Naya terdiam. Ia menatap ke sekelilingnya meneliti. Banyak barang-barang mewah yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Termaksud gaun yang kini melekat di tubuhnya. Gaun dengan kualitas kain yang sangat baik yang hanya di pakai para bangsawan saja. Naya dapat mengetahui kualitas baju hanya dengan menyentuh kainnya. Dulu ia pernah bekerja di tempat penjualan kain. Banyak model kain yang pernah ia lihat. Jadi, sangat mudah untuknya mengenali kualitas pakaian yang kini melekat di badannya."Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa aku berada di tempat ini? Siapa sebenarnya Tuan Ervin? Apa benar ia seorang Putra Mahkota?" pertanyaan beruntun yang hanya bisa ia gumamkan sendiri membuatnya frustasi. Ia menatap cermin di depannya. Melihat pantulan dirinya yang terlihat sangat cantik. Riasan tipis dan berbagai perhiasan membuatnya terlihat berbeda. Para dayang memuji keindahan kulitnya yang sangat lembut membuat Naya tersenyum malu. Bahkan mereka mengatakan kulitnya seperti kulit para bangsawan bahkan menyamakan dengan para Dewi.
Lucu bukan? Bagaimana gadis biasa seperti dirinya disamakan dengan para Dewi yang agung. Mereka memeiliki kehidupan yang sempurna untuk menjadi Dewi. Sementara ia? Ia hanya gadis tidak beruntung yang di buang kedua orangtuanya. Benar-benar malang.
"Maaf, Tuan Putri. Anda sudah di tunggu Yang Mulia Putra Mahkota di ruang makan," ujar salah satu dayang. Naya sempat terkejut dengan kehadiran dayang itu. Dayang Rumi, seorang dayang yang bertugas mengurus semua keperluan Putri Mahkota dari yang besar hingga terkecil. Putra Mahkota Ervin secara pribadi menugaskan dayang Rumi yang sangat ia percaya. Dayang yang telah mengabdi ratusan tahun sejak Putra Mahkota kecil adalah dayang kesayangan Putra Mahkota.
Naya mengangguk mengerti. Ia melangkahkan kakinya menuju ruangan yang di tujukkan dayang Rumi. Naya merasa tidak nyaman dengan pakaiannya itu. Biasanya ia hanya mengenakan pakaian yang sederhana.
"Silahkan!" dayang Rumi membuka sebuah pintu mempersilahkan Naya masuk. Naya terbelalak kagum dengan nuansa di dalamnya. Meja makan yang besar dengan desain emas di sekeliling ruangan itu, serta hidangan yang menggiurkan membuat Naya takjub bukan main. Di ujung meja Ervin telah duduk menanti kedatangannya.
"Sampai kapan kau akan menunjukkan wajah bodohmu itu?" tanya Ervin membuat Naya mencebik kesal. Ia melangkah mendekat ke arah Ervin dengan wajah kesalnya.
"Tuan apa anda tidak berlebihan? Mengapa aku mengenakan baju semewah ini? Aku tidak terbiasa memakainya!"
Ervin menatap penampilan Naya. Tidak ada yang aneh dari penampilan gadis itu. Lalu mengapa ia merajuk? Benar-benar aneh. "Kau cantik dengan pakaian itu."
Naya menghempaskan tangannya kesal. Bukan ucapan itu yang ingin di dengar olehnya. Ia hanya ingin tahu alasan ia berada di sini dan memakai pakaian itu.
"Aku sudah banyak mendengar kalimat itu, Tuan. Jadi, aku membutuhkan jawaban dari pertanyaanku bukan kalimat barusan." jelas Naya. Ervin yang mendengar penuturan gadis itu mengepalkan tangannya. Rasa marah kini memenuhi hati dan pikirannya. Membayangkan banyak laki-laki lain yang memuji Naya membuatnya geram.
"Diamlah dan duduk! Kau makanlah terlebih dahulu setelah itu dayang Rumi akan mengantarmu mengelilingi istana Rembulan ini. Kau di larang keluar dari istana ini tanpa seizinku!"
Naya menatap Ervin bingung, ia bergegas duduk namun pandangannya masih menyelidik, "Kenapa begitu?"
Ervin mendengus kesal. Tidak bisakah gadis di depannya ini hanya diam dan menuruti semua yang ia ucapkan.
"Kau akan tahu nanti, cepatlah makan!"
Pada akhirnya Naya mengalah dan memakan beberapa hidangan yang tersedia. Ervin benar-benar menyebalkan. Sikapnya yang mudah berubah-ubah membuat Naya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]
FantasiKehidupan yang tidak pernah baik membuat Naya memutuskan terjun ke dalam jurang yang sangat gelap dan menjijikan. Terlebih ada seorang laki-laki yang ingin melecehkannya kala itu membuat Naya memantapkan pilihannya untuk terjun dan mengakhiri semuan...