Gabriel, Malaikat Pembawa Berita

165 36 2
                                    

"Berani-beraninya kau!" Zeus menggeram dan melayangkan tangannya ke wajah Hera.

"Dewi Hera!"

Helios, sebagai salah satu yang paling menyayangi Hera, langsung melupakan kenyataan bahwa lelaki di hadapannya sekarang adalah pemimpin Olymp dan dewa terkuat selain ibunya. Tanpa berpikir, ia melayangkan tinjunya kepada Zeus yang dengan mudah menahan tinjunya dan melemparkannya ke belakang.

"Helios!" Hera berteriak, khawatir kalau cucunya itu tersakiti. "Kau keterlaluan!"

Pancaran mata Zeus menunjukkan kemarahan yang begitu membara. "Aku keterlaluan? Bagaimana dengan dirimu yang membiarkan gadis itu pergi ke Dunia Tengah dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan!? Aku tidak akan semarah ini kalau ia menolak perjodohan antaranya dan Ares. Akan tetapi, melanggar perintah Dia?! Nyawanya menjadi taruhan!"

"Marah tak berarti kau boleh memperlakukan Helios seperti itu!" Hera berteriak membuat Zeus meringis. Sesuatu dalam dirinya berubah melihat Hera dengan wajah seperti itu. Sebagian dirinya menyesal telah menampar Hera dan memukul Helios, tapi sebagian dirinya yang lain terlalu angkuh untuk mengakui kesalahannya itu.

"Zeus! Zeus!" Semua orang mendapati Hermes berlari dengan tergesa-gesa.

"Apa?!"

"Gabriel! Malaikat itu membawa sebuah pesan!" balasnya dengan napas terengah-engah.

Untuk sesaat Zeus terdiam. Apa yang mungkin begitu penting sampai-sampai Gabriel, salah satu pemimpin ras Malaikat, datang sendiri untuk menyampaikan pesan ini? Dahulu, mungkin hal ini bersangkutan dengan Dia, tapi kenyataan Dia masih hidup hanya diketahui para Dewa Utama.

Zeus melirik Hera untuk sesaat, memar biru pada wajahnya sempat terlihat. Akan tetapi, keangkuhan menguasai Zeus dan ia pergi meninggalkan ruangan tersebut. Bahkan, menoleh kembali saja tidak. Namun, Hera mengerti jelas sifat suaminya. Zeus merasa bersalah, tapi malu mengakuinya.

"Kau baik-baik saja, Dewi Hera?" tanya Artemis sembari membantunya berdiri.

Hera mengangguk. "Apakah Helios baik-baik—?!"

Ucapan Hera terhenti melihat Helios memasang wajah marah yang sungguh mengerikan. Lelaki muda itu kemudian memukul retak tembok di belakangnya. "Sial!" Ia kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan.

"Ada apa dengannya?!" tanya Hera tak mengerti.

Fillix menghela napas. "Dewa Zeus tidak dengan serius menghajarnya dan ia sudah terpental sedemikian rupa, ia malu akan hal itu."

"Bagaimana kau tahu ia tidak serius?" tanya Aphrodite.

"Kami adalah lelaki, kami bisa mengetahui apakah musuh kami serius atau tidak," jawab Fillix sembari tersenyum lemah. "Aku harus mengejar Kakak dan menenangkannya sebelum ia membuat masalah lain. Permisi," ujar Fillix sembari membungkuk dan pergi meninggalkan ruangan itu juga.

Aphrozeina - Book I (remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang