•••••
Suasana sunyi dan menegangkan melingkupi lapangan SMP Kusuma Bangsa yang dipenuhi oleh calon siswa siswi baru yang menunggu pengumuman penerimaan siswa baru di SMP tersebut. Tak beda halnya dengan Bella. Gadis itu sedang mengontrol detak jantungnya yang berirama tak menentu. Pasalnya, Bella sangat memimpikan bersekolah di sekolah ini sejak masih berada di Sekolah Dasar karena sekolah ini menjadi salah satu sekolah bertaraf internasional.Bella tak henti hentinya berdoa sambil menggigit bibir dan menutup matanya.
"Baiklah, sekarang bapak akan membacakan nomor nomor siswa yang akan menjadi siswa siswi baru di SMP Kusuma Bangsa tahun pelajaran 2016/2017", kata salah satu guru di SMP tersebut.
"0.."
"3.."
"2.."Hah? Kayaknya itu nomorku deh. Eh, tapi..
Kata Bella dalam hati.Guru tersebut terus membacakan nomor nomor siswa baru yang diterima di SMP tersebut sampai habis.
"Baiklah, dari nomor nomor yang bapak bacakan tadi, apakah ada diantara kalian yang lupa dengan nomor kalian?"Tanya bapak guru dengan hati hati. "Jika ada, silahkan maju ke depan tiang bendera."
Bella pun segera menuju ke depan tiang bendera tempat guru tersebut berdiri.
Sesampainya di sana, Bella bertanya dengan malunya.
"Hmm..Pak saya gimana?"
"Namanya siapa?"
"Bella Adinda Stefani"
"Kok gak ada?"
Lalu salah satu guru yang mengeceknya menemukan nama Bella.
"Kamu ini..Nomormu kan paling pertama disebut" katanya dengan nada sedikit ingin tertawa.
"Hah?" Bella masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan guru itu.
"Kamu nomor 032" Guru laki laki itu berkata sambil menekan sedikit kepalaku.
Bella sedikit terkekeh dan terkejut dengan apa yang ia alami.
••••
Keesokan harinya Bella memulai Hari pertamanya MOS di sekolah itu. Karena dia adalah murid luar rayon, Bella tidak memiliki banyak teman di sana. Untungnya, teman les sekaligus tetangganya sekolah di tempat yang sama. Bella biasanya berangkat bersama temannya itu yang bernama Christi.
"Bel, kira kira ntar kamu sekelas sama aku gak ya?" Tanya Christi penuh harap.
"Ehm, kayaknya sih iya. Kalo ntar kita sekelas kan bagus, kita bisa buat pr bareng trus duduknya juga bareng yuk." Sahut Bella.
Setelah berjalan kaki sekitar 200 meter, Bella dan Christi akhirnya sampai di sekolah.
"Hy Chris" Sapa beberapa orang di depan gerbang SMP.
"Hyyy..." Balas Christi dengan semangatnya. "Gimana? Kalian udah tau dapet kelas apa?" Tanyanya dengan cepat.
"Belum sih, katanya ntar mau ditempel di mading deket ruang pertemuan" Sahut salah satu dari mereka.
"Oohh".
"Eh, Bellaaa" Seru salah satu seorang darinya.
"Hah?" Bella mencari cari sumber suara itu. Tiba tiba Bella merasa ada yang menepuk pundaknya. Lalu ia menoleh dan melihat sesosok perempuan tinggi dan berambut keriting.
"Agnes?" Bella berseru senang melihat sosok wanita itu.
"Ihh..kok kamu sekarang tinggi ya? Trus rambutmu kok pendek?" Agnes memberi Bella dua pertanyaan sekaligus.
"Eh? Masa sih? Kamu juga ada yang berubah tuh setelah kita lama gak bertemu. Hehehe.." Bella menjawabnya dengan nada sedikit bercanda.
Setelah Bella dan teman olimpiadenya dulu, yaitu Agnes melepas rindu dan Christi mengenalkan Bella dengan teman temannya, tibalah saat mereka berkumpul di lapangan SMP Kusuma Bangsa.
"Adik adik mohon perhatiannya sebentar ya. Hari ini kakak kakak Osis akan mengabsen kalian sebelum kalian melihat pengumuman pembagian kelas." Kata Abdi yang menjabat sebagai ketua Osis saat itu.
Para anggota Osis dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengabsen para siswa siswi baru.
"Perkenalkan kakak adalah Kak Dewi dari kelas 8E, di sini kakak akan mengabsen kalian". Kata anggota Osis yang mengabsen barisan Bella yang merupakan barisan siswa baru dari jalur prestasi dan luar rayon.
"Bella Adinda Stefani"
"Riska Adelia"
"Meira Syahrani"
...
"Afrizal Alan Glezensky"
Dia..
Bella pun terkejut saat mendengar nama itu.
Afrizal Alan Glezenzky, bukannya dia..
Sampai di sana dulu ya^ω^
#HariPertama
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Teen FictionBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...