GADIS FILOSOFI BAGIAN 12

264 52 6
                                    


Update singkat.

***

Ve POV

"Ve..." sapanya turun dari tangga. Pakaian yang tadi ku berikan terlihat lucu dikenakannya. Dengan kaos lengan panjang bermotif zebra dan celana putih selutut membuat kesan dirinya seperti anak-anak. Belum lagi rambut sebahu yang digerainya masih basah setelah keramas.

"Sini nal, aku keringin rambut kamu dulu" kataku sambil menarik tangannya untuk duduk. Dia hanya diam saja dan menuruti kata-kataku. Dengan handuk pelan ku seka rambut nya yang hitam dan lembut. Dengan hati-hati agar ia nyaman dengan perlakuanku.

"Ve.."

"Hm?"

"Kamu gak sekolah?"

"Udah izin kok tadi, aku juga udah buatin surat sakit kamu dan pengaduan karena kejadian semalam. Katanya sekolah akan menindak lanjuti masalah ini dengan baik, kamu tenang aja nal.." kataku sambil mengeringkan rambutnya.

Ia lalu diam. Menunduk dan tak bersuara. Tidak ada dari kami yang mencoba memecahkan keheningan. Sampai pada akhirnya perut kinal bersenandung dengan sendirinya.

"Laper bu?" tanya ku sambil tertawa. Ia diam dan wajahnya memerah. Aku gemas melihat tingkahnya yang seperti ini. Ternyata dibalik semua kata-kata bijaknya, tersimpan seorang Kinal yang malu-malu dan manja. Entahlah, degup jantung ini semakin berdetak lebih cepat. Rasanya aku ingin tersenyum terus jika hadirnya ada. Aku lalu menarik tangannya ke meja makan.

"Yuk makan nal, aku ga mau kamu kurusan."

"emang aku gendut?"

"ia kayak paus hahahaha" tawaku .

Ia lalu duduk di meja makan. Aku menghidangkan roti bakar isi daging dengan segelas susu di depannya. Ia tampak lapar dan segera ingin mencicipinya.

"berdoa dulu nal.." kataku. Ia tersenyum dan mengangguk. Kami memanjatkan doa menurut kepercayaan kami masing-masing dan langsung menyantapnya.

"kalau masih lapar, ntar aku tambah, aku buat banyak tadi.." Kinal mengangguk. Aku semakin gemas melihat cara makannya yang sangat lucu. Aku hanya melihat dia tanpa menatap makanan ku. Melihatnya sudah membuatku kenyang.

"Ga makan Ve?"

"Lebih enak mandangin kamu makan nal," balas ku spontan. Aku tersenyum untuk menyembunyikan salah tingkah ku. Ia menatap ku lekat, lalu memotong rotinya dan menyendokan ke mulut ku.

"buka.." katanya. Ia, dia ingin menyuapi ku.

"eh?"

"mulutnya Ve, Buka.."

Aku membuka mulut ku perlahan. Dan mendarat lah makanan itu di dalam mulutku.

"Kamu harus makan juga, supaya kuat mandangin aku terus." Katanya sambil melanjutkan makanannya.

Yah pipi ku memerah dan jadi bernafsu makan.

***

Kinal POV

"dirumah ini gak ada foto Ve?" tanya ku sembari mengelilingi ruang tamu. Ve duduk di sofa sambil membaca buku dengan eloknya.

"Ada kok.." katanya pelan.

"Liat dong, aku mau liat foto-foto kecil kamu.." kataku duduk disampingnya.

"buat apa?" matanya masih menatap buku itu. Aku mengambil buku itu dari tangannya.

"Supaya aku bisa kenal kamu .." jawab ku pelan. Aku menatapnya lekat. Mendaratkan pandangan mata ku tepat ke arah kedua bola matanya. Ah, Pipinya memerah.

"Kamu udah cukup kenal aku Kinal.." katanya mengalihkan pandangannya.

