"Soal nomor 7 gimana si Rish? Kok gue gak nemu ya," Nesya terlihat lelah dengan soal-soal fisika yang ia kerjakan.
"Gue males Nes. Sumpah," jawab Harish sambil terus berfokus pada game di ponselnya.
"Lu ih, kita nih udah kelas 12. Serius dong. Ajarin gue, lo kan jago Rish, ayolah," rengek Nesya sukses mengalihkan fokus Harish dari ponselnya, dan Harish hanya tersenyum jail lalu menutup semua buku Nesya dan kembali bermain game.
"Sialan," umpat Nesya penat dengan kelakuaan Harish.
"Gini ya Nes, cuaca lagi bagus banget, anginnya asoy begini, dan kita udah jarang nongkrong di rooftop rumah lo karena jadwal les yang gila-gilaan. Dan malam ini lo masih mau belajar? Come on, gue bosen Nes," celoteh Harish yang hanya ditimpali dengan muka cemberut Nesya.
"Haddeh, lo kenapa sih Nes?" Harish frustasi dengan menjambak rambutnya sendiri melihat raut wajah Nesya.
"Lo jago semua hal Rish, gak masalah kalau lo gak belajar. Gue? Gue kurang semuanya."
"Gini deh. Lo udah susah payah berusaha dan kasih space dikit lah buat otak lo. Gue gak mau lo jadi gila, kan gue sayang," petuah Harish sambil menatap pada manik milik Nesya, dan sukses membuat Nesya salah tingkah.
"Ah resek lo Rish." Nesya tak kuasa menyembunyikan sirat merah jambu di kedua pipinya yang sudah pasti dilihat jelas oleh Harish sejak tadi, tak urung melepaskan pandangannya dari Nesya, Harish malah menjailinya dengan mendekatkan matanya pada wajah Nesya yang disambut dengan tamparan pelan oleh tangan hangat Nesya.
"Ngopi yuk!"ajak Nesya akhirnya.
***"Suasana kayak begini ni, yang dirindukan, miss you so much," teriak Harish sambil tidur di sofa tua yang ada di rooftop rumah Nesya.
"Kelakuan," nyinyir Nesya sambil memberi kopi milik Harish.
"Kopi instan mulu ya Nes, hehehehe."
"Lumayan tinggi loh rish dari sini ke bawah." Ini adalah ancaman Nesya yang maknanya tersirat, dan hanya Harish yang akan paham hal itu.
"Aww ampun kakak." Harish pun pura-pura takut padahal dia hanya senang saja menggoda Nesya yang selalu lucu untuk digoda.
"Mau dengerin lagu gak? Lagunya enak loh Nes."
"Let me be yours," ucap Nesya begitu saja tanpa sadar, tapi seketika Nesya merasa malu dengan ucapannya sendiri dan membenarkam ucapannya, "Maksudnya ya udah biarin gue jadi pendengar lo. Yuk buruan!"
Harish hanya tersenyum kecil menyaksikanNesya yang salah tingkah sendiri, "But i'm yours," ucap Harish tepat saat mata Nesya tak menatap yang lain, melainkan hanya menatap laki-laki di depannya, kemudian hanya alunan gitar dan suara Harish yang terdengar, membuat malam ini semakin ceriah dan menawan.
***"Eh Nes PR lu udah selesai?" begitu Nesya duduk di tempatnya, Billy langsung menanyakan PR Nesya tanpa basa-basi.
"Duh Billy yang sopan dong, tanyanya yang romantis," celetuk Anom yang tiba-tiba muncul. Dan hari ini Nesya memang sial.
"Unch, gimana dong Nom? Ajarin." Billy bermanja-manja.
"Nesya, jalan yuk!"Anom menggoda Nesya dan tatapan tajamnya tepat di mata hitam Nesya yang tak pernah takut Nesya memandang tajamnya mata Anom. Keduanya saling menatap, yang satu dengan tatapan amarah, dan yang satu dengan tatapan tajam yang sulit diartikan.
"Udah lu mau tatap-tatapan berdua? Ok gak apa-apa. Tapi, tugas lu mana Nes?"Billy cepat-cepat menginterupsi keduanya dan saling membuang muka.
"Gak ada." jawab Nesya galak. Setelah itu Billy sudah tidak berani mengganggu Nesya yang sedang marah itu, karena Billy tahu jika Nesya marah dan sedang bertemu Anom maka dia seperti ada di bom yang siap meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Broken Heart (Completed)
Novela JuvenilJika pengakuan adalah permainan, untuk apa Tuhan menciptakan harapan untuk dipercayai? --- Nesya dibuat menyadari cintanya kepada sahabatnya sendiri, tapi ketika Nesya benar-benar jatuh cinta, dia malah kehilangan sahabat sekaligus orang yang dicint...