Di jok belakang Cevrolet Impala keluaran 1967 itu mereka kembali berakhir dengan panasnya. Celana jeans Taehyung tersangkut di pergelangan kaki, terduduk lebar dengan kepala Yoongi yang membenami kemaluannya. Sesekali bibirnya mengebaskan erangan dalam—beradu dengan asap Malboro yang mengepul di udara.
Satu lagi nyasar di helai pirang Yoongi; yang sibuk melarian lidah di sisian kelamin Taehyung. Memberi prianya jilatan gemas sebelum kembali melumat batang yang sekeras kayu ke dalam rongga mulutnya.
Mungkin Impala itu sempit, ditambah kala itu suatu malam musim panas di pojok gas station yang sepi. Tapi siapa peduli; toh Yoongi juga menikmati.
"Cukup—h"
Taehyung menjenggut helai pirang Yoongi lebih keras. Meninggalkan bunyi decap mulut Yoongi dengan kelaminnya, lalu mengagkat tubuh Yoongi yang telah setengah polos ke atas pangkuan. Ya; hanya tersisa kemeja putih yang menggantung serampangan di bahu Yoongi. Memamerkan pucuk dada yang menegak dan berkilat basah akibat lumatan dari minitrasi sebelumnya.
Lalu bibir keduanya beradu. Dengan lidah. Tangan Yoongi lari kehelaian rambut ash Taehyung, memaksa lidah Taehyung bergerak lebih liar di dalam mulutnya. Sedangkan tangan Taehyung tentu saja lari ke arah paha Yoongi.
Kesukaannya; sebab kulitnya halus. Menggoda dijamah dengan mulut—andai saja ruang mobil ini selebar Fortuner atau yang lainnya. Taehyung dengan senang hati menggunakan mulut dan gigi untuk menjamah, serta lidah untuk menyiksa. Lalu merambat naik, memijat bongkahan Yoongi dan menyasar tujuannya yang kering.
"A-akh—bangsat,"
Yoongi mengumpat. Kering—tentu saja rasanya perih. Tapi seks dengan Taehyung selalu kasar, sayangnya pula Yoongi ketagihan. Jemari Taehyung yang mengoyaknya semakin dalam. Taehyung yang menggigit bibir bawah Yoongi secara hati-hati. Keringat menjadi satu sebab terik malam hari musim panas sedang membaur dengan gairah yang tiada paham.
Hingga akhirnya Yoongi berakhir menunggangi kelamin Taehyung. Dengan mata terpejam dan wajah tengadah nikmat. Membiarkan sisa isakan serta lenguhan menjalari malam yang mulai beranjak naik. Toh siapa yang peduli dengan mobil bergoyang—tiada manusia kepo yang hendak mencari tahu. Atau siapa yang mau mendengarkan dengan seksama, suara testis beradu dengan kulit bokong.
"Lebih cepat,"
Taehyung itu mutlak jika memberi perintah. Bila tidak dituruti tidak segan untuk menampar bokong dengan keras. Atau menjambak. Tapi Yoongi suka, seperti memancing sisi liarnya untuk tidak menurut.
'P-penuh—hh anggh'
Yoongi mengerang lagi ketika bokongnya ditampar. Jemarinya serampangan memegang bahu Taehyung. Kakinya gemetar, bahkan untuk sekedar bergerak naik. Sebab ketika Yoongi turun, Taehyung menghembaskan pinggulnya. Menusuk tepat muara syarafnya dengan keras.
"Yoongi—sial, tatap aku."
Bibir Taehyung di atas bibir Yoongi. Tidak benar-benar mencium, hanya menempel berbagi nafas ketika puncak mulai mendekat. Netra Taehyung berkabut oleh gairah, dibalas tatapan needy Yoongi. Luar biasa. Cengkramannya terasa mengetat di pinggang rampingnya. Yoongi kesusahan membuka mata.
Netra Taehyung menyusuri ekspresi Yoongi yang terlihat memukau ketika meledak dalam puncak seksual. Bibirnya terbuka, matanya terpejam dan tubuhnya mengejang. Satu dari sekian banyak yang mampu direkam Taehyung adalah keindahan Yoongi ketika orgasme.
Lalu Taehyung menggeram, menyusul dengan dua kali tusukan dan meledak di dalam lorong Yoongi yang menjepit kelaminnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
➖Just Friend [TaeGi--- Taehyung x Yoongi]
RandomTapi sekedar teman tidak saling memandang seperti itu. Tapi sekedar teman tidak saling cemburu. Tapi sekedar teman tidak memegang tangan seperti itu. Oh; Yoongi dan Taehyung hanya berteman saja 'kan?