saat berumur lima tahun, orang tua taeyong menyadari sesuatu yang menarik dan agaknya ganjil dalam taeyong. entah apa yang merasukinya, namun sejak kecil, taeyong sangat menyukai rasi bintang; tentu begitu pula dengan astronomi yang ia cintai dari dalam lubuk hatinya. terkadang kedua orangtuanya berpikir mungkin peranan sang ayah; yang merupakan astrofisikawan yang membangun rasa cinta taeyong terhadap rasi bintang. tapi masa bodohlah. toh nantinya ia tumbuh menjadi seorang pemuda tampan yang berambisi di bidang astronomi.
kini delapan belas tahun telah berlalu semenjak orang tua taeyong menyadari kecintaan taeyong terhadap astronomi.
lee tae-yong. pemuda berusia dua puluh tiga tahun. seorang pelajar tingkat akhir astronomi dan astrofisika. selagi menunggu wisuda kelulusannya ia kini menyibukan dirinya sebagai seorang operator di planetarium dan observatorium tersohor di pusat Seoul.
[]
pukul delapan telah terpampang nyata di jam utama yang berletak di tengah main hall planetarium. diluar makin gelap. sudah tiga puluh menit berlalu semenjak planetarium ditutup. dan kini semuanya sudah beres, rapih, dan bersih.
taeyong membereskan barang bawaannya. ia berjalan kecil menghampiri jaehyun. rekan kerjanya yang berusia dua tahun lebih muda darinya. ia jangkung dan berwajah manis. ia juga bersikap sangat manis ketika pertama kali datang bekerja di planetarium.
"jaehyun-ah!" orang yang dituju hanya berbalik kearah suara berasal. hari ini bagian jaehyun melakukan final check terhadap semua fasilitas planetarium dan observatorium. di detik penglihatan jaehyun menangkap garis tubuh taeyong, juga merupakan detik dimana ia tahu maksud taeyong menghampirinya.
"kau mau menggunakan teleskop lagi lee tae-yong?" orang yang dimaksud mengangguk kecil. wajahnya datar. hal tersebut memang ilegal, apabila kau tak punya izin khusus. namun taeyong punya. "cepatlah. aku ingin pulang cepat."
mendengarnya, taeyong terkekeh lalu berlari menuju gedung observatorium. ia sempat beberapa kali membetulkan tas selempang hijaunya. sedangkah jaehyun hanya mampu melihat tubuh taeyong yang kian lama kian mengecil. hingga akhirnya menghilang.
[]
sesampainya, taeyong buru-buru menurunkan tasnnya dari pundaknya. kemudian melepas kacamatanya. dan mulai membetulkan letak teleskop yang ukurannya tak terlalu besar namun juga tidak bisa dibilang kecil maupun ramping.
ini merupakan agenda taeyong setiap setelah bekerja. pada mulanya ia mengendap-endap demi menggunakan teleskopnya. ia hanya bisa menggunakan ketika bagiannya melakkan final check, dan membujuk siapapun yang kebagian final check pada hari itu. Namun setelah tertangkap basah oleh profesor yang mengelola tempat, meski harus melewati berbagai macam ancaman dan sikap dingin profesor, semuanya pada akhirnya layak diperjuangkan.ia kini bisa menggunakan teleskop setelah bekerja secara leluasa.
ia tahu persis koordinat nya.
ia tahu persis koordinat konstelasi bintangnya.
konstelasi bintang miliknya seorang. tak ada yang tahu. dan tak akan ada yang tahu.
konstelasi bintang itu ia temukan sendiri. lalu ia terpukau sendiri. jatuh cinta sendiri. menikmati dan mengaguminya sendiri. tak ada yang tahu namanya, tak ada yang tahu bentuknya, apalagi koordinatnya.
malam ini, seperti malam-malam biasanya, senyum taeyong tak bisa berhenti, tidak bisa turun. pikiran bahwa dalam sebuah kerjapan mata, segera ia akan bertemu dengan konstelasinya lagi. namun,
malam ini,
ia tidak ada.
senyum taeyong otomatis pudar. mungkinkah karena malam ini tidak cerah? tapi tak mungkin. malam ini secerah malam-malam kemarin. bintang yang kemarin malam bersinar terang, malam ini masih bersinar terang.
iya, dia tidak ada.
selayaknya seseorang yang baru patah hati, taeyong buru-buru mengambil tasnya dan berjalan keluar. wajahnya gusar. ketika ia berpapasan dengan jaehyun moodnya hanya sampai melambaikan tangan kearah jaehyun. sedangkan orang yang dituju tak mampu menutup herannya.
taeyong berjalan; masih gusar tentu. saat ia meraih pintu keluar ia kembali mengenakan kacamatanya. pintu keluarnya menyambung langsung dengan trotoar jalan utama. sebab itulah mengapa ia sering berhenti terlebih dahulu sebentar, takut-takut menabrak orang secara tidak sengaja.
namun malam ini ia jauh terlalu gusar untuk berhenti terlebih dahulu. ia ingin cepat-cepat sampai kerumah. memastikan lagi menggunakan teleskop butut bekas ayahnya. dan petaka!
ia bertabrakan dengan seorang wanita yang nampaknya setahun-dua tahun lebih muda darinya. taeyong berdiri dengan cekatan. maaf. maaf aku tak sengaja. maaf aku ceroboh.
ya, keduanya saling bersahutan. taeyong mengulurkan tangannya, menawarkan pertolongan pada si perempuan. si perempuan malu-malu memegang genggamannya.
buk!
bukannya bangkit. kini keduanya malah tersungkur bersama. si perempuan memekik. badan taeyong berada diatasnya. dan ya, mereka sedang berada di trotoar umum jalan raya. taeyong buru-buru bangkit, namun pikirannya kacau. pada akhirnya si perempuan tersebut bangun dengan usahanya sendiri.
si perempuan itu terdiam. ia mengucapkan maaf sekali lagi, kemudian pamit meninggalkan. namun taeyong tidak mendengar. yang ia lakukan selanjutnya adalah menarik lengan gadis tersebut ketika menyadari tubuh keduanya terasa menjauh.
taeyong menarik, si perempuan memekik.
dalam gerakan cepat taeyong menyingsingkan kain baju yang menutupi lengan si perempuan. sedangkan si perempuan berusaha melepaskan. pandangan taeyong terpaku dengan apa yang ada diatas lengan perempuan tersebut. matanya yang dingin dan tajam; selalu seperti itu apabila ia terlampau fokus, membuat takut si perempuan.
"mengapa kau bisa tahu garis konstelasi her?"
"her?"
"dia konstelasi bintangku. aku yang menemukan dan hanya aku yang tahu. bagaimana bisa tergambar di lenganmu?"
"mengapa di lenganmu ada konstelasi bintang milikku?"
taeyong bertanya lagi. matanya menatap dalam mata si perempuan. dalam dan lama. tangannya masih menggenggam tangan si perempuan.
"aku tidak menggambar mereka."
"lalu?"
"aku terlahir bersama mereka."
"maksudmu?"
"banyak orang memiliki tanda lahir bukan. nah yang ini milikku."
[]