Author POV
Kyungsoo keluar rumah dan menutup pintu, "Aa!" kagetnya karna tiba-tiba seorang namja seumuran dengan adiknya berdiri didepannya. "Luhan?" tebaknya malas, hal yang biasa jika ada namja yang datang pasti dia akan menjemput luhan adiknya hanya untuk sekedar berangkat sekolah bersama. Adiknya duduk dibangku SHS tingkat akhir. "Lulu sedang sarapan. Tunggulah sebentar" kata kyungsoo malas kemudian dia berlalu.
"Ah, jongin?" sapa luhan pada namja yang sudah datang menjemputnya. "Sudah lama."
"Tidak. Baru saja?" jongin mengalihkan pandangannya kearah kyungsoo yang mulai menjauh, "Nunamu?" Tanya jongin.
"Iya. Untung saja kau datang, unnie sedang tidak mood berangkat bersamaku. Jongin mengangguk, "Kajja!" ajaknya.Luhan dan jongin berangkat sekolah bersama dengan sepeda motor jongin. Motor matic yang selalu setia mengantarnya kemanapun ia pergi, hadiah ulangtahun dari ayahnya. Kalau dilihat jongin masih termasuk dari keluarga kaya tapi dia tidak pernah terlihat menggunakan mobil.
"Lu, akhir pekan ada acara?" Tanya jongin.
"Sepertinya belum. Kenapa?."
"Mau keluar bersama?."
"Ehm, boleh."
"Aku jemput ya dirumah, akhir pekan jam tujuh."
"Ne".
.
.
.
"Pagi chan!" sapa kyungsoo pada rekan kerjanya tidak lain adalah park chanyeol, sekaligus managernya. Kyungsoo dan chanyeol sudah berteman sejak dibangku kuliah hingga sekarang mereka bekerja dalam satu perusahaan. "Apa pagimu sangat buruk, kyung?" Tanya chanyeol yang tahu jika temannya itu menyapanya sedingin itu pasti ada hubungannya-
"Seperti biasa. Ayah dan ibu selalu menanyakan teman namjaku. Huh! Apa mereka tidak lelah menanyakan pertanyaan yang sama?" jawab kyungsoo cepat dengan sedikit curhat. Dia mendudukan dirinya dibangku kerjanya yang berada disamping kiri chanyeol.
"Lalu? Bagaimana dengan tawaranku yang dulu?" Tanya chanyeol memfokuskan diri kepada kyungsoo.
"Tawaran?" Tanya kyungsoo bingung menatap chanyeol.
"Tawaran menikah denganku" kata chanyeol mengingatkan. Kyungsoo sebenarnya tidak lupa hanya saja itu bukan sebuah ajakan baginya. Tawaran? Apakah dirinya itu barang hingga harus ditawar?.
"Tidak! Terima kasih! Kau membuat moodku semakin buruk Tuan Park!" kyungsoo berjalan kearah meja chanyeol dengan sebuah note ditangannya. "Tuan Park jadwal anda hari ini, ada meeting bersama presdir kim untuk menemui klien dari Taiwan. Meeting dimulai sekita 30 menit lagi dan anda free pada pukul satu siang. Apakah ada yang ditanyakan?" kyungsoo menutup notenya menatap chanyeol malas.
"Mau kah kau menikah denganku?" Tanya chanyeol dengan maksud menggoda kyungsoo, dia tersenyum jahil."Chan!" ucap kyungsoo kesal.
"Hahaha iya-iya maaf kyung. Kau itu semakin membuatku gemas ketika kesal seperti itu" chanyeol mengatur nafasnya. "Nanti kau ikut meetingkan?."
"Iya. Aku akan ikut. Presdir juga memintaku ikut secara langsung kemarin, saat berkunjung kemarin."
"Presdir berkunjung? Kapan" Tanya chanyeol kaget. Kenapa dirinya tidak tahu presdirnya berkunjung, walaupun mereka berada dalam satu gedung Kim Corp yang sama tapi mereka terpisah berbeda lantai.
"Kemarin saat kau pergi mengecek tanah didaerah busan bersama Tuan Lay.""Lalu?"
"Lalu apa? Presdir hanya mengatakan meeting itu. Kau dan aku harus hadir."
"Syukurlah. Aku kira presdir akan marah padaku karna negosiasi saham dari Jung Corp sedikit mengecewakan."
"Tidak" kyungsoo kembali kebangkunya. Dia mulai bekerja, mempersiapkan segala kebutuhan chanyeol untuk meeting dengan presdir nanti. Dia sebenarnya juga bosan dengan rutinitas setiap harinya. Bekerja-pulang- bekerja, yah walaupun terkadang dia pergi dengan teman-temannya. Temannya kebanyakan namja, Kang Daniel yang merupakan tetangganya, park chanyeol sahabatnya sekaligus rekan kerjanya, Choi kyuhyun, kim kibum dan terkadang teman namja yang diajak oleh salah satu temannya tadi. Makanya ayah dan ibunya menanyakan teman namja kyungsoo yang sedang dekat denganya selalu-selalu seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bronies (Brondong Manies)
Romance"Iya kyung, mau sampai kapan kau akan terus seperti ini? Ibu sudah ingin menggendong cucu seperti Bibi Kang tetangga kita" itu ibuku yang berucap. Entahlah, ibu selalu mengatakan ingin memiliki cucu dengan memaksaku segera me-ni-kah. Huh, kenapa ibu...