartleinyang telah menciptakan facebook tercinta.

            Aku sendiri membuat facebook setahn yang lalu, Maret 2013. Kira-kira sebulan sebelum menghadapi ujian nasional SMA. Baru-baru itu aku lumayan populer di dunia facebook. Tiap hari pasti ada saja friend request dari berbagai spesies cowok. Mulai dari yang cakep bak DIMAS ANGGARA, sampe yang ‘macho’ bak tukul arwana. Setelah di confirm, sebagian besar cowok-cowok ini menulis “ thanks dah app. Boleh kenalan ngga ?” di wall ku. Setelah bosan ngobrol di wall, biasanya mereka ngajak kopdar (kopi darat). Tentu saja aku tidak setenar itu di dunia nyata. Saat itu, aku memasang foto sok imut ala ABG labil alay dan itu pun setelah berhasil di edit-edit photoshop.

            Waktu itu aku masih in a relationship dengan ka Rio, kakak kelasku di SMA Negeri 2 Bengkulu. Cowok ini lain, dia lebih suka di rumah sambil ngutak ngatik komputer, apalagi bersentuhan dengan yang namanya e-mail, chatting, blogging atau segala tetek-bengeknya yang juga tidak kumengerti itu. Satu hal yang dia miliki, e-mail wajib bagi mahasiswa teknik Universitas Bengkulu, untuk mengirimkan tugas pada dosen. Itu pun dia masih tanya-tanya, “gimana cara bukanya, de?”

^^_^^

            Sebulan sehabis UN, pada akhir Mei 2013, aku berangkat ke jogja untuk bimbel SNMPTN (padahal tujuan utamanya jalan-jalan). Aku meninggalkan Bengkulu, keluarga, teman-teman, dan ka Rio. Agak berat memang, tapi yah, mau gimana lagi? Aku kan hanya pergi untuk sementara. Bukan untuk meninggalkanmu untuk selamanya. Ya gitu deh menurut lagu pasto.

            Satu hal yang bikin aku sangat merasa sangat dekat dengan ajal: naik pesawat terbang. Jujur, ini pertama kalinya aku naik pesawat terbang. Selama perjalanan mulutku komat-kamit baca mantra. Jantungku lompat sana lompat sini. Keringatku bercucuran. Tapi, alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan hidup, kesempatan kawin, dan kesempatan mengumpulkan pahala di dunia. Pesawatnya gak nyungseb di selat sunda. Gak juga nabrak gunung krakatau. Halahh.

            Kecemasanku berakhir setelah sampai di bandara Adi Sucipto Jogjakarta. Aku dijemput oleh abang Agung, sepupuku yang kuliah di universitas swasta terkemuka di jogja. Pertama kali dia mengajakku berkeliling, aku berdecak kagum dan berteriak dalam hati:

ONCE UPON A TIME IN JOGJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang