Dag Dig Dug

45 1 4
                                    

"Sudah lama?"

Pertanyaan itu membuatku mengalihkan pandangan dari buku yang sedang kubaca. Awalnya ada sedikit rasa sebal, karena tak baru sekali ini kamu buat aku menunggu, mungkin sejak saat aku mengenalmu. Namun entah mengapa, setiap kali melihat senyummu yang mengembang dan binar dimatamu, keinginan untuk marah itu langsung hilang. Terlebih sekarang, setelah akhirnya kita bertemu lagi sejak engkau meninggalkanku 2 tahun lalu.

Aku hanya tersenyum.

"Aku sudah pesankan untukmu. Lalapan lele dan teh hangat, kamu masih suka itu kan?" Kalimat itu meluncur begitu saja sesaat setelah kamu duduk dihadapanku.

"Hahaha, kamu ya... nggak berubah. Masih ingat dengan semua kesukaanku. Gimana kabarmu sekarang?"

Sekali lagi aku hanya tersenyum menanggapi kalimatmu.

Sejenak hanya ada diam diantara kita. Aku yang sibuk meredakan degup jantung yang sejak mengiyakan ajakanmu untuk bertemu tidak juga meredam, sedang kamu... entah sedang memikirkan apa sekarang.

Hingga akhirnya kamu berujar, "Aku kangen kamu."

Singkat, tapi sudah cukup mampu membuat jantungku seakan meloncat keluar. Benarkah kamu merindukan aku? Rindu karena apa? Sedangkan dulu kamu memilih untuk meninggalkanku tanpa penjelasan apapun.

Aku sengaja tak mengganti semua sarana yang bisa membuatmu menghubungiku, dan aku harus menunggu 2 tahun untuk akhirnya mendapatkan kabar darimu. Hingga sebuah pesan singkat darimu mengajakku untuk bertemu. Ingin menolak, tapi bukankah ini yang memang ku tunggu. Dan aku mengiyakan permintaanmu tanpa banyak persyaratan dan pertanyaan.

Dan disinilah kita, ditempat kita dulu biasa makan dan menghabiskan waktu setelah puas jalan-jalan ditaman.

"Kok diam saja, kamu nggak kangen aku?"

Pertanyaanmu itu membuyarkan lamunanku, menepis semua slide masa lalu yang tak dapat kucegah membayang dipikiranku. Degub jantungku makin tak dapat kuredam, entah kau bisa mendengarnya atau tidak. Dan dengan coba tetap tersenyum.

"Maafin aku ya, kalau dulu pergi begitu saja dari kamu. Aku bisa menjelaskan semuanya."

"Ah... aku sudah memaafkanmu. Walau memang tak mudah menerima semua itu, tapi rasa cintaku sepertinya mampu membuatku belajar. Tak perlu dibahas lagi."

Kembali, kamu hanya diam. Hingga pesankan datang dan menikmatinya dalam diam. Kamu dengan pikiranmu, dan aku dengan degup jantung yang masih saja berpacu tak terkendali.

"Terima kasih, kamu masih mau bertemu denganku. Seandainya aku bisa memutar ulang waktu, ah..." Katamu setelah akhirnya hanya tertinggal 2 gelas teh dihadapan kita.

"Sudah lah tak perlu diungkit lagi." Aku masih tak mampu meredam degup jantungku, menunggu akhir dari semua ini.

"Aku ingin kembali padamu." Katamu sambil meraih tanganku, dan sekali lagi kalimatmu itu berhasil membuat degup jantungku makin tak karuan.

Aku hanya tersenyum, dan kemudian aku menarik tanganku dari genggamanmu. Engkau sedikit kaget dengan apa yang aku lakukan, terlebih lagi saat aku menyodorkan sebuah undangan padamu.

"Datang ya, kepernikahanku. Ini alasan kenapa aku mau bertemu denganmu."

Degup jantungku seketika mereda, dan seulas senyum masih kuberikan untukmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dag Dig DugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang