Mimpi

80 0 1
                                    

Perlahan sinar matahari mulai menembus celah celah ventilasi rumah, berusaha memberi tahu sang empunya bahwa ini sudah siang dan harus mulai menjalankan apa yang harus dijalan Kan ..
Tapi yang empunya bahkan sedikit pun tidak ada niat untuk memulai hari dengan membuka mata ..
Ya pagi hari adalah hal yang paling Ari jauhi bahkan tidak inginkan terjadi lagi.
Karena dia lebih suka hidup dalam kehidupan mimpi dibandingkan kehidupan nyata yang bahkan tidak pernah bisa membuat dia merasa ada .
Papa yang sibuk kerja ,
Mama yang sibuk dengan karier nya,
Dan wanita Yaa wanita yang selama ini bersama nya tidak pernah menganggap dia ada ..

"Good Morning ariiiiiiiii"
"Ah siapa sih ini ??"
(Sambil menarik selimut tebal agar menutupi wajah dan seluruh tubuhnya)
"Aaaaa bangun dong"
"Apasihhh ?? Masih pagi juga"
"Ariii ayokkkkk"
(Winda masih berusaha saja untuk membangunkan temannya itu)
"Yaudah , kalau kamu nggak mau bangun, aku ngambek aja deh "
(Sambil berlagak pergi dari kamar )
(Ari dengan spontan berdiri. Setelah menyadari kalau yang membangunkan nya tadi adalah Winda )
"Ehhh, jangan pulang dong !!!"
"Ngapain bangun ? Bobo aja lagi sana"
(Sambil pura pura memanyunkan bibir nya yang imut itu)
"Tuan putri jangan marah dong , Kan Ari nggak tau yang datang itu tuan putri"
(Ari berusaha membujuk wanita pujaan nya itu)
"Yaudahh, gerak sana . Mandi cepat nggak pake lama Yaa "
"Yaa siap boss !!!"
(Sambil tangan menirukan gaya seperti seorang prajurit memberi salam kepada komandan nya )
(Winda hanya tersenyum saja melihat tingkah konyol teman nya itu )

Yaa sebenarnya Winda bisa lebih bahagia kalau hari hari nya bersama Ari , Yaa berdua bersama Ari saja !!!

Tiba tiba pintu kamar Ari diketuk ..
Bi Neti melongok Kan kepala nya
"Ya ampun bi, Winda Fikir siapa"
"Hehehe maaf non, cuma mau bilang sarapan nya Den Ari sudah siap"
"Iyaa bi, Ari nya masih mandi "
"Ya non, Bibi ke bawah dulu ya "
"Ya bi ,makasih"
(Bi Neti kembali menutup pintu kamar)

Nggak lama cuma sekitar lima belas menit berselang Ari sudah siap mandi .

"Lah elo kok udah selesai aja mandinya?"
"Yaa Emang kenapa ?"
"Lo mandi apa nyuci muka sih ? Cepet banget"
"Sengaja di Cepetin biar tuan putri nya nggak lama nungguin , Hehe"
(sambil cengengesan ngelap kepala yang masih basah itu )
"Ariiiiiii"
"Apasih tuan putri ???"
"Udah deh , gue bukan Kayak cewek cewek di kampus lo yang bisa lo gombal trus . Nggak ngaruh gue "
"Wopppp "
"Udah pake baju sana , masih handukan aja dari tadi depan gue kayak nggak ada malunya"
"Astagaaaa iyaaa ...."
(Ari pura pura kaget , padahal dia sadar dari tadi cuma handukan depan Winda )
"Yaudah , gue tunggu di bawah Yaa"
"Iyaa tuan putri ..."

Yaa begitulah Ari sama Winda sebenarnya punya nasib yang sama, sama sama anak tunggal dari pengusaha terkenal di Riau . Tapi sama sama kekurangan kasih sayang . Makanya Winda atau Ari lebih banyak ngabisin waktu berdua , Ntah itu dirumah Winda atau dirumah Ari .

"Dorrrrr"
(Winda yang kaget dikagetkan dari belakang dengan refleks langsung melayangkan tangannya memukul Ari)
"Awwww sakit bego !!!"
(Sambil meringis kesakitan , usap usap tangannya yang sebenarnya nggak sakit itu)
"Siapa suruh elo kagetin gue ???"
"Siapa marah ??"
"Ah tau deh , "
"Masih pagi tuan putri, jangan ngambekan trus "
(Sambil cubit pipi Winda dengan Gemes Nya )
"Udah ah , Yok sarapan "
"Nggak mau !!!"
"Kok nggak ??"
"Nggak mau kalau nggak disuapin"
"Gue ini Temen elo Ari , bukan cewek kampus yang alay itu"
"Cewek kampus mana ??"
"Iya cewek kampus yang sekalinya lo deketin langsung meleleh itu"
"Diem Diem lo merhatiin gue ya ??"
"Nggak ah ...."
"Cemburu ya elo? "
(Sambil natap mata Winda )
("Iya Ari gue cemburu" ucap Winda dalam hati )
"Nggak ah , siapa juga yang cemburu sama cowok Playboy kayak lo ??"
"Yaudahh deh "
"Yaudah apa ???"
"Ya Yaudah kalau nggak cemburu "
"Hmmmm"

Mereka berdua lalu makan sarapan yang di siapkan bi Neti dengan enggan , hanya agar satu sama lain bisa menutupi perasaan masing-masing .
Sebenarnya Ari dan Winda sama-sama saling suka ditambah lagi mereka sudah berteman sejak dari kecil dan setiap hari bareng-bareng terus , tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang berani mengungkapkan itu hanya karena takut persahabatan mereka hancur karena cinta .
Makanya mereka sama-sama saling menutupi perasaan tersebut .

"Udah yokkk "
"Ntar ah, males gue buru-buru"
"Arii ayokkkk "
(Winda merengek , biasanya dengan begitu Ari akan mengalah saja dan langsung mengiyakannya )
"Yaaaa Yaudah , ayok"
"Heheee yokkkk "
(Winda langsung berdiri )

Selama di perjalanan Ari lebih banyak melamun sambil nyetir , dan membayangkan seandainya wanita yang duduk di sebelah nya ini adalah kekasih nya bukan hanya sekedar sahabatnya .
Ari memang selalu saja berharap Winda bisa menjadi kekasih nya tapi dia tidak pernah berani mengungkapkan itu dengan serius terhadap Winda , ya hanya dengan lelucon lelucon nya sajalah dia berani . Dia hanya berharap suatu saat Winda sadar kalau yang selama ini dia ucapkan adalah kebenaran bukannya lelucon sama Seperti yang selalu Winda anggap .

"Riii"
"Ariiiiii"
"Eh Apasih lo, deket juga teriak-teriak"
"Ya habisnya di panggilin ulang-ulang nggak ngejawab"
"Ehh Iyaa ya ? "
"Iyaaa, mikirin apa sih lo?"
"Elo,!!!"
"Ehh , ha ?? "
"Ya mikirin lo ,"
"Gue ??"
"Iyaa , hubungan lo sama Tyo gimana?"
(Ari fokus melihat kedepan)
"Yaaa gitu-gitu aja"
"Gitu-gitu aja gimana maksud lo?"
"Yaa gitu Ri, biasa aja dia masih nggak ada jujur ke gue"
"Gue Hajar aja ya itu anak ?"
"Apasih lo ah ,,"
"Ya habisnya dia cuma nge deketin lo doang win, cuma nyakitin aja kerjaan nya"
"Ya tapi gue sayang Ri "
"Ah Yaudah deh terserah lo "

Winda cuma diam menunduk memainkan jari jari nya , Winda selalu melakukan itu kalau lagi bingung nggak Tau mau ngapain .

"Win.."
"Haa"
"Sampai kapan elo bertahan sama laki-laki brengsek itu ??"
"Nggak tau deh ,"
"Yaudah kalau nggak tau, berhenti aja"
"Gue nggak bisa Ri,"
"Kenapa ??"

Winda diam , nggak berani menjawab lagi . Dia tau Ari pasti makin marah kalau dia tetap beradu argumen tentang Tyo . Karena Winda tau Ari paling benci ke Tyo apalagi semenjak kejadian Kemaren itu . D

Kita apa Where stories live. Discover now