Prolog

6.4K 136 33
                                    

             Aku Gadis. Lebih tepatnya Gadis Syadena. Usiaku sekarang menginjak 17 Tahun. Aku mempunyai Ibu yang sangat cantik dan baik serta Kakak lelaki yang usil, tapi aku tahu Kakak sayang sama aku. Dengan cara menjahiliku lah dia menunjukkan rasa sayangnya.

Tapi, entah kenapa saat usiaku menginjak 17 Tahun ini dan sebentar lagi 18 Tahun Kakakku mulai menjauh. Tidak ada keusilan lagi ketika dipagi hari. Tidak ada keusilan lagi ketika makan bertiga dengan Ibuku tentunya. Dan tidak ada keusilan lagi ketika malam harinya.

Jujur. Aku merindukan keusilan Kakakku. Sangat bahkan. Entahlah. Seharusnya aku biasa saja, bukannya ini hal bagus aku bisa tenang tanpa gangguan Kakakku, Gabriel.

Rindu ini. Aishh! Sangat tidak pantas. Andai saja, rindu ini seperti rindu yang dirasakan oleh Adik ke Kakaknya. Tapi aku tidak, rindu ini seperti rindu yang dirasakan oleh sepasang kekasih. Aku tidak boleh merasa seperti ini. Rasa yang seharusnya tidak ku rasakan.

Ini karena Kakak, setiap hari mengusiliku. Dan akhir-akhir ini? Dia seperti debu yang beterbangan karena angin. Angin? Ah yah, pasti karena masalah Kakakku tidak mengusiliku lagi.

Kenapa rasa penasaran ini terus saja menghinggap dikepalaku. Tidak bisakah aku tidak memikirkannya. Ya Tuhan. Apa yang harus ku lakukan sekarang. Mencari tahu kah? Atau langsung saja menanyakannya? Bodoh. Seharusnya aku tidak memikirkannya. Itu kan masalahnya.

-Gadis Syadena

              Aku Gabriel. Kakak dari Gadis. Aku tidak pantas disebut Kakak. Bisa-bisanya Kakak memikirkan hal-hal mesum kepada Adiknya sendiri. Apa yang ku pikirkan sampai pikiran mesum itu datang saat usianya menginjak 17 Tahun. Aku terus memikirkan tubuh moleknya dari balik kain tipisnya, yah baju tipis tapi aku tidak bisa menyebutnya baju. Bagaimana tidak. Dia selalu saja memakai baju transparan itu.

Tanpa dia sadari dia membangunkan sisi gelapku. Gelap? Ah, jahat lebih tepatnya. Tanpa Ibu dan Adikku ketahui aku pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita. Yah, seperti hubungan One night stand, mungkin.

Tapi setelah Ayahku meninggal dunia, semua kebiasaan burukku ku tinggalkan. Aku juga tidak mau mengecewakan Ibu. Cukup ketika Ayah meninggal dunia saja Ibuku merasakan sakit hati. Aku tidak mau membuatnya menderita dengan kebiasaanku itu.

Tapi apa jadinya jika Adikku lah yang membangunkan sisi lain diriku. Bukan Alter ego atau semacamnya tapi kebiasaan dulu ku lah yang ku maksud.

Sanggupkah aku bertahan? Mengingat aku sering sekali menjahilinya. Tapi dia yang memulai semuanya. Huh. Sungguh menyusahkan sekali. Adikku? Oh Tuhan! Ampuni dosaku kali ini.

-Gabriel Arnatan

GadisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang