Chapter 5

218 18 11
                                    

'Dimana gadis itu?' Batin Annin yang sedang menyusuri jalanan Sakae.

"Annin!"

Gadis itu menoleh dan menemukan gadis lain dengan rambut tergerai berdiri disamping telepon umum dan melambai ke arahnya. Ia segera menghampiri gadis itu dan melepas maskernya. "Bodoh! Kenapa disini?"

"Uh, maaf. Cuaca Sakae sangat buruk, sehingga untuk menghindarimu dari badai salju, aku mengajakmu ke sini. Ash, sudahlah. Aku punya berita untukmu, entah baik atau buruk."

"Nani? Jurina, Mayu bilang kalau target selanjutnya adalah Shinoda Mariko. Apa benar?" Tanya Annin kalut. Gadis yang dipanggil Jurina itu menggeleng lemah lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Disitulah masalahnya, seperti yang kubilang, entah baik atau buruk kabar ini bagimu. Shinoda Mariko sudah kembali ke Paris. Dan, mereka mengubah target mereka tetapi tetap orang yang dekat dengan Minami." Jawab Jurina pelan.

Nafasnya tertahan di leher, sepertinya ia tahu siapa target berikutnya, dan hanya ada dua pilihan, tinggal siapa yang mereka pilih. "Biar kutebak, antara aku atau Yuko." Balas Annin yang dibalas anggukan oleh Jurina.

"Lebih tepatnya lagi, Yuko yang menjadi pilihan mereka. Aku tak tahu kenapa mereka memilihnya..."

Annin terkesiap seketika, ia tahu alasan mereka memilih Yuko. "Aku tahu. Itu berarti, Yuko sudah melihat salah satu dari mereka, dan berarti, Minami juga dalam bahaya." Ujar Annin lalu meninggalkan Jurina.

Oh, begitukah permainanmu, Maeda Atsuko-san?Batin Annin sembari tersenyum sinis, kini, ia paham apa maksud Haruka menyuruhnya bekerja sama dengan Yuko.
**
'Acchan... kenapa kau setega itu?' Lirih Minami pelan, gadis yang 7 tahun lalu membawa warna di hidupnya kini berubah.

Semua karena dia, orang yang ia sayangi. Oshima Yuko. Air mata menetes perlahan dari kedua matanya, ia menyentuh pelan lengannya yang masih berdarah. Sayatan yang ia terima kesekian kalinya dari sahabatnya, lebih tepatnya, mantan sahabatnya.

"Minami, waktunya makan, kami menunggumu dibawah." Seru Yuki dari depan kamar.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin, memar di lengannya mungkin bisa disembunyikan, tapi lukanya tidak. Luka sudah tertoreh di hatinya atas perbuatan Atsuko, dan ia sudah cukup tersiksa atas ini. Lebih tersiksa lagi melihat Yuko yang dalam bahaya hanya karena dirinya.

'Gomen, Yuu-chan. Sepertinya kita harus menjauh sementara.'

Air matanya kembali menetes, membasahi pipi mulusnya kesekian kalinya. 'Atau setidaknya sampai dia puas bermain denganku.'




To Be Continue...

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang