"Kenapa dia yang kau inginkan?"
Setelah mendapatkan pertanyaan seperti itu Pascal langsung menorehkan pandangannya jauh lebih tajam padaku. Aku harap pertanyaanku terhadapnya tidak salah sama sekali.
"Jawabannya sangat sederhana," ujar Pascal dengan sudut kanan bibirnya sedikit terangkat menampilkan senyuman miring yang begitu menyeramkan. "Karena ada spesies wanita sepertimu yang menyuruhku."
"Apa?" Aku harap ekspresi yang aku tunjukkan tidak terlalu memalukan di depan Pascal.
Pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana bahannya yang panjang. Senyumnya masih menghias garis wajah pria itu meski kini seluruh badannya ia arahkan ke arahku sepenuhnya. Jarak yang cukup dekat antaraku dan dia kini tercipta, mataku menyipit dengan nyalang ketika pria itu menatapku dengan senyum miringnya yang terkesan begitu meremehkan.
"Seorang wanita yang menyuruhku membunuh pria jadi-jadian tadi adalah orang bodoh yang sama sepertimu." Pascal mengucapkan hal itu dengan penuh penekanan tepat di depanku.
Mulutku sedikit terbuka dengan mata membulat ketika mendengar ujaran dari pria itu. Pria gila yang mengataiku bodoh itu memang sangat menyebalkan. Sumpah demi apapun pria pembunuh itu adalah pria yang sangat menyebalkan bagi hidupku.
"Kenapa ekspresimu begitu? Tidak terima?" ujar Pascal dengan badan yang sedikit ia condongkan ke arahku dan itu membuat pernapasanku sedikit tercekat. "Bukankah kamu memang bodoh? Hmm?"
"Enak saja," sungutku karena tak terima dengan ucapan pria gila bernama Pascal itu.
Pascal membenarkan kembali posisi berdirinya, dia mengarahkan pandangan pada anak tangga yang akan dia naiki agar dapat sampai ke dalam kamarnya.
Cepatlah pergi, kumohon....
Melangkahkan kakinya ke arah anak tangga pertama dengan santainya. Namun, tepat ketika kaki itu menapak anak tangga yang ke-5 pria itu kembali membalikkan tubuhnya dan menatap ke arahku yang masih berdiri dengan kernyitan di lantai dasar.
"Persiapkan dirimu dan kita akan menjalankan misi selanjutnya tengah malam nanti."
Aku pasrah ya Tuhan....
-•-•-
Aku lebih terbiasa terbangun sendiri ketimbang dibangunkan oleh sesorang. Namun, semenjak aku bertemu dengan pria aneh dan gila bernama Pascal aku sering terbangun karena ulahnya yang selalu memintaku untuk menemaninya menjalan misi, uhmm... mungkin itu lebih tepat untuk dikatakan sebagai pekerjaan bagi pria itu. Karena dari awal aku tinggal di sini, aku tak pernah melihat Pascal bekerja selain membunuh orang. Menyeramkam sekali pekerjaannya.
Tapi tunggu, bukankah akhir-akhir ini pekerjaan pria itu juga sudah menjadi pekerjaanku? Aku selalu ingin menangis ketika mengingat semua kebenaran itu.
"Bagaimana?"
Bagaimana apanya? Dasar pria gila tidak berperikemanusiaan!
"Korban di belakang itu sangat lucu, 'kan?" ujar Pascal ketika dia mengemudikan mobilnya dan sedikit melirik kaca spion untuk melihat korbannya yang sudah terikat oleh tali temali.
Aku mendesah pelan dan ikut melirik korban itu dari kaca. Seorang pria berjas tebal berwarna hitam dan beberapa sayatan di bagian depan tubuh dan sekitar wajahnya membuatku lagi-lagi meringis tak tahan melihatnya.
"Tak bisakah kita segera membuangnya saja? Aku mual harus satu mobil dengan ma-"
"Dia belum mati," tukas Pascal dengan tegas ketika aku belum menyelesaikan ucapan yang ingin aku ucapkan.
"Tapi dia bahkan sa-"
"Dia hanya terlihat kesakitan dan masih ingin merasakan sesuatu yang lebih lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity [H I A T U S]
RomanceCover by @Snowman-kun TERBIT SETIAP SELASA DAN JUMAT. Bila gelap malam tak cukup menggambarkan betapa suram dan pekatnya mata itu, wajah tegap dengan bibir tipis kemerahan yang membuat seorang Gean Larasati di mabuk kup...