bagian 10

37 9 0
                                    

" jika mencintaimu aku perlu menunggu seribu tahun lagi, maka aku juga akan berusaha dengan seribu cara. Adil kan?"
-Rayhan

&

Kania meletakkan semua buku-buku yang ia ambil. Ia melangkah dengan lesu kearah pintu masuk, ia melihat seorang petugas perpustakaan gendut yang sedang tertidur. Perpustakaan sudah kosong, Kania menatap jam tangan di pergelangan tangannya.
" 14.26, huh! Pantas saja sekolah sudah sepi"

Kania melihat ke sekeliling sekolah, langit mulai mendung sepertinya akan turun hujan. Kania melangkah kearah tempat persembunyiannya.
Ruang musik
Kania menatap kedalam ruangan itu. Sunyi, dingin dan mencengkram.

Selangkah kakinya masuk kedalam ruangan itu. Entah kenapa ia merasa ruangan ini merindukannya. Ia tersenyum simpul, ia makin dekat melangkah kearah gitar disebelah piano.

" belum pulang?" Kania hampir melempar gitar di tangannya. Ia menatap sekilas kemudian kembali fokus pada gitarnya.
"Bukan urusan lo!" ucap Kania dengan juteknya.

Reyhan berjalan melangkah kearah Kania. Ya, orang itu adalah Reyhan. Reyhan tersenyum simpul, pendangannya tak lepas dari wanita di depannya yang kini sedang memetik gitar.

" lo suka main gitar juga? Hebat dong?" ucap Reyhan. Kania tetap fokus pada gitarnya.

"Oh ya, tugas lo udah lo kumpul? Ternyata masuk jurusan bahasa itu susah banget!" Reyhan kembali berusaha mengalihkan perhatian Kania. Kania bergerak tak nyaman, entah karena ia tak suka dengan keberadaan Reyhan atau pengaruh Reyhan pada fisik dan mentalnya.

"Lo udah ma....."

" shut up!!! Lo bisa gak sih semenit aja gak gangguin gue? Gue muak tau gak!" Kania bangun dan langsung meletakkan gitar itu. Reyhan sedikit terkejut dengan sikap Kania, ia jadi kelabakan tak tau harus berbuat apa. Reyhan mengejar Kania dengan segera.

"Kan, tunggu! Gue cuma pengen ngobrol bareng lo" ucap Reyhan sambil menarik pergelangan tangan Kania. Kania tampak geram melihat tinggah Reyhan.

"Gue ada urusan. Gue gak suka diganggu!". Reyhan menganga lebar, kepergian Kania membuatnya syok berat. Tak ada kata yang dapat diucap, bahkan kakinya tak mampu tuk mengejar wanita dingin itu.

Reyhan memegang dada kirinya, degupan itu semakin kencang. Ia tak mengerti semakin Kania menolak kehadirannya semakin ia menyukai wanita itu. Semakin Kania berusaha menghindar dirinya akan mengejar Kania sampai kapanpun. Reyhan sadar kini dirinya telah mencintai wanita dingin itu.

&

Kania berhenti di sebuah halte bus. Ia memeriksa uang di setiap saku pakaiannya. Ia terduduk lemas, uangnya habis dan ia sangat lapar. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, apakah ia kembali kerumah sahabat barunya itu? Jujur saja ia sudah sangat malu terus menerus menumpang di rumah itu.

Kania menatap kearah langit, langit cukup terik kini. Sepertinya mentari kembali mencoba memberikan ujian pada Kania. Keringat terus bercucuran di pakaiannya. Seragam Kania kini telah setengah basah karena keringatnya. Haus pun melanda dirinya, Kania memegang perutnya yang berbunyi setiap beberapa menit.

"huuuhh..... Panas!!!!!" Kania duduk membungkuk dan menggayung-gayungkan kakinya. Tiba-tiba seorang pengemis terlihat di sebrang jalan sedang mengaduk-aduk bak sampah. Kania terus memperhatikannya, entah kenapa ia mulai penasaran dengan apa yang dilakukan pengemis itu. Beberapa menit kemudian sang pengemis itu mengangkat sebuah keresek putih dengan bangganya. Ia memeluk keresek itu dengan senangnya. Kania tak dapat melihat jelas pengemis itu tapi yang pasti adalah pengemis itu menyebrang dan berjalan kearah halte bus.

Semakin mendekat kini Kania tau dia adalah seorang wanita setengah abat semakin cepat menyebrang. Kania terus menatap wanita tua itu, namun yang ditatap hanya tersenyum senang.

"boleh ibu duduk disini, nak?" ucap wanita pengemis yang kini sudah berada disebelahnya. Kania hanya tersenyum hambar, wanita itu duduk disebelahnya dan membuka bungkus itu. Kania terus memperhatikannya hingga dia syok ternyata yang dibawa adalah sebungkus nasi utuh. Kania sedikit jijik dan kembali menatap binar senang dimata wanita itu. Wanita paruh abat itu sepertinya mengerti apa yang dipikirkan Kania dan kemudian tersenyum simpul.

" orang sekarang terlalu sombong dan berlebihan" wanita itu berkata sambil membuka bungkus nasi yang ia dapat dari bak sampah tadi. Kania sedikit terkejut mendengarnya, Kania hanya menatapnya sekilas. Melihat gadis disebelahnya hanya diam saja wanita itu kembali berkata.

"mereka tidak mengira jika menginginkan sesuatu, selalu saja berlebihan bahkan sudah tau tidak suka tetap saja dibeli. Dan pada akhirnya barang itu akan berakhir di bak sampah seperti nasi ini. Mari makan nak" wanita itu tak memperhatikan sekelilingnya kembali, wanita paruh baya itu makan dengan tenang. Kania menatap wanita pengemis dengan bingung.

"kenapa anda tidak merasa jijik dengan makanan itu?" ucap Kania dengan gamblangnya. Sang wanita itu berhenti menikmati makannya. Kania tersadar dengan kalimatnya itu pasti sangat menyakitkan mendengarnya. "maaf buk, aku.... Aku hanya heran kau mendapatkannya sangat bahagia bagaikan mendapat sebongkah emas" ucap Kania dengan bingung. Wanita itu hanya tersenyum simpul, terlihat jelas sebenarnya wanita ini sangat manis dan Kania bisa pastikan wanita ini pasti cantik sebelum kotoran-kotoran itu melekat di tubuhnya.
"aku sedang menikmati karma, akibat dari hidupku terdahulu yang tidak pernah menghargai sesuatu. Dan kini aku harus belajar menghargai apa yang aku dapatkan termasuk nasi dari bak sampah ini" ucap wanita itu. Kania semakin mengernyit bingung

"maksudnya?" wanita itu hanya tersenyum.

Tbc

Hello guys, welcome to my love story.
Lama ya😊
Maklum, lagi sibuk ngurus hidup yang perlu di tata ulang
Eeeaaa😂
So trimakasih sudah menunggu.
Love you so much
See you next part
Good bye🤗🤗

KACAMATA [slow.update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang