Tujuh

189K 16.2K 1K
                                    

Aidan duduk di sofa ruang tamu sibuk dengan ponsel dalam genggamannya. Tubuhnya bersandar di sofa, membiarkan pahanya sebagai bantalan tidur untuk Angel yang tengah membaca makalah yang katanya akan dipresentasikan besok pagi. Sesekali Aidan mengusap dahi Angel yang tengah sibuk dengan makalahnya. Terkadang Angel kesal sendiri pada Aidan, disaat Angel mencoba fokus, Aidan selalu saja mengacaukan fokusnya.

"Aidan gak papa di rumah Angel? Aidan gak belajar?" tanya Angel.
Angel menatap ke atas, rahang tegas Aidan lah yang menjadi pemandangannya saat ini.

"Ini juga lagi belajar," sahut Aidan lalu meletakan ponsel di sampingnya. Kepalanya menunduk, menatap ke arah Angel yang tengah menatapnya.
Kerutan tercetak jelas di dahi Angel.

"Belajar? Belajar apa? Dari tadi Aidan main HP. Pantes aja nilai C terus, orang main HP aja bilangnya belajar," cibir Angel.

Angel sudah bosan menyuruh Aidan untuk belajar, mengingat nilai Aidan yang jarang sekali mendapatkan B. Namun, ribuan kali Angel menyuruh Aidan untuk belajar, Aidan tetap saja Aidan yang pemalas dalam hal belajar.

"Belajar buat jadi pacar yang baik buat Lo." Ucapan Aidan membuat wajah Angel memanas. Ia segera menutupi wajahnya dengan makalah yang ia pegang sebelum Aidan melihat semburat merah yang menghiasi wajahnya.

"Telat, gue udah liat" komentar Aidan. Memang benar Aidan tadi sudah melihat semburat merah di kedua pipi Angel.

"Apaan sih, Angel mau belajar. Aidan jangan ganggu, angel gak mau nilai Angel jelek gara-gara Aidan gangguin Angel terus." Mengabaikan rona merah di wajahnya, Angel mengalihkan perhatiannya kembali pada makalahnya.

Aidan menjatuhkan telapak tangannya di puncak kepala Angel, mengusapnya sebentar.
"Belajar yang bener, biar bisa ajarin anak kita nanti soalnya papanya gak sepintar mamanya. Lo urus anak-anak, biar gue ngurus uang buat keperluan kalian nanti," ujar Aidan membuat Angel memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Untung Aidan mengucapkan kata-katanya tanpa senyuman, jika dilengkapi dengan senyuman pasti Angel bisa sangat salah tingkah. Tanpa senyum saja mampu membuat Angel tak bisa berkata-kata apapun.

Aidan mengulas senyum tipis melihat angel yang sibuk sendiri dengan bibirnya. Bibir bawahnya terus digigit kuat-kuat.

"Kode?" Satu kata yang keluar dari bibir Aidan membuat Angel menganga. Ia mencoba mencerna makna kata yang terlontar dari bibir Aidan.

"Ehhhh--- mana ada, Aidan pekanya kebangetan. Ini bukan kode Dan. Cewek kalau lagi baper emang suka gigit-gigit bibir gitu. Kalau di kamar biasanya gigit-gigit sarung bantal," tutur Angel dengan wajah polosnya.
Selalu saja Angel berbicara seperti anak kecil yang begitu blak-blakan.

Aidan mengarahkan tangan kanannya ke arah Angel.
"Gigit tangan gue, lebih baik daripada Lo gigit bibir. Gigitan Lo di bibir buat gue nafsu," ujar Aidan jujur.

Angel segera meraih ibu jari Aidan. Menariknya dan langsung menggigit ibu jari Aidan kuat-kuat. Aidan diam saat Angel menyalurkan kebaperannya pada ibu jarinya. Lebih baik ibu jari Aidan yang digigit daripada Aidan harus menahan diri untuk tidak menyerang bibir Angel yang terus saja digigit oleh pemiliknya.

"Sakit Dan?" tanya Angel selepas puas menggigit ibu jari Aidan. Gelengan kepala Aidan menjawab pertanyaan Angel.

"Presentasi individu atau kelompok?" pertanyaan Aidan membuat Angel yang baru akan memulai kembali belajarnya, menghentikan kembali bacaannya.

"Kelompok, tapi anggota kelompok Angel katanya sibuk," sahut Angel.
Aidan memutar bola matanya dengan jengah. Dalam hati ia mengumpat. Tanpa Aidan beri tahu, Aidan sudah tahu jika Angelnya kini tengah dimanfaatkan oleh teman satu kelompoknya.

The Lady KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang