[1] Pertama Bertemu

72 14 3
                                    

Finka

Efek dari wajah aku yang tidur larut malam membuat aku mengantuk di tengah pelajaran. Sudah hampir lima belas menit Bu Tita belum kunjung masuk ke dalam kelas. Dan ini adalah kesempatan buat aku kembali ke alam minpi.

"Woy, Fin. Kenapa tuh mata lo, " Dhea--- teman ku yang cerewet nya kebangetan, dia menatap mata ku dengan tatapan yang sulit dibaca.

"Biasa, kurang tidur, " balas ku pelan karena rasa kantuk ini benar benar menyerang ku.

Tiba-tiba saja dia meneloyor kepala ku, "Makanya jangan nge-stalk cowok mulu, "

Cowok ya?

Mungkin itu sih salah satu nya akibat aku tidur kemalaman.

"Berisik ah lo, gue lagi males berdebat sama lo, gue mau tidur, ngerti kan lo."

"Yeeuu, "

Gue gak balas ucapan Dhea, dan mata ku mulai menutup dan nafas ku mulai teratur.

***

Tidur ku terganggu saat teman sekelas ku berisik, yap ada yang berteriak heboh entahlah karena apa, yang pasti aku sangat enggan membuka mata.

"Aduh meleleh dah gue ngelihat dia, oh my god, dia ganteng banget! "

"Njir, Gibran mau kesini gaes, ya tuhan, boleh gue cipok gak nih?"

"Yeuu, inget gebetan gue woy! "

"Bodo amat, aduh gue udah cakep kan nih? "

"Yah ampun ganteng banget yah kapten basket kita! "

"Dari dulu kali! "

"Aduh bebeb gue dateng!"

"Eh, jangan pada berisik! Diam ngape! "

Samar samar ku mendengar percakapan entah siapa dengan siapa. Aku pun membuka mata saat ada yang meneriaki ku.

Betapa terkejut nya aku saat melihat Gibran--Kapten basket sekolah ini ada di depan ku, refleks aku langsung mengusap mataku.

"Eh--ngapain disini, "

"Jangan suka tidur di kelas. "

Aku pun langsung mengalihkan pandanganku kearah lain.

"Hmm, langsung ke intinya aja, ngapain lo kesini? "

"Ck, nih Bu Tita nitip ini ke gue, katanya suruh kasih ke elo, oh ya nama lo Finka, kan? "

Aku hanya mengganguk, dan enggan menatap matanya.

"Oh iya kata Bu Tita, sehabis itu nanti lo ke ruangan Bu Tita ya. Oh satu lagi, jangan lupa PR nya dikumpul, terus dikasih ke ruangnya, oke?"

Aku menganggukan kepalaku.

"Gue lagi bicara, kan ya? "

Aku hanya diam, masih dengan posisi yang sama, gara-gara dia, tidur ku menjadi terganggu.

"Gue bicara sama orang atau patung sih? "Dapat ku dengar suaranya terdengar jengkel.

"Ya udah ngomong tinggal ngomong, ribet banget sih. "

"Ya gue bakal ngomong, tapi lo harus natap ke gue dulu lah, hargai dikit kek. "

Dengan malas, aku menatap dirinya.

"Nah, gitu dong. "

Aku menatapnya jengah, sangat jengah.

"Yaudah gue balik, inget jangan tidur di kelas, "

Aku memutar bola mataku, "Pergi tinggal pergi, ribet banget sih, "

"Besok-besok jangan suka stalk instagram orang ya."

Aku mengangkat sebelah alisku, "Lah? Sok tahu lo, "

"Emang tahu, "

Aku memutar bola mataku, "Udah deh, mendingan lo pergi dari sini, "

"Bodoamat, kapan pun gue mau, gue bisa pindah ke kelas ini, "

"Whatever, "

Pria itu hanya tersenyum, lalu pergi meninggalkan kelas ku.

Aku menautkan alisku, "Ngapain lo ngeliatin gue kayak begitu?"

"Gapapa, gue cuman heran aja sama lo, "

"Heran? Emang gue kenapa?"

"Ck, masa lo ga peka sih, "

"Peka? Peka tentang apa?"

"Astaga Pinka!"

"Ish, mangkanya cerita tuh yang bener. "

Dhea menghela nafas panjang, "Gue cuman heran aja gitu sama lo, kenapa coba sama sekali gak tertarik sama Gibran, "

Aku memutar bola mataku jengah, "Emang harus banget ya gue jadi murid-murid yang suka teriak-teriak histeris gara-gara ngeliat cogan lewat di depan mereka? "

"Ya gak gitu juga sih, tapi kan--"

"Tapi kan apa? Udah deh, gue tau kok kalau lo gak bisa jawab pertanyaan gue, "

Dia menghela nafas panjang, "Yaudah yaudah, gue tau kalau gue selalu salah kalau ngomong sama lo, huh untung lo sahabat gue. "

"Mendingan lo ikut ke ke ruangan Bu Tita aja dhe, "

"Mau ngapain kesana, "

"Nanti juga lo tau, tapi sebentar gue mau nulis ini dulu di papan tulis, "

Aku pun beranjak pergi ke papan tulis, lalu menulis apa yang tadi disuruh Bu Tati.

"Yah elah, gue kan belom selesai, Fin. "

"Woi, minjem buku yang udah selesai dong!"Ucap Dodit

"Dih, apa-apaan lu. Gak boleh!" Kesal Dhea kepada Dodit

Dodit menatap Dhea jengah, "Siapa yang minta sama lo, orang gue minta sama yang lain kok, ngapain lo yang ribet. Jadi siapa nih yang mau kasih pinjem gue buku? Santai aja, nanti malem gue ajak dinner. "Ujar Dodit

Dhea membulatkan matanya, "Eh, jangan mauu. "

"Ck, gak usah dengerin Dhea. Dhea cuman cemburu aja karena gak gue ajak dinner, "

"Ish, siapa coba yang mau jalan sama lo?"

"Dih, siapa yang ngajak jalan? Kebanyakan ngayal sih lo. Dari tadi tuh gue ngajak dinner, bukan ngajak jalan. "

Aku yang merasa jengah pun langsung angkat bicara, "Lo berdua apa-apaan sih?"

"Tuh temen lo cemburu, "

"Ih, siapa coba yang cemburu!"

"Elo lah yang cemburu kalau gue ngajak cewek lain jalan, iya kan? Ngaku aja deh lo, "

"Dodit!"

"Dhea!"

Aku menghela nafas kasar, kenapa harus pakai bertengkar segala hanya urusan sepele?

"Udah deh, mendingan sekarang yang udah selesai kumpulin disini, sedangkan yang belum selesai nanti serahin sendiri tugasnya ke Bu Tati, ngerti kan?"

Mereka yang mendengar ucapanku pun menganggukan kepalanya, lalu langsung mengumpulkan tugasnya.

"Oke, buku yang gue pegang cuman 17 buku, sisanya kumpulin sendiri ke Bu Tati, "

Aku pun langsung mengajak Dhea ikut bersama ku menuju ruangan Bu Tati.

"Permisi Bu, ini tugasnya. "

"Oh terimakasih, Dhea. Sebentar ya, ibu ingin berbicara kepada kamu. "

"Bicara tentang apa, Bu?"

-----

I hope u like it
Jangan lupa votmments

SEIN-DRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang