"Jadi, suhu udara sebelum hujan mendadak meningkat karena sedang terjadi proses pengubahan uap air menjadi air atau cairan yang merupakan salah satu contoh reaksi eksoterm yang mana reaksi tersebut menghasilkan panas atau kalor." Pak Gati menjelaskan materi kepada murid – muridnya.
Tak beda dengan apa yang ia terangkan, suasana siang hari pukul 11 itu memang sedang panas. Memaksa badan basah oleh keringat. Jika suasana sudah begitu, buku pun laris menjadi jasa pengurang rasa gerah.
Pak Gati terus mengeluarkan suara dengan lantang, ia berusaha mengambil perhatian para siswa. Namun untuk hari itu, ada suatu hal yang menjadikan fokus siswa di kelas dua belas IPA 5 menjadi terbagi. Memang benar yang mereka pandang adalah arah depan, tapi sesekali lirikan mata mereka tertuju pada seorang siswa yang sedang berdiri di samping kanan papan tulis dengan mengangkat satu kaki. Siswa itu sedang menjalani masa hukuman.
Dia adalah Mika.
Mika merasa hari itu adalah hari yang sangat buruk, tapi juga sangat baik.
***
Mika berjalan memasuki kelas dengan menyeret sebelah kakinya. Kaki kirinya terluka akibat benturan dengan batu kecil sewaktu di taman tadi.
"Mika, Kamu kenapa?" Tanya Annie sambil membelaikan tangannya pada pipi Mika. Annie tampak khawatir.
Mika menggeleng.
"Cerita dong!" Annie mulai merayu gadis itu.
"Enggak apa – apa kok An. Tadi waktu ke kelas aku jatuh, terus ke UKS deh. Maaf ya udah buat Kamu khawatir."
"Ya ampun. Cepet sembuh ya."
Annie terus terlihat sedih.
"An udah dong jangan sedih lagi."
"Gimana Aku enggak sedih. Kamu sakit, terus Aza enggak bawa buku tugas kimia. Padahal Pak Gati kan garang banget."
"Aza nggak bawa buku tugas?"
"Aku pengen minjemin, tapi Aku juga takut sama Pak Gati."
"Nih pinjem buku ku aja. Buku mu kasihin ke Aza." Lalu Mika mengerluarkan bukunya.
"Lah Kamu gimana? Kan setelah kelas Aza, Pak Gati langsung ke kelas sini."
"Udah enggak apa – apa. Sana kasihin sekarang buku mu."
Annie segera pergi ke kelas Aza.
Sedangkan Mika, tetap duduk menikmati sakit di lutut juga dadanya yang terasa sesak. Entah apa yang sedang ia rencakan. Ia tak peduli jika harus membuat dadanya semakin sesak, jika itu bisa membuat sahabatnya bahagia.
Beberapa menit kemudian pelajaran di mulai. Jam pertama dan kedua adalah matematika. Siswa kelas dua belas IPA 5 menjalaninya dengan lancar. Lalu jam ketiga adalah pelajaran yang paling menegangkan. Dengan guru yang garang dan cara mengajarnya yang lantang tapi tidak dapat dimengerti, Pak Gati. Beliau adalah guru yang tepat waktu. Setelah bel pergantian berbunyi, Pak Gati langsung keluar kelas dan menuju kelas berikutnya dengan langkahnya yang cepat.
Kebiasaan lain yang dimiliki Pak Gati adalah memeriksa buku tugas setiap siswa sebelum memulai pelajaran.
Dengan badan tegap, Pak Gati memanggil satu persatu nama siswa dan memintanya untuk maju ke mejanya dengan membawa buku.
"Mika Akama." Hingga tiba giliran Mika untuk maju dengan bukunya.
Mika maju dengan tangan kosong. Semua mata tertuju padanya. Kebanyakan dari teman – temannya melongo tidak berkedip menatapnya. Dan Pak Gati menatap Mika dengan tatapan yang tajam.
"Maaf Pak. Saya lupa membawa buku." Ujar Mika sambil menundukkan kepalanya.
"Berdiri di sana! Dan angkat sebelah kaki mu, sekarang! Sampai pelajaran Saya selesai." Pak Gati memerintah Mika.
Mika hanya bisa menurutinya. Ia tak berani melawan. Meskipun kini kakinya juga sedang sakit, ia tetap menerima hukuman itu.
Aza, kaki ku sangat sakit dan pegal. Bisakah nanti aku pulang bersamamu?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Manismu
Short Story"Nanti kalo udah gede, Aku gak mau pacaran. Sebelum kamu punya pacar." Itu adalah impian mereka di masa SD, sembilan tahun yang lalu. Impian lama dua bocah lugu yang kini sudah menginjak usia remaja. Mungkin keduanya sudah saling melupa dengan impia...