Membaca kisah-kisah tertentu di Perjanjian Lama dalam Alkitab tentu sangat membuka imajinasi bagi pembacanya. Kita dibawa ke suatu latar tertentu, kejadian tertentu, konflik tertentu dan penyelesaian tertentu selayaknya kita membaca sebuah novel. Jika tidak ada konflik, tidak seru dan tidak menarik.
Begitu juga yang terjadi ketika saya membaca kisah tentang Daud, Nabal, dan Abigail. Ada suatu kisah yang menuju konflik dan sampai ke sebuah klimaks. Dan akhirnya terdapat sebuah penyelesaian.
Jika anda belum membacanya, saya sarankan anda untuk membacanya terlebih dahulu sebelum anda kembali melanjutkan membaca tulisan ini. Kisah mengenai Daud, Nabal dan Abigail terdapat dalam kitab 1 Samuel 25 : 2-44.
Baik saya lanjutkan.
Bukankah imajinasi kita mulai membayangkan kejadian ini terjadi di zaman itu, orang belum ada pekerjaan kantoran. Mereka harus mencari makanan mereka dengan beternak kambing domba, bercocok tanam, berperang, dll.
Daud ini sepertinya kehabisan bahan pangannya bersama dengan enam ratus orang yang mengikuti dia. Jadi dia berinisiatif untuk kasih makan anak-anak buahnya dengan menjaga kambing domba milik Nabal, seorang yang kaya raya. Bagi dia tidak berlebihan kalau Daud meminta makanan dari apa yang sudah dia kerjakan.
Nabal ini dia seperti orang-orang kebanyakan di zaman sekarang yang sifatnya individualistis juga. Tidak mau peduli sama orang lain yang tidak dikenal. Apakah orang lain itu membantu, ataukah terjadi sesuatu, dia tidak mau tahu. Dia harusnya bersyukur punya istri yang cantik dan bijak. Semua sudah dia miliki, tapi seorang yang minta makanan dia tidak pedulikan. Malah dikatakan bahwa dia memaki-maki orang suruhan Daud. Keterlaluan memang.
Daud ini juga tidak terima orang suruhannya dimaki-maki. Dia akan melakukan sesuatu yang dia anggap itu adil. Bersyukur Nabal dan orang-orang Nabal tidak jadi ditumpas Daud dan orang-orangnya karena Abigail dan kebijaksanaannya.
Dengan sebuah kerendah hatian, dan kebijaksanaan, seorang perempuan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Nabal, orang-orangnya Nabal dan juga nyawa Abigail sendiri. Dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu.
Peristiwa dimana Abigail berbicara dan menyerahkan apa yang dibutuhkan oleh Daud dan orang-orangnya, yaitu makanan, merupakan sebuah penyelesaian dari sebuah konflik yang sedang menuju klimaks.
Inti dari cerita ini, perkataan seseorang mampu menyulut amarah seseorang. Perkataan seseorang juga mampu meredam amarah seseorang. Manakah yang kita mau pilih? Perkataan Nabal atau Abigail?