Jika ada kompas untuk menunjuk arah takdir, kemana ia akan pergi malam ini?-Shara Assyifa-
____________________
[ E m p a t - M a s a l a h B a r u ]
Hanya dalam waktu 15 detik, dunianya runtuh seketika.
"Ngapain situ disini?"
Penumpang motor yang menyerempetnya tadi pagi mengatakan itu padanya dengan nada menghardik.
Shara menyeringai. Sejujurnya, ia ingin melabrak kedua cowok itu saat ini juga. Tapi, berhubung ia tak mau merusak hari pertama di sekolah dan kelas barunya, niat tersebut terpaksa ia urungkan.
"Sekolah. Mau ngapain lagi memangnya?" Shara menyahut cuek. Cewek itu menaruh tas di bangkunya, lantas duduk manis sembari mengeluarkan peralatan menulisnya.
Lalu, sudut matanya menatap teman sebangkunya tengah meliriknya kecil. Shara menatap cewek itu.
"Halo," sapa teman sebangkunya ramah.
"Hai," balas Shara sambil tersenyum.
"Shara, ya?" tanya cewek itu ramah.
Shara mengangguk.
"Aku Astrid. Semoga betah, ya, duduk sama aku," ujar Astrid sembari menjulurkan lengannya untuk bersalaman dengan Shara.
Shara menyambut uluran tangannya ramah untuk kemudian berkata, "Semoga betah juga, ya, duduk sama aku."
Melihat situasi Shara yang nampaknya kurang baik dengan Agil. Astrid membisikkan sesuatu di telinganya, "Dia emang gitu, rada aneh orangnya. Diemin aja." sarannya tepat.
"Ya, tahu, kok," Shara merespons dengan seulas senyum.
Astrid akhirnya kembali pada dunianya sendiri, sementara Shara mulai memerhatikan teman sebangku barunya itu.
Mempunyai kulit yang putih bersih, dengan bulu mata yang lentik, serta jilbab putih yang ia kenakan membuat gadis itu tampak anggun.
Ah, pasti dia banyak yang suka.
Astrid nampak santai sambil menulis sesuatu di buku tulisnya. Sementara Shara sibuk mengawasi keadaan di sekelilingnya. Tanpa sengaja ia memergoki si penumpang yang tadi melabraknya habis-habisan-yang belakangan ia ketahui bernama Agil -tengah menatapnya sinis.
Cih. Peduli amat, ah.
Tak lama setelah itu, guru mata pelajaran pertama pun masuk kedalam kelas dan memulai pelajarannya.
🍁🍁🍁
Bel istirahat pertama berbunyi. Shara masih sibuk memasukkan kembali bukunya kedalam tas, sewaktu Astrid menepuk pundaknya pelan."Anu, Shara."
"Iya?" Shara berbalik, lalu menatap Astrid yang sedang memegang sebuah totebag kecil yang terisi penuh, tampak menggembung. Disampingnya, berdiri siswi berjilbab yang tengah tersenyum canggung pada Shara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun Diatas Jingga
Roman pour Adolescents#1 in Shara | 16/04/20 Sepenggal kisah tentang sepasang remaja nan rapuh yang saling dipertemukan, dan tanpa sadar dapat saling menyembuhkan. Seperti embun sang fajar dan jingga milik senja, keduanya jelas berbeda--tak dapat berpadu di ruang dan wak...