[27] I Don't Care

2.8K 481 43
                                    

"Lang, pulang sekolah jalan yuk?" ujar Nafwa dengan nada sedikit manja. Hari ini moodnya sedang bagus saat menyadari kalau Azura menepati janjinya. Gadis itu tampak menjaga jarak dengan Langit.

"Kemana?" Lain dengan Nafwa, Langit justru menampakan wajah tak terlalu berminat.

"Kemana aja, kalau perlu ajakin Kalan sekalian. Aku kangen sama dia." Satu hal yang ingin Nafwa lakukan adalah mencoba mencuri hati Kalan. Ia sudah bertekad akan mengakrabkan diri dengan bocah itu.

"Yaudah nanti aku jemput kamu." Senyum Nafwa seketika mengembang begitu mendengar ucapan Langit.

"Naf, mau ke kantin gak lo?" Dari depan kelas Azura berteriak. Di sampingnya ada Dion yang entah sedang mengotak-atik apa di ponselnya.

"Duluan aja Ra, entar gue nyusul bareng Langit!" Tak mau ambil pusing, Azura hanya menganggukkan kepalanya sebelum berlalu dari sana.

"Ra, gimana anak-anak dance?" Dion bertanya saat mereka berdua jalan berdampingan menuju kantin.

"Tenang aja Yon, semuanya beres. Kita udah siap buat tampil," jawab Azura bangga. Sebenarnya ia agak sedikit khawatir karena ia harus menjaga jarak dengan Langit. Ia takut hal tersebut akan mempengaruhi performanya nanti.

"Bagus-bagus."

"Kamu sendiri gimana? Lancar latihan nyanyi bareng Nafwanya?" Azura balik bertanya.

"Lancar sih, tapi kadang Nafwa suka bad mood tiba-tiba."

"Hehe maklumin aja namanya juga cewek." Azura terkekeh pelan. Dalam hati ia sudah membatin yakin kalau penyebab mood Nafwa memburuk akhir-akhir ini adalah karena kedekatan dirinya dengan Langit.

Keduanya pun duduk di meja yang sama dengan Bunga dan Tito. Lima menit kemudian Nafwa dan Langit bergabung dengan mereka.

"Eh Naf," panggil Bunga setelah menghabiskan semangkuk bakso yang ia beli.

"Kenapa?"

Bunga menyeruput minumnya terlebih dulu sebelum melanjutkan ucapannya. "Lo masih inget cowok yang kenalan sama lo pas ulang tahun Sonia waktu itu?"

Nafwa tersentak. Ia melotot pada Bunga agar tidak mengatakal hal yang bukan-bukan. Ia takut Langit salah paham padanya.

"Cowok siapa?" Bukan Langit yang bertanya, tapi justru Tito yang kini menatap keduanya penasaran.

"Oh itu ... Andri maksud lo?" jawab Nafwa sesantai mungkin. Azura yang duduk di sebelahnya hampir saja tersedak es batu saat mendengar nama Andri keluar dari mulut Nafwa.

Jangan-jangan si Andri lagi? Ah tapi masa sih. Azura membatin panik.

"Ah iya itu, Andri Casano!" seru Bunga membuat Azura refleks membulatkan kedua matanya. Langit yang duduk di sebrang Nafwa pun turut menoleh kepadanya.

Ah sial!

"Kenapa emang?"

"Nggak sih Naf, cuma ...,"

"Kalau lo mau minta nomor hpnya gue gak punya," sela Nafwa cepat, bahkan sebelum Bunga menyelesaikan ucapannya.

Bunga seketika mendesah kecewa.

"Tanya sama Sonia aja sih, dia pasti punya."

"Emang si Andri Andri itu lebih ganteng dari gue?" celetuk Tito. Ia tidak suka melihat Bunga menanyakan laki-laki lain di depannya.

"Jelaslah gantengan Andri. Lo mah gak ada apa-apanya."

Tito menjatuhkan rahangnya tak percaya. "Ih tega lo Bunga."

Aozora [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang