Satu

4K 142 17
                                    

"Damn..."

Sambil mengumpat, Arissa menendang ban mobilnya yang terlihat kempes parah. Padahal saat ini dia dalam perjalanan menuju kantornya dan dengan insiden pecahnya ban mobilnya ini, sudah pasti dia terlambat.

Sialnya hari ini kantornya mengadakan meeting yang wajib dihadiri Arissa. Dia pasti mendapatkan omelan yang super panjang dari om-nya karena om-nya itu paling tidak suka dengan namanya kesalahan, meskipun itu hanya kesalahan yang kecil. Menghembuskan napasnya berat, Arissa memutuskan untuk menggunakan ojek online saja. Tapi sebelumnya dia harus menghubungi bengkel langganannya terlebih dahulu untuk mengambil mobilnya. Memastikan mobilnya baik-baik saja meski nanti akan dia tinggal.

"Halo!"

"..."

"Mas, bisa jemput dan memperbaiki mobil sa..."

Arissa mematung. Terlalu terkejut, hingga otaknya sulit mencerna apa yang baru saja terjadi. Sampai seseorang menepuk pundaknya. "Mbak, itu handphone dan dompet mbak diambil loh," kata orang itu dengan wajah khawatir sekaligus kasihan.

Seketika Arissa tersadar dan berteriak sambil berusaha mengejar pencopet yang mengambil handphone dan dompetnya.

"COPETTTT!!!" Teriaknya panik, menarik perhatian orang-orang yang ada disana.

Dan seperti adegan difilm-film ketika ada orang yang berteriak 'copet', sebagian orang yang mendengarnya teriakan Arissa tadi berusaha membantunya dengan mengejar si pencopet.

Berlari dengan hati-hati agar tidak jatuh karena menggunakan sepatu heels tinggi, Arissa tetap mengikuti kemana perginya si pencopet dan orang-orang yang membantunya itu. Bukan masalah kerugian materi yang akan dideritanya kalau dia kehilangan barang-barangnya itu, tapi karena masalah pengurusan data-data yang penting ada di dompet dan handphone-nya lah yang membuat dia mau repot-repot begini.

Untungnya harapan Arissa terkabul. Pencopet dompet dan handphone-nya tertangkap.

"Bugh...bugh...bugh..." suara pukulan bertubi-tubi terdengar ketika Arissa tiba di gerombolan orang-orang yang tengah menghakimi si pencopet dompet dan hp-nya.

Melihat itu Arissa segera melupakan hp dan dompetnya karena seberharga apapun semua yang ada didalamnya, tidak seberharga nyawa pencopet itu. Bisa saja dia kesal dan marah pada si pencopet, tapi bukan berarti dia menginginkan si pencopet dihakimi secara sepihak seperti ini. Arissa sudah siap menerobos gerombolan orang yang yang main hakim sendiri itu, ketika sebuah suara terdengar.

"Berhenti! Ada apa ini?" Suara itu tidak begitu kuat, namun cukup tegas dan penuh penekanan, hingga dengan hebatnya mampu menghentikan orang-orang yang ingin di berhentikan Arissa tadi.

...

Karenna tidak ada satupun dari orang-orang itu menjawab pria yang bertanya tadi. Arissa berinisiatif untuk menjawabnya sendiri karena dia pikir ini adalah kesempatannya menyelamatkan barangnya yang dicopet dan sipencopetnya.

"Permisi, permisi, permisi." Arissa coba menyelip masuk kerumunan orang-orang disana, agar bisa menjawab pria yang belum dilihat wujudnya tadi.

Saat itu dia masih di luar kerumunan, sedang pria yang berhasil menghentikan massa tadi sudah berada di tengah kerumunan. Dan ketika Arissa berhasil masuk kerumunan itu, Arissa malah terdiam membatu. Kata-kata yang sudah disiapkannya tadi hilang seketika dari otaknya saat dia melihat wujud orang yang ingin diajaknya bicara. Apalagi ketika pria tersebut sudah menancapkan atensinya pada keberadaan Arissa dengan sebelah alisnya yang sedikit terangkat. Seketika Arissa merasa jengkel dengan keberadaan orang itu. Sialnya dia tidak bisa mengabaikannya dan harus bertahan disini karena dia perlu menyelesaikan masalahnya dan sipencopet. Dan orang yang membuatnya jengkel itu pasti akan ikut campur karena itu sudah merupakan bagian dari pekerjanya.

Catching Mr Police (MMP II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang