Boby mengerang frustasi akibat hasil test DNA yang baru beberapa hari lalu ia lakukan. Semua bukti menyatakan bahwa dia merupakan Ayah dari Anak yang dikandung oleh Michelle. Michelle duduk di hadapannya dengan tenang sambil meminum jus yang sudah ia pesan.
"Apa harus aku yang ngasih tau ini ke Anin?" Ucap Michelle santai.
"Jangan.." Lirih Boby pelan. "Trus? Sampe kalian bener bener nikah baru Anin boleh tau semua ini?" Boby hanya diam, ia tak bisa menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Michelle.
"Haha, gw masih gak nyangka bisa hamil anak dari calon suami pacar gw sendiri" Boby meringis mendengarnya. "Gimana kalo kita anggep ini gaada? Gw bayar berapapun..."
Michelle berdecak. "Gw gak perlu duit lu. Gw cuma butuh tanggung jawab dari lu, lu harusnya bersyukur Bob! Gw nggak ngaduin ini ke keluarga gw, kalo lu udah memperkosa gw! Harusnya sekarang lu udah ada di penjara dan Anin udah nikah sama gw!"
"Oke oke, gw akan berusaha buat tanggung jawab! Tapi gw masih butuh waktu buat jelasin ini semua ke keluarga gw" Boby berusaha menenangkan dirinya sendiri. Michelle tersenyum puas dengan jawaban Boby. "Oke, gw pegang omongan lu Bob, gw akan ngejauh dari Anin dan bilang kalo gw masih di jepang"
"Thanks Syel" Michelle tersenyum dan mengecup pipi Boby sekilas. "Gw duluan" Okta dengan cepat menghalangi Michelle yang akan pergi dengan tangannya, ia menatap tak suka dengan Boby. "Gw perlu penjelasan dari apa yang barusan gw liat"
Michelle tersentak kaget melihat seorang pria sudah berada di dekatnya dan menahannya. "Sorry gw gak ada waktu" Michelle berusaha untuk pergi namun baru selangkah ia pergi Okta sudah menahan tangannya. "Awww"
"Ta, please jangan kasar sama dia"
"Gw cuma butuh jawaban dan dia mau pergi gitu aja?" Michelle masih berusaha melepaskan tangan Okta. Hingga ia menyerah. "Gw yang bakalan jawab Ta"
"Sebelumnya kenalin ini Okta, pacar Desy"
"Ah jadi pacar Ci Desy sekasar ini ya sama cewe yang baru hamil!" Okta mengerutkan keningnya. "Lu kenal Desy?" Michelle tersenyum. "Dia temen SMA pacar lu Ta dan dia juga temen Anin"
"Maaf? Temen? Gw pacar Anin"
"Tunggu tunggu, lu pacar Anin? Jangan bilang..."
"Kenapa? Masalah kalo cewe sama cewe?" Okta melirik kesal ke Michelle. "Oke, gw ngerti. Tapi satu hal yang gak gw ngerti. Kenapa cewe hamil kayak dia deket deket sama lu? Dia pacar Anin dan lu calon suami Anin"
"Dia hamil gara gara gw" Michelle tersenyum mendengarnya. "Gw pamit, ada urusan penting" Okta yang masih terlampau syok tak bisa berbuat apa apa. "Ada yang perlu gw jawab lagi Ta?"
"Anin udah tau ini?"
"Itu masalah yang gw bicarain sama dia tadi. Dan dia bisa kapan aja ketemu Anin dan ngasih tau semuanya. Gw butuh bantuan lu Ta"
"Gw akan bantu"
"Jaga Anin selama gw gak ada"
*****
Okta baru saja mendengar semua penjelasan dari Boby, dan itu membuatnya begitu frustasi. Dia tak mengerti kenapa Boby dapat melakukan semua itu. "Oktaa"
Okta menoleh menatap Desy yang daritadi hanya ia diamkan. Bukan, bukan hanya Desy tetapi juga Sisca berada di hadapannya. Mereka bertiga memang sengaja bertemu atas permintaan Desy. "Lu daritadi diem doank Ta? Gw sama Ci Des manggil juga ga nyaut. Ada masalah?"
Okta menggeleng. "Kamu tau kan Ta? Sebulan lagi Anin sama Boby nikah. Mau beli baju couple gak? Biar serasi gitu"
"Yeee.. Ntar gw keliatan banget jomblonya lagi kalo barengan lu berdua" Sisca memanyunkan bibirnya kesal. Desy merangkul pundak Sisca dan mencium pipi Sisca gemas. "Aku mau tanya sesuatu boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trip 2
Fanfiction[18+] "Kecerobohan yang menyebabkan semua ini terjadi!" -Anin "Maafkan aku, aku tau aku salah" -Boby "Aku butuh tanggung jawabmu Boby, Ini anakmu Boby!" -Michelle