Biarkan Perih, Asal Tetap Bersamamu

55 3 0
                                    

Terletak disamping perpustakaan membuat taman kampus menjadi tempat pilihan bagi mahasiswa untuk membaca buku atau sekedar menghabiskan waktu sambil bercanda dengan teman-teman, diskusi atau bahkan mengerjakan tugas. Begitu indahnya tata letak dan design taman yang dipenuhi dengan bunga kertas yang sudah terpangkas cantik. Bunga-bunga hijau yang dibentuk pagar menjadikannya terlihat seperti kebun teh saat tertangkap kamera dan pohon-pohon yang tinggi hampir mengelilingi pagar taman bahkan membuat sebagian mahasiswa menjadikannya tempat hunting foto. Hari sudah sore, perpustakaan yang berada disampingnya sudah mengganti plank open menjadi close. Taman yang tak pernah sepi ini mulai ditinggalkan mahasiswa karena hari yang mulai meredupkan cahanya.
Tapi berbeda dengan pasangan yang baru saja sampai di taman. Tadinya mereka saling tunggu, tapi setelah keduanya bertemu justru mereka hanya membiarkan suasananya lebih hening tanpa suara, hanya ada suara angin yang menghembus hingga membuat pepohonan ditaman melabai-lambaikan rantingnya. Taman ini juga kadang-kadang menjadi tempat dating untuk mahasiswa yang sekedar ingin ngobrol dengan pacarnya. Tapi tak biasanya Chyntia mengajak David bertemu ditempat ini, bahkan hampir tidak pernah mereka janjian di kampus kecuali karena bertemu dalam acara organisasi.
“Ada apa chyin? Ada yang mau dibicarakan?”
Sambil memandang kearah gadis yang terlihat memendam kesedihan dan rasa rindu yang dalam. Namun tatapannya dingin, tak sedikitpun memancarkan kasih sayang apalagi cinta.
David belum pernah mengatakan apapun tentang apa yang terjadi padanya dan sahabat mereka, Nabila. Akan tetapi suasananya sudah membeku, seakan mereka sudah berada dalam masalah itu. Keduanya tahu dan mengerti, tapi mereka hanya terdiam dan mungkin hanya mampu menyampaikannya lewat ekspresi yang ada sekarang. Lelaki yang terkenal bijak dan dikagumi banyak orang ini bukan tak mau bicara tentang hal itu, namun seperti yang telah ia ungkapkan dengan Nabila bahwa Ia ingin semuanya berjalan dengan cara Tuhan. Lagipula David tak ingin jika Chyintia akan memusuhi Nabila setelah tahu apa yang Ia rasakan. Nabila bukan pelaku yang harus disalahkan, bahkan Ia hanya korban atas perasaannya yang tak mungkin lagi bisa Ia sangkal.
Jika memang harus berakhir, maka biarkan berakhir dengan sendirinya, bukan karena aku yang mengakhiri.
“Aku cuma mau tanya kabar kakak? Udah lama kan kita nggak komunikasi?”
Lelaki yang pernah mengugkapkan perasaannya sekitar dua tahun yang lalu itu kini seperti sudah tak mempedulikannya, bahkan untuk memperlihatkan wajah kearahnya saja sangat berat. David hanya tertunduk dan menarik nafas panjang ketika mendengar pertanyaan dari gadisnya.
Memang beberapa hari terakhir ini David tak pernah lagi berkomunikasi baik dengan Chyntia. Bahkan ketika tak sengaja bertemu David hanya terdiam, atau hanya menyapa atau hanya tersenyum. Tak tahu kenapa Ia tak bisa lagi berbohong dengan perasaannya. Ditambah lagi sifat Chyntia yang over protective terkadang membuat David harus berfikir berulang-ulang untuk terus menjalani hubungan dengannya dan menjadikannya Istri masa depannya
Ketika sore itu Chyntia mendengar pernyataan gadis yang tiba-tiba mengahampirinya yang sedang asyik menikmati es kelapa muda di pinggir pantai bersama Nabila, ia pun tak tinggal diam. Berkali-kali Ia berusaha menghubungi David, namun tak juga direspon. Kadang ia berusaha berprasangka baik, mengingat kekasihnya memiliki aktivitas padat, akhirnya Ia hanya mengirim pesan singkat, namun tak juga ada jawaban. Sampai hari ini, Ia tak bisa lagi memendam semuanya, Ia harus bertemu dengan lelaki yang membuatnya hampir tak peduli dengan apapun selainnya.
“Kabar kakak baik, mungkin karena terlalu sibuk saja sehingga komunikasinya jadi agak jarang.”
Jawabannya agak begitu datar, seolah semuanya baik-baik saja.  Wajahnya masih dingin, tak menampakkan kepedulian. Seperti tak mengerti gadisnya sedang merindukannya, merindukan kasih sayangnya dan perhatiannya.
Apa semua yang aku dengar kemarin memang benar? Apakah Ia setega itu untuk berpaling dan mendekati sahabatku sendiri?
“Chyn, kok jadi diam? Memangnya ada apa?
Pertanyaan itu benar-benar membuatnya semakin tak mengerti. Sepertinya kekasihnya tak sedikitpun merasa ada suatu kesalahan. Apa mungkin ini hanya salah paham? Hmm. Rasanya ingin sekali menyakan hal itu. Ketika menghubungi dan mengirimnya pesan, Chyntia belum sempat menanyakan hal ini. Tapi andaipun semuanya benar, Ia tak ingin semuanya berakhir. Akan Ia perjuangkan cintanya yang begitu terlanjur dalam kepada David.
Lama sekali mereka hanya membisu. Memandang kebawah dan keatas, padahal mereka duduk berdampingan. Hanya satu dua kali saling memandang dan dalam waktu sekejap pandangan itu lalu dialihkan. Pandangan tanpa rasa, Keduanya saling menunggu penjelasan. Chyntia butuh penjelasan akan apa yang Ia dengar saat itu. Ia juga masih belum mengerti kenapa kekasihnya begitu dingin. Memang tak jarang mereka saling berdiaman karena Chyntia yang tak bisa menahan rasa cemburu kepada gadis yang dekat dengan lelakinya, tapi biasanya tak berlangsung lama, meskipun akan sering terulang. Lalu kenapa sekarang begitu berbeda?
David yang masih belum mengerti kenapa Chyntia mengajaknya bertemu tiba-tiba pun masih menunggu penjelasannya. Ia meyakini bahwa gadis yang duduk disampingnya belum mengetahui apa yang terjadi antara dia dan sahabat mereka, Nabila. Lagipula Ia tak ingin berkata apa-apa, Chyntia sering sekali bersikap tak dewasa dan membuatnya memilih diam.
“Kak, aku meminta bertemu karena aku ingin menanyakan kabar kakak. Aku juga merindukanmu kak. Aku ingin kita baik-baik aja seperti biasanya.”
Entah kebodohan seperti apa yang dilakukannya. Cinta memang bisa benar-benar menguasai manusia hingga meninggalkan logika. Jelas sekali jika cinta mereka sedang bermasalah, namun Ia tak ingin lagi membahasnya. Karena jauh dilubuk hatinya Ia hanya ingin bersama dengan pujangga yang membuatnya tak bisa lagi hidup tanpa kehadirannya.
Biarkan sajalah jika apa yang mereka katakan benar, tapi aku akan memendamnya sendiri meski perih yang akan selalu menemani. Mempertahankan hubungan denganmu adalah yang terpenting yang aku tahu. Aku akan diam, aku tak akan menyalahkan, tapi kembalilah dan perbaiki. Aku mencintaimu, sakit dan derita adalah resikoku.
Chyntia hanya sibuk berdialog dengan dirinya sendiri. Perih dan sesak dadanya. Bahkan untuk mengatakannya saja Ia tak mampu, Ia terlalu takut kehilangan kekasih pujaannya. Ia berharap lelakinya akan mengerti, tapi sudah begitu lama mereka berada disitu dan kenyatannya David hanya terdiam seolah tak mengerti apapun.
“O iya Chyn, kayaknya udah sore, kita pulang yuk. Kakak khawatir nanti Chyntia kenapa-napa kalau pulang kesorean.”
“Iya kak.”
Ingin sekali Ia menahan David untuk tetap disampingnya. Tapi sepertinya lelakinya tak memiliki cukup waktu untuk hal itu. Tak ada keterangan sedikitpun mengenai apa yang sedang membuat hatinya gundah. Namun bertemu dan mencoba membuka komunikasi lagi dengannya sudah cukup membuatnya lega.
Mencintaimu adalah keputusanku. Sakit, sedih. Kecewa adalah resikoku. Kesalahanmu tak akan merubah rasaku, rasa cinta dan sayangku jauh lebih besar dari marah dan kecewaku. Bahkan semua kemarahanku tertutup akan rasa yang ada untukmu.

Pelangi Hitam di Langit MarlboroughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang