Prolog

119 11 2
                                    

        Lelaki tersebut terbangun di kehidupannya yang berbeda, merasakan tubunya sendiri yang mulai bernafas tidak teratur.

        Lelaki berumuran 14 tahun tersebut menjerit ketakutan, ia berada di mimpinya lagi. Hutan yang terlalu lebat dan cahaya matahari yang sudah semakin gelap membuat jantungnya berpacu semakin cepat. Ia ingin terbangun, tetapi badannya tidak bisa bergerak. badannya seakan kaku, membeku. Semua organ tubuhnya tetap bekerja, seolah-olah ia sedang terbangun, ia tetap tak bisa terbangun kecuali jam wekernya berdering kencang. Kini ia tetap harus memecahkan potongan teka-teki yang ada di mimpinya tersebut.

        Teka-teki yang terlalu aneh dan membuatnya pusing, dan harus dia pecahkan sendirian, karena tidak ada orang lain yang benar-benar waras kecuali dirinya. Mimpi itu sungguh terasa seperti nyata. Pohon-pohon dan angin sepoi-sepoi membuatnya seakan dia benar-benar hidup di mimpinya. Sayang. Itu bukan mimpi bagus seperti yang diharapkan, bukan. Ini semua adalah mimpi buruk. Ya. Mimpi buruk, yang entah akan berakhir kapan.

        Hutan yang lebat tersebut sudah ada di pandangannya, pohon-pohon yang didepannya bergoyang ke kanan dan ke kiri seakan memberikan kode yang tak dapat dimengerti olehnya. Lelaki tersebut seolah sudah bersiap menjalankan hari ke-2 dia disana. Tepat saat ia menoleh ke belakang, makhluk-makhluk aneh tersebut sudah bersiap menyerangnya, menerkamnya dan menjadikan lelaki tersebut menjadi salah satu bagian dari mereka. Zombi, ya... dengan jumlah yang semakin banyak. Zombi-zombi tersebut memancarkan mata merahnya dan luka-lukanya yang sadis sekali. Beberapa ada yang menjerit tak karuan, beberapa menjulurkan rambut panjangnya ke depan dan tangannya yang sudah berdarah-darah. Salah satu dari mereka mengeluarkan cairan hitam aneh yang keluar dari mulutnya. Mereka berteriak, membuat kepala laki laki tersebut pening. Suara-suara tersebut terdengar seperti kutukan yang harus dialaminya sepanjang malam.

        Ia memutuskan untuk berlari ke arah timur, dengan tujuan melarikan diri dari Zombi-zombi tersebut. Lantas tiba-tiba dia merasakan getaran hebat. Ia bisa merasakan keringat dingin mulai menetes di keningnya. Zombie dan hutan-hutan lebat tersebut seketika menghilang tergantikan dengan kegelapan. Seakan-akan tak ada seberkas cahaya yang masuk, tergantikan dengan kegelapan pekat. Badan lelaki tersebut mengigil ketakutan. Lantas tiba-tiba ia mendengar suara-suara gemerincing lonceng disertai suara yang menggema seolah-olah disampaikan oleh pengeras suara yang jumlahnya banyak sekali.

        "Lari, atau kau mau mati dan terperangkap disini."

        Namanya Alva, dan dia harus menjalankan segala mimpi buruk ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Apocalypse (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang