Ular tetap ular
Yang berganti hanya kulitnya
~Seseorang~Seminggu sejak pertemuan itu, Ratna lebih banyak diam. Ratih merasa aneh dengan tingkah Ratna. Dasar wanita berkepribadian ganda, pikir Ratih.
Ratih mengetuk pintu kamar Ratna. Hari ini adalah jadwal Ratna harus bertemu dokter Parman, yang selama ini menanganinya.
"Ayo kita berangkat." ajak Ratih dari balik pintu.
"Kakak ikut?" tanya Ratna yang masih belum juga membuka pintunya.
"Mas Raka sibuk. Aku yang mengantarmu."
Sontak Ratna membuka pintunya dengan cepat yang membuat Ratih berdecak.
"Kalau begitu aku sendirian saja."
"Banyak omong. Ayo cepat!" Ratih menarik tangan Ratna kasar.
"Kak bisakah kau lembut sedikit?" keluh Ratna yang kini mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Ratih.
Ratih menghentikan tangannya.
"Menurutmu apa aku masih bisa lembut pada wanita yang ingin mencuri suamiku?" sinis Ratih.
"Aku sudah mencurinya." jawab Ratna asal.
"Ah!" ringis Ratna memegang rambutnya.
"Awas saja kau. Tidak hanya menjambak. Nyawamupun bisa melayang kubuat." ancam Ratih yang hanya dibalas senyuman miris dari Ratna.
💍💍💍
"Kondisimu semakin membaik Ratna. Respon tubuhmu pada obat ini ternyata sungguh diluar dugaan." ucap Parman sang dokter dengan senyum sumringahnya. Dia seperti orang yang sedang memenangkan undian emas.
"Serius dok?" tanya Ratna tak percaya.
"Iya. Kalau begini terus, kemungkinanmu untuk sembuh jadi lebih besar."
"Saya nggak menyangka dok..." Ratna terharu. Mengingat vonis dokter yang mengerikan itu, kini harapan baru bisa muncul. Mungjkin Tuhan masih berpihak padanya, pikirnya.
Ratih menatap Ratna dengan rasa kekecewaan. Mungkin sangat egois ketika harus marah diatas keselamatan nyawa orang lain. Tapi ini bisa jadi bumerang dalam rumah tangganya dengan Raka. Ia harus berbagi lebih lama lagi.
Ratih paham suaminya hanya lelaki biasa, yang sewaktu-waktu dapat mengingkari janjinya lalu jatuh ke pelukan Ratna. Semakin lama Ratna hidup, semakin lama juga Ratih hidup dalam rasa kuatir ini. Ingin rasanya ia mengobrak-abrik seluruh isi ruangan ini.
"Suaminya mana? Biasanya diantar suami kan?" tanya Parman.
"Suami saya sedang sibuk dok. Jadi kakak ini yang menemani saya."
"Suami saya sangat perhatian dan sayang pada saya dok. Mungkin karena itu juga kesehatan saya semakin membaik." sambung Ratna yang dibalas anggukan dari Parman.
"Lalu mbak ini siapa?"
"Saya-"
"Ini kakak suami saya dok." ucap Ratna memotong ucapan Ratih.
Aku juga istrinya!
"Ooo... Iya, pantasan mirip." ucap Parman yang percaya begitu saja.
"Kalau begitu kami pamit dulu ya dok."
💍💍💍
"Aku cinta kepadamu, aku rindu di pelukmu...
Namun ku keliru telah membunuh
Cinta dia dan dirimu..."Tap! Ratna mematikan radio mobil. Ia merasa tersinggung dengan lagu yang baru saja diputar oleh salah satu stasiun radio ternama.
"Lagunya benar-benar tidak membangun." olok Ratna.
Ratih melirik sinis kearah Ratna. Hatinya masih panas karena perkataannya pada Parman tadi. Kalau saja tidak ada Parman mungkin Ratna sudah aku tampar, gumam Ratih.
"Bukan lagunya yang tidak membangun. Kau saja yang sedang bermasalah. Tersinggung dengan kalimat lagunya."
Ratna terkekeh. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jadi menurutmu kak, aku telah membunuh cinta kalian? Seperti isi lagu itu?"
Ratih tiba-tiba mengerem mobilnya dan menatap Ratna tajam.
"Jangan coba-coba!" ancam Ratih sambil menaruh tangannya di leher Ratna seolah ingin mencekik wanita itu.
💍💍💍
Pagi-pagi buta Ratih berangkat menuju rumah orangtuanya. Kakaknya mengabarkan kondisi kesehatan ayahnya yang semakin memburuk. Tidak ingin sesuatu terjadi tanpa Ratih di samping ayahnya, Ratihpun buru-buru bergegas. Raka tidak ikut, ada rapat yang penting siang ini. Ratih terpaksa menyetir mobil sendirian hari ini.
Ratna memandangi mobil Ratih yang perlahan meninggalkan kediaman mereka. Kemungkinan besar Ratih akan pulang besok pagi. Mungkin ini kesempatan yang tepat, pikir Ratna.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Raka baru saja pulang. Ratna menyiapkan segalanya, dari air hangat untuk mandi sampai makan malam. Wajar, dia juga adalah isteri dari seorang Rakaputra Abimanyu.
Disamping makan malam, Ratna juga sudah menyiapkan teh hijau hangat kesukaan Raka. Tapi ada ramuan lain yang ia masukkan. Serbuk obat. Obat yang akan menghantarkan Raka ke dalam pelukan Ratna malam ini. Ini kesempatan emas untuk menghindari masalah besar yang akan datang kelak.
Tepat pukul sembilan malam. Raka sudah melahap habis makan malamnya. Dan teh hijau itu? Sudah diteguk habis olehnya. Raka mulai merasakan efek dari obat itu. Setengah sadar--seperti orang yang sedang mabuk--begitulah Raka saat ini.
Ratna menuntun Raka yang sudah setengah sadar ke kamarnya. Ia sengaja tidak menutup pintu kamarnya rapat. Ia menyisakan sedikit celah di pintu itu.
Kini Raka sepenuhnya menjadi miliknya, walau mungkin hanya untuk malam ini. Habislah kau Ratih, batin Ratna.
💍💍💍
Baca juga:
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Cincin (SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH) Baca Ceritaku Yang On Going
RomantizmFollow dulu baru baca ya, sobat gemas🧡 Ketika cinta harus diuji. Dengan apakah harus menaklukkannya? Ratih harus berbagi suami dengan Ratna, si wanita yang mengidap kanker stadium 3. Ditambah lagi dengan kehamilan Ratna yang membuat keluarga Raka a...