Malam minggu. Malam dimana biasanya semua orang yang memiliki kekasih ingin menghabiskan waktu bersama sampai malam larut atau hingga matahari muncul. Tak peduli kegiatan yang dilakukan akan berakhir dikamar hotel atau terjaring razia polisi yang patroli mendadak mengawasi muda-mudi ditempat-tempat tertentu.
Euforia malam minggu kali ini ternyata tidak begitu menarik bagi Veranda dan Naomi. Keduanya lebih memilih duduk-duduk di balkon kamar apartement milik Veranda ditemani dengan 2 gelas coklat hangat beserta beberapa potong roti bakar buatan Naomi khusus malam ini untuk Veranda.
Naomi sendiri sibuk membaca salah satu novel koleksi Veranda sedangkan Veranda yang berada disebelah Naomi lebih memilih berselfie ria dengan bersandar dibahu Naomi atau sekedar membuat instastory diakun social media miliknya hingga membuatnya jenuh sendiri.
"bosan.."
Naomi yang mendengar keluhan Veranda langsung menutup Novelnya dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Veranda.
"kita mau ngapain biar gak bosan ? Lagian ini udah jam 11 malam, udah terlalu malam kalo kita paksain keluar" kata Naomi.
Veranda menghela nafas dan membenarkan apa yang dikatakan Naomi. Sudah larut malam dan dia juga malas harus berjibaku dengan jalanan yang ramai dengan kemacetan dimalam minggu.
Veranda tiba-tiba langsung bangkit dari duduknya dan mulai merentangkan tangan diujung balkon. Merasakan hempasan angin malam yang menyejukkan dan mulai memejamkan mata meresapi setiap hawa dingin yang membungkus tubuhnya yang hanya menggunakan piyama miliknya.
Naomi yang melihatnya hanya tersenyum simpul, menatap punggung Veranda merupakan satu hal yang menarik. Membayangkan secara tiba-tiba sepasang sayap muncul dipunggung itu dan mulai menggepakkannya mengajaknya untuk terbang menembus waktu berdua hingga akhir.
Setelah merasa cukup dingin, Veranda kembali duduk mengambil posisi memeluk Naomi dari samping dan menyandarkan kepalanya dibahu kecil Naomi. Sedikit bermain dengan jemari hingga saling menggengam erat satu sama lain.
"apa mimpimu ?"
Naomi tersenyum mendengarnya, dan menarik tubuh Veranda untuk semakin merapat pada tubuhnya.
"mimpiku sederhana, yang penting ada kamu didalam mimpiku" jawab Naomi.
"mimpi apa kalo boleh tau?"
Naomi menatap mata Veranda sembari menyingkirkan anak rambut yang menjuntai menghalangi padanganya pada wajah cantik Veranda yang selalu memabukkannya. Dan ditutup dengan sebuah ciuman tulus diberikan Naomi di kening Veranda seolah menyalurkan seluruh perasaannya yang paling dalam pada seseorang yang berhasil membuat hidupnya menjadi memiliki makna.
"aku ingin lulus kuliah secepat mungkin dan mulai bekerja diperusahaan besar. Kerja 4 atau 5 tahun untuk menabung uang cukup banyak setelah itu aku resign dan menikahimu dinegara yang menerima kita, membawamu pergi kesebuah desa yang gak kenal latar belakang kita sama sekali. Aku akan membuat sebuah tokoh kelontong dimana aku nanti yang jaga, terus kamu nanti aku bikinkan puskesmas kecil-kecilan biar nanti seluruh masyarakat yang sakit bisa datang buat berobat sama bidadari seperti kamu"
Veranda tersenyum haru mendengarnya. Naomi sudah memikirkan hubungan mereka hingga sejauh itu. Memikirkan dimana mereka akan tinggal berdua.. Wait ? Berdua ?
"berdua aja ? Anak gimana ?" tanya Veranda sedikit bingung.
Naomi menatap Veranda dengan tatapan jail dan sedikit menyeringai mendengarnya.
"gampang. Bisa diurus, kalo mau dibuat sekarang pun gak masalah. Aku siap"
Pipi Veranda memanas mendengarnya. Bahkan dia langsung menunduk dan semakin merapatkan wajahnya dipundak Naomi hingga tak terlihat.