Naomi menatap serius pada deretan buku-buku pengantar yang baru saja dia pinjam dari perpustakaan, sesekali tanganya bergerak lincah menuliskan hal-hal penting dibukunya sambil memahami isi dari tulisan yang dia buat. Tugas akhir dikelas XII memang sangat melelahkan, banyak materi yang harus dia asah kembali dari kelas X hingga sekarang, tak lupa juga ujian praktikum yang sudah menghitung beberapa hari lagi didepan mata benar-benar membuatnya ingin segera beristirahat di kamar kostnya.
Naomi meletakkan pulpennya dan mulai melakukan gerakan ringan untuk mereganggkan ototnya yang sempat menegang. Melirik pada ponsel dan membaca pesan terakhir dari Veranda yang dia terima saat dia masih berjibaku dengan tugas-tugasnya didalam kelas yang sudah sepi.
JVer19 :
Hari ini aku pergi sama kak Kinal. Aku harap tugasmu sudah selesai. Aku merindukanmu Naomi.Naomi memijat pelipisnya yang mendadak pusing. Dia juga merindukan Veranda. Sudah 5 hari mereka tak bertemu karena kesibukan Naomi pada studinya dan kerjaannya yang tinggal 2 bulan lagi. Dia benar-benar memfokuskan diri pada waktu-waktu terakhirnya dikeluarga kecil itu sebelum mengalihkan seluruh fokusnya pada Veranda. Tanganya bergerak menyentuh kalung berbandul cincin yang sama seperti milik Veranda. Mengecup cincin itu membayangkan yang dia cium adalah Veranda. Benar kata Pidi Baiq di dalam novel karyanya. Rindu itu berat.
Sabar Ve, sebentar lagi kita akan bersama
Ddrrrtt...Ddrrrttt
Getaran dari ponselnya langsung membuat Naomi menegakkan tubuhnya. Tertulis nama Ayah di lookscreen membuatnya langsung mengangkat telfon.
"halo"
"......"
"Aliff kemana ? Tumben dia gak jalani tugas ?"
"......."
"baiklah. Aku akan kesana. Jangan lupa berikan nomor pemesan di ponselku yang satu lagi."
Naomi menutup ponselnya setelah mendapat tugas pengantaran barang hari ini. Terselip rasa bingung dalam hatinya mengenai Aliff yang sangat berbeda saat ini. Dan sebenarnya pengantaran hari ini adalah tugas Aliff tapi entah karena apa dia menolaknya dan menyuruh Naomi untuk mengantarkan paket narkoba kali ini.
Sementara itu Veranda terlihat duduk menyendiri dihalte bis dekat sekolah. Hari ini Shania tidak masuk sekolah, tak ada kabar yang berarti tentang ketidak hadirannya hari ini. Bahkan ponsel Shania tidak aktif sejak semalam membuatnya mendadak merasa cemas dengan keadaan Shania.
Tin...tin...
Suara klakson mobil dari arah berlawanan menarik perhatian Veranda. Senyumnya yang sempat luntur kembali terukir ketika melihat sang Kakak turun dari bagian pengemudi dengan pakaian santai tanpa atribut dinas kepolisiannya.
"hay adik kakak yang paling cantik" sapa Kinal saat Veranda berjalan mendekat kearahnya.
Bukannya membalas sapaan sang kakak, justru Veranda langsung memeluk tubuh tegap itu dengan erat. Dia merindukkan kakaknya. Kakak yang pernah berurusan dengan pihak sekolah saat SMP karena memukuli sekelompok siswa yang menggodanya hingga salah satu diantaranya koma selama seminggu. Kakak tertangguh dan tahan banting yang dimiliki Veranda, dan kakak tersayang yang dia miliki.
"aku kangen kakak"
Kinal terkekeh mendengarnya, dia juga merindukkan adik kecil yang selalu manja dihadapannya. Merindukan waktu indah yang mereka habiskan disaat Kinal sudah memakai seragam TK sedangkan Veranda masih belajar merangkak.
Kinal melonggarkan pelukan Veranda dan memasang senyum terbaiknya.
"hari ini waktu kakak untuk kamu. Kakak akan manjain adik kesayangan kakak yang satu ini"