The Winter [III]

227 30 11
                                    

Malam natal, di Seoul.

Chorong masih dapat mengulas senyum tipis saat partisipan relawan lainnya mengucapkan selamat natal padanya dan salam perpisahan. Ia membungkuk berulang kali sebelum akhirnya benar-benar berpisah dengan beberapa orang terakhir yang bersinggungan jalan dengannya. Akhirnya, ia sendiri dan bisa berpikir matang-matang mengenai hal yang beberapa waktu lalu baru saja terjadi.

Hari ini adalah malam natal. Sesuai dengan jadwal yang sudah ia tandai sejak beberapa bulan sebelumnya, Chorong dan beberapa relawan peduli anak mengadakan acara natal bersama di sebuah panti asuhan di kawasan Seodaemun-gu. Sekaligus merayakan hari ulang tahun seorang anak panti yang bernama Han Yumi, yang telah Chorong persiapkan hadiahnya dari jauh-jauh hari dengan bantuan Myungsoo.

Lalu, mengenai Myungsoo... mereka telah berjanji untuk merayakan malam natal bersama setelah merayakan ulang tahun Yumi. Chorong mengiyakan ajakan Myungsoo karena ingin sekalian berterima kasih ke pada laki-laki itu yang telah membantunya membuat hadiah ulang tahun untuk Yumi. Rencananya, mereka akan makan di salah satu toko kue terkenal di Sinchon-dong karena Myungsoo ingin makan kue tart natal yang istimewa.

Tapi, mungkin angan itu tidak akan pernah terjadi...

Chorong meneteskan air mata pertama yang hangat di pipinya.

---

Flashback.

Beberapa jam sebelumnya.

“Noona, maafkan aku.”

Chorong mengerutkan kedua alisnya saat mencerna permintaan maaf Myungsoo yang terlalu tiba-tiba dan tidak beralasan. Apa yang salah? Pikirnya dalam kecamuk antara kekhawatiran dengan rasa penasaran.

Myungsoo menyerahkan sebuah totebag yang Chorong lihat berisi sebuah kado. Lalu, laki-laki itu berkata, “hadiah untuk