"oh ayolah, aku Cuma tau nama kamu, kelas kamu, hobi kamu, aku pengen tau latar belakang kamu juga, sama kayak kamu udah tau aku gmana dulu.." jawab ku

"terus kalau udah tau emang kenapa?" balasnya

"yah gpp sih, kan kita libur nih Ve.. dari pada kita gak ada kerjaan?"

"sapu rumah gih sana, piring cuci biar ada kerjaan"

"isss Ve.. kamu gitu deh.. kan aku baru sakit loh.. " kataku sambil memegang bajunya.

"semalam aja kamu peduli banget sama aku, sampe cium aku segala lagi.." timpalku. Ve jadi salah tingkah. Telinganya memerah. Walau ia mengalihkan wajahnya, aku yakin ekspresinya sekarang seperti udang rebus,

"Tanggung jawab atuh Ve.." jawabku semakin manja. Ia tidak bergeming.

"Ve.. tau gak, ciuman itu ada filosofinya juga loh.." ia menatap ku. Pandangannya bertanya-tanya.

"pernah gak kamu berfikir kenapa ciuman itu harus bibir ke bibir?"

"aku cium kening kamu juga kok dari tadi." Jawabnya

"itu kan bukan first kiss namanya! Maksud ku, first kiss itu kan bibir ketemu bibir, kenapa harus itu? Kenapa gak bibir ke kening, bibir ke pipi, hidung ke hidung atau yang lain?"

"serius kita mau bahas ini?"

"serius, aku butuh tanggung jawab kamu Ve.." tatap ku. Ia menatap ku kembali. Ia memeluk cepat. Mendekap ku dalam kehangatan vanila yang menyeruak dari tubuhnya. Menghangatkan tubuh ku seketika.

"Ve..?"

"Diem. Jangan banyak bicara." Balasnya. Aku tersenyum kegirangan dan memeluknya erat.

"Ciuman dari bibir ke bibir itu beda maknanya. Ketika seseorang bicara tentang bagaimana perasaannya, mungkin orang yang dicintainya tidak mengerti maksud dari perasaan itu." Kataku masih dalam dekapnya

"nal, serius mau bahas ini?" dekapnya semakin erat.

"dan saat kata tak pernah dimengerti maksudnya, bibir yang tadinya Cuma untuk berbicara, menjadi alat untuk sampaikan rasa. Bukan untuk membungkamnya, tapi sebagai tanda untuk menyadarkan, mungkin perasaan itu juga sama." Dekapku.

"ngawur deh kamu nal.." kata Ve sambil melepas pelukannya.

"dan kamu Ve.." tatapku

"kamu sudah menyadarkan ku tentang perasaan ku."

Temani... temani aku.. temani.. bila nanti.. aku milik mu..

Tiba-tiba suara Hp Ve berbunyi. Ia langsung mencari hpnya dan pergi ke luar rumah. Menyisakan ku disini. Entah dia dengar apa tidak, aku harap perasaan ini tersampaikan dengan baik. Aku mengusap wajahku pelan. Mungkin aku terlalu terburu-buru. Tapi debaran jantung ku sudah lama tidak pada iramanya. Dan sejak ia menciumku, aku yakin dia punya perasaan yang sama. Apa itu Cuma harapku saja...?

"nal.. aku mesti kerumah sakit sekarang.." kata Ve bergegas mengambil jaketnya.

"siapa yang masuk rumah sakit Ve..?"

"kamu mau ikut atau gak?" tanya sambil mengenakannya.

"i..ikut!"

"cepetan siap-siap! Aku tunggu di mobil." Ia langsung berlari keluar pintu. Aku sempat menahannya dan bertanya hal yang sama.

"Kakak ku sadar nal."

***

Terimakasih telah membaca!

Kritik dan saran di kolom komentar~

see you on next Chap!



39!

GADIS FILOSOFITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang