"hay Naomi !"
Naomi yang baru saja turun dari motornya tersenyum membalas sapaan dari salah satu pegawai yang bekerja di tempat pemotongan hewan pagi ini.
''s-shani ?" panggil Naomi ragu pada seorang perempuan yang menggunakan dress merah sambil mengayunkan pisau daging cukup besar dan mulai memotong daging dengan tepat.
Yang merasa dipanggil mulai menoleh kearah sumber suara sambil memamerkan senyum manisnya.
"pagi Naomi !" sapa Shani riang.
Naomi menatap aneh pada Shani yang dengan santainya menggunakan Dress merah menyala dengan pisau daging yang cukup besar ditangan kanannya. Terlihat senyum Shani tidak pudar meskipun dress cantik itu terkena sedikit noda darah.
"gak usah heran. Udah 3 minggu dia pake begituan semenjak dikasih Ayah." ujar Lidya yang baru saja memasuki ruang pemotongan saat melihat tampang cengo Naomi menatap Shani.
"yang bener aja lo udah 3 minggu dia pake beginian. Kagak dicuci apa ?"
Lidya hanya mengindikkan bahunya mulai memakai celemek dan sedikit mengasah pisaunya untuk memotong daging sapi yang baru saja diantar oleh pengepul
"gue cuci kok bajunya. Mandi sore gue cuci habis tuh gue jemur semalaman"jawab Shani pada Naomi.
"tuh dengerin. Cuman 1 malam doank dijemurnya. Gue aja bingung nih anak bisa banget pake baju lembab, apa gak sakit kali yah"
Brak !
Sebuah bunyi pisau yang dihempaskan kedaging dengan suara cukup keras mengagetkan Lidya. Shani menatap tajam pada Lidya yang baru saja meledeknya karena terlalu menyukai dress pemberian Ayah hingga membuatnya selalu memakai dress ini sepanjang hari.
"bilang aja kalo lo sirik karena gak dibeliin Ayah dress secantik punya gue !" kata Shani dengan nada kesal. Lidya balas menatap sengit pada Shani seolah mengibarkan bendera perang.
"ngapain gue iri ngeliat lo pake baju begituan. Kena darah tiap hari palingan jadi bau amis" ledek Lidya dengan senyum meremehkan pada Shani.
Shani yang tidak terima langsung mengambil gerakan tiba-tiba untuk menarik pisau yang menempel pada talenan kayu dan mengacungkannya tepat diwajah Lidya.
"sekali lagi lo ngeledekin dress milik gue, gue bakal gantiin kaki kambing yang mau gue potong jadi lengan atau kaki milik lo" ancam Shani dengan nada serius.
Lidya yang diancam seperti itu mulai meremang bulu kuduknya, terutama tatapan membunuh Shani benar-benar mengubah Shani yang biasanya kalem menjadi seperti seorang psikopat. Keringat dingin yang menetes dikening Lidya membuat Naomi yang sedari tadi melihatnya mulai menutup mulut manahan tawanya. Dia masih sayang sama nyawa dan organ tubuhnya, jika dia tertawa mungkin dia akan habis dicincang oleh Shani atau Lidya.