"Astaga, Farah. Jangan bilang kalau kamu belum pulang sejak kemarin." Elie yang baru saja datang menatap temannya itu dengan tidak percaya. "kamu mau sakit lagi? Kamu pasti tidak tidur semalaman. Ayo pulang, istirahat."
"Tidak. Aku baik-baik saja, Elie."
Dengan reaksi sedikit berlebihan, Elie memegangi kedua pipi Farah demi menatap wajahnya dari dekat.
"Lihat dua matamu yang sayu itu. Kamu butuh mandi dan istirahat, Farah."
"Aku baik-baik saja."
"Jangan bandel! Ayo pulang!"
Jika Elie sudah seperti ini, Farah tidak punya pilihan lain selain pasrah dikomentarin dan disuruh macam-macam olehnya.
"Aku baik-baik saja. Lagipula, aku sedang menunggu hasil reaksi percobaan ini." katanya sembari menunjuk ke arah mesin percobaan yang berada di atas meja di sebelah mereka berdiri.
"Tidak. Kamu harus pulang. Sekarang. Biar nanti aku beri tahu hasilnya"
"Tapi ini.."
"Aku dan Mike yang akan menyelesaikannya. Kamu pulanglah sekarang."
"Tapi.."
"Kinaaaar!"
Farah menghela napasnya tanda menyerah.
"Baiklah, bawel." Ia lalu mengepak barang-barangnya, memasukkan jubah labnya ke wadah laundry di luar pintu, melepas sarung tangan karet dan membuangnya ke tong sampah khusus, sebelum akhirnya keluar menuju tempat parkir. Sampai di sana, Farah berdiri beberapa saat sambil memperhatikan sekitarnya. Dan ajaibnya, ia langsung bisa menemukan mobilnya kali ini.
"Wah." Gumamnya kagum pada keberuntungannya sendiri.
Sampai di dalam mobil, Farah merasakan perutnya berbunyi minta diberi makan. Dan hal pertama yang muncul ke dalam pikirannya adalah untuk singgah ke kafe Sendokopi. Dalam kepalanya, sudah tergambar jelas teh papermint hangat yang berdampingan dengan seporsi spaghetti carbonara favoritnya. Saking bersemangatnya, Farah menyetir mobil sambil bersiul.
Setelah memarkirkan kendaraannya di seberang jalan, Farah berjalan ke arah kafe. Terlihat sudah ada beberapa orang yang berada di sana sepagi ini, meski belum terlalu ramai. Sampai di dalam, Farah merasa heran sendiri, tiba-tiba ia mendapati dirinya tengah mencari keberadaan pria yang kemarin.
"Ah, mungkin ia belum datang, atau sedang berada di luar." Gumam Farah dalam hati sambil memikirkan pria yang kemarin membantunya membukakan pintu itu.
Lagipula, mengapa aku harus memikirkannya. Ia menggaruk dahinya sendiri dengan bingung.
Mungkin ini efek lapar.
"Selamat pagi." Sapa seorang pelayan perempuan bernama Nova yang bertugas menjadi kasir pagi ini.
Farah kaget sebentar melihat sapaan yang terlalu bersemangat, "selamat pagi." Ia tersenyum.
"Oh iya, kamu yang kemarin ulang tahun, ya?"
Farah mengerenyitkan dahinya. Ia sendiri baru ingat (lagi) kalau ternyata kemarin ia ulang tahun. Farah baru sadar, bukannya merayakan hari spesial itu, ia malah menghabiskan hari ulang tahunnya di dalam lab dengan segala percobaan-percobaannya yang masih gagal.
"Hei.." tanya si pelayan yang menatapnya dengan kebingungan.
"Eh iya, iya benar." Farah nyengir.
"Selamat ulang tahun, ya. Nah, sebagai hadiah dari kita, hari ini kamu boleh makan dan minum gratis. Kita traktir!"
"Wah, benaran?"