"Raff udah! Gue bilang berhenti! Nggak ada gunanya lo berantem sama tuh cowok buat ngerebutin cewek kayak dia," ucap Aidan menarik kerah kemeja yang Raffa kenakan saat cowok yang tengah dirundung emosi itu hendak melayangkan kembali tinjuan pada cowok yang ia pergoki bersama dengan Julia, pacarnya. Raffa tidak habis pikir bagaimana bisa gadis dengan tampang polos seperti Julia berani bermain di belakangnya.
"Gue harus kasih pelajaran buat dia, Dan! Sebelum dia mati gue nggak akan puas!" protes Raffa pada Aidan yang menyuruhnya berhenti.
"Tenangkan diri lo Raff, cewek kayak Julia nggak pantes lo belain," Juna menepuk bahu Raffa sekali.
"Brengsek lo dim! Berani-beraninya lo sama Julia kayak gini di belakang gue," geram Raffa. Untungnya kedua lengannya dipegang oleh Aidan dan Juna, jadi Raffa tidak bisa menikam Dimas lagi.
"Udahlah, dua pengkhianatan pantas bersatu. Nanti juga mereka akan saling mengkhianati, lo tunggu aja kabarnya," seloroh Aidan yang tengah menatap Julia dengan penuh kebencian.
Dada Raffa naik turun, pandangan tak lepas sedetikpun dari wajah Julia yang terus saja menunduk menghindari tatapan penuh amarah milik Raffa."Jul, gue saranin sama lo buat makan semua make-up yang udah mempercantik wajah lo. Mungkin dengan begitu lo cantik juga dari dalam," ucap Aidan membuat kekehan kecil lolos dari bibir Raffa dan Juna.
"Brengsek lo! Maksud lo apaan Dan? Lo ngehina Julia?" murka Dimas selingkuhan Julia yang sudah bersiap menghampiri Aidan namun ditahan oleh Julia.
"Menghina? Sama sekali enggak, gue cuma mendeskripsikan Julia," sahut Aidan begitu santai yang semakin mengundang amarah Dimas dan juga Julia.
"Awas lo! Kali ini lo selamat! Gue pastiin lo nyesel udah berani urusan sama gue, tunggu aja tanggal mainnya!" ancam Dimas berapi-api.
"Gue pengin robek mulut lo sekarang juga, tapi--- gue takut dimarahi aktivis penyayang binatang," ucap Aidan dengan nada geli. Raffa dan Juna berbangga hati mendengar ucapan Aidan. Rasa sakit Raffa terbalas begitu indah dengan mulut pedas Aidan yang selalu patut diandalkan.
"Udah, ayo kita pulang!" Julia menarik tangan Dimas agar segera pergi dari hadapan Aidan dan yang lainnya.
"Udah tahu siapa Julia kan Raff? Cewek kayak gitu mah nggak perlu diperhatiin. Jangan kenalan sama muka polosnya. Polos-polos kayak Julia itu pengin di sleding," ucap Juna saat mereka sudah duduk di atas motor masing-masing.
"Bodoh sih lo" maki Aidan membuat Raffa menoleh cepat ke arah cowok yang baru saja mengatainya. Tatapan marah kembali terlihat di kedua matanya.
"Sorry raf, kalau omongan gue nyakitin hati lo. Gue pikir lo udah tahu kalau lo bodoh, ternyata belum," ujar Aidan lalu memakai helm full face miliknya. Raffa menggeram kesal. Tepukan Juna mendarat di bahunya.
"Kayak nggak tahu Aidan aja, dia itu orangnya kan kalau nyindir pedes banget. Ada benernya juga kok, sekarang lo udah nggak bodoh. Jangan sampai tertipu sama muka duanya Julia."
"Cabut!" ajak Aidan lalu menutup kaca helmnya. Detik berikutnya motor yang ia tumpaki sudah melesat. Bergegas Raffa dan Juna mengenakan helm dan menyalakan mesin motornya menyusul Aidan.
***
Apa yang diharapkan cewek pada malam Minggu? Diapelin kekasihnya sambil membawa cokelat atau Bunga, lalu pergi bersama menghabiskan malam Minggu berdua. Tapi itu tidak berlaku pada Angel. Harapan seperti itu terlalu tinggi. Ia hanya butuh Aidan membalas pesannya saja. Itu sudah cukup bagi Angel.
Sesulit apakah Aidan membalas pesannya?
Seberat apakah Aidan mengetik balasan untuknya? Angel menghela napas kasar. Ia terus berusaha berpikir positif tentang Aidan. Mungkin ponsel Aidan terbuat dari beton yang beratnya puluhan ton jadi Aidan keberatan hingga tak bisa membalas pesan Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady Killer
Fiksi Remaja[ tanpa edit ] Aidan Alexander playboy, bertindak semau sendiri, dan tidak suka ucapannya dibantah. Angelina Arfina. lemah lembut, penyabar, selalu menuruti perkataan Aidan. Mereka backstreet. Yang Angel tahu tentang Aidan adalah cowok baik, peny...