19. Hari yang berat

451 65 32
                                    

" Dinasehati baru sadar, dasar aneh! " Hardik Krystal, wanita cantik itu mencebik kesal apalagi saat Minho mendekatinya dan menjitak kepalanya sedikit keras. Ia melempar bantalnya dengan kasar kearah sofa disampingnya, tangannya berkacak pinggang hendak menghampiri kakaknya. Namun belum sampai tangannya meraih tubuh kakaknya, Ibunya terlebih dahulu menariknya hingga ia terduduk kembali ditempatnya.

" Sakit.. Mom, lihatlah kakak, dia jahat sekali " Adunya, wanita paruh baya itu hanya mampu menggelengkan kepalanya, sudah tak asing lagi kalau kedua kakak beradik itu bertengkar hanya karena hal sepele saja. Diam nya Minho menjadi kesenangan sendiri bagi Krystal agar ia bisa membully nya.

" Aku berangkat " Pamitnya, ia berbalik dan berjalan kearah pintu.

" Mommy harap Sulli masih mau menerimamu " Teriaknya. Minho menoleh dan menatap Ibunya dengan pandangan sebal. Sedangkan Krystal, adiknya itu tersenyum mengejek karena ucapan Ibunya, ia yakin kakaknya tidak akan senang kalau Sulli tak mau menerimanya lagi setelah meninggalkannya.

" Sulli akan menerimaku Mom "

" Belum tentu, kakak saja meninggalkannya. Dasar bodoh! " Sungutnya lagi. Minho mencebik dan berlari sambil menutup pintunya dengan bantingan.






Gerimis masih mengundang, dan bahkan lama-kelamaan menjadi semakin besar. Walaupun langit kembali mendung hal itu sama sekali tak menyurutkan semangat seorang pria yang kini tengah memasuki bilangan apartemen milik kekasihnya. Minho setengah berlari memasuki lift, dengan tak sabaran pria itu menekan tombol lift tempat dimana wanita itu tinggal , kakinya mengetuk-ngetuk menunggu lift yang tak kunjung terbuka. Sesampainya dilantai yang dituju dengan setengah berlari ia memasuki lorong dan berhenti tepat didepan pintu apartemen milik wanitanya.

Bersyukur karena pintu itu sama sekali tak terkunci, kenapa wanitanya teledor sekali, bagaimana kalau ada pria mesum yang masuk? Wanita itu kan tinggal sendirian. Memikirkannya membuat hatinya memanas. Ia menatap ruang tamu yang kosong, keadaan kamar tamu pun masih gelap sama seperti saat dirinya meninggalkannya. Minho berjalan kearah dapur, tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Dan langkahnya dengan cepat menuju kamar tidurnya, ia membuka pelan pintu tersebut dan tubuh ramping itu tengah berbaring dengan pulasnya sambil menghadap kearah jendela kamarnya.

Minho bernafas lega, pasalnya wanita itu tidak kemana-mana dan tak memilih pergi disaat dirinya meninggalkannya tadi. Minho duduk dipinggir ranjang, ia meneliti wajah cantiknya yang tengah tertidur pulas, ponsel miliknya masih berada dalam genggamannya. Minho mencoba melepaskannya dengan pelan dan tak berniat membangunkannya, saat melihat air mata yang mengering dan wajahnya yang terlihat sembab seketika rasa bersalah menyeruak kedalam hatinya. Pantas ibunya mengatakan kalau dirinya bodoh, memang begitulah adanya. Egois, bodoh dan kekanakan, itulah dirinya, ia mengakui kalau tindakannya tadi begitu tak masuk diakal. Keegoisannya malah hampir membuat Sulli nya pergi dari hidupnya, bahkan terang-terangan Ibunya menyuruh Sehun untuk merebutnya demi menjadi menantunya. Tidak akan! Langkahi dulu mayatnya kalau memang Sehun mau merebutnya.

Ponselnya tidak dikunci ataupun dipola, ia membukanya dan melihat daftar panggilan yang ada dipaling atas, tak ia sangka kalau wanita itu begitu gigih menelfonnya, sepuluh panggilan yang keluar membuat hatinya kembali dirundung rasa bersalah, bodoh! Kenapa ia memilih kabur dan sengaja tak ingin mengangkatnya. Seharusnya ia bersyukur ada yang mau menerima dirinya seperti Sulli. Wanita itu tak banyak menuntut dirinya, ia juga tak meminta hal-hal aneh padanya, kurang beruntung apa dirinya hingga meninggalkan Sulli dalam kondisi seperti tadi. Bodoh kalau dia meninggalkannya hanya karena penolakannya, benar kata Ibunya, ia harus mendengarkan penjelasannya dulu baru boleh pergi. Lagipula statusnya masih mengambang karena Yunho belum pulang untuk meluruskan masalah mereka. Ia benar-benar ingin bicara empat mata dan membicarakan perihal hubungannya yang memang memasuki tahap serius, Ia tak punya waktu untuk bersantai-santai dengan status pacaran sementara umurnya hampir memasuki kepala empat. Status menikahpun ia masih bisa berpacaran dan berduaan dengan Sulli kan?

Love by Accident✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang