Hari itu, kelas jurusan Administrasi Perkantoran ada kegiatan mencatat pelajaran lewat papan tulis, sebagian yang rajin mengerjakan dan sisanya tidak. Walaupun guru tepat di depan, mereka nampak menghiraukan. Meski beberapa diam menaati tata krama yang ada terhadap seorang guru. Kericuhan tetap terdengar dari mulut murid, Seperti;
ANJ*NG PULPEN GUE RAIB!
WOI ITU PALA GEDE BANGET! NUNDUK SIH.
GURU LAK*AT, GAK JELAS TULISANNYA.
PINJEM PULPEN WEH, GAK USAH MERKI!
Bahkan posisi duduk menjadi sesuka hati, seperti dua meja untuk empat bahkan enam kursi. Kegiatan menulis jadi terlihat seperti orang kedinginan, meringkuk.
"KAKI NYA SIAPA SIH NIH, NJIR. GEGOYANG AJA!" Lirikan sengit hadir dari Nadiol untuk penghuni dua meja dan enam kursi. Nadiol dan Patil di ujung meja, sisi lainnya terdiri Zah, Jingga, Otun dan Ferari. Getaran berhenti saat ia sedikit menunduk melihat ke bawah meja.
"Bukan gue aja!" Seru Patil. Tipikal tidak mau disalahkan
"Ye siapa juga yang bilang lu," pekik Nadiol kemudian lanjut menulis.
Dan diantara mereka, hanya Jingga yang menahan tawa. Dialah pelakunya!
***
GESER-AN SIH GEDE BANGET DIH! GORBON!
GAK MUAT, BOD*H. CARI LAHAN LAIN SANA!
PALA LU BERAT BANGET SIH KAYAK DOSA LU!
DIH, GOB*OK. GAK NYADAR DIRI!
Itu teriakan jenis murid laknat yang mencari tempat yang nyaman untuk tidur bahkan dari jam sebelum bel masuk sekolah sudah ada murid pergi ke alam mimpi beserta aliran enzim lipase yang mengelilingi pipi chubby-nya.
"Demi apapun si Wanto ke sekolah numpang tidur mulu, pasti masa depannya sukses." Cibir Njenur diiringi tawa beserta juga kawanannya di meja belakang yang memang menjadi tempat bersemayamnya.
"Woi Pe! Lu mau mancing gak?" Sikut Iki dengan nada banyolnya yang mengocok perut. Juanis Prasejarah (bukan nama sebenarnya) yang punya nama panggilan Jupe, mengerti, lalu menanggapi pertanyaan Iki.
"Dimana?"
"Noh!" Menunjuk Wanto yang terlelap dengan mulut mangap memperlihatkan gigi kuning cerahnya.
Para cewek yang memperhatikan mereka pun ikut tertawa.
***
"Jangan geser-geser dong tangan lu, gak keliatan nih." Seru Alip, jangan salah Alip ini cewek lho! Dengan nama sebenarnya Alivia. Cewek satu ini punya sedikit gangguan pada penglihatan meski tempat duduknya termasuk paling depan.
"Yaelah gak catatan, nggak soal nyontek mulu!" Sungut Sanday masih dalam keadaan menulis, merasa ternistakan, Alip unjuk suara.
"B*go aja, sendirinya aja lagi nyalin punya Zah. Gob*ok." Mendengar itu cewek itu, Sanday, hanya menyengir bak kuda balap dengan mata menyipit bahkan hampir hilang.
***
Dilain hari, dimana tingkat kejahilan Jupe dan Iki meningkat. Jingga, cewek yang dijuluki preman dari mereka berdua, di usik, merasa diganggu Jingga yang sedang membaca novel hanya menoleh menunggu apa yang mereka lakukan selanjutnya. Sebelum jiwa premannya benar-benar keluar.
"Jing! Jing! Mau liat Zayn gak?" Tutur Iki beserta senyuman konyolnya. Keadaan kelas sama seperti biasanya, rusuh, riweh, dan ruwet. Namun para cewek tetap setia menunggu banyolan Jupe dan Iki meski terkadang garing.
Di sana, hari ini Wanto tak tidur karena kali ini ia kembali main Mobile Legend untuk kesekian kalinya.
Dengan hidup segan mati tak mau nya Jingga menanggapi pertanyaan mustahil Iki, meski dengan gerak tubuh ataupun raut muka yang menunjukkan pertanyaan 'mana?'
Ia menunjuk Jupe didepannya, "Zayn Malik,"
Menunjuk dirinya sendiri, "Zaynudin,"
Dan menunjuk Wanto dibelakang nya, sebagai;
"Zayncok,"Kemudian tawa pecah, hingga si preman Jingga kehilangan lemak perutnya beberapa ons.
BERSAMBUNG.
Ada bagian 2 nya lho. Cepetan VOTE! abis itu baca yang selanjutnya.
Semoga suka.
Vote! Vote!
Mei 12 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Story
Short Story"Cerita spontan dengan sedikit sentuhan komedi." Cerita ini bisa dibaca secara acak. #1 - shot 200818 #1 - oneshotstory 240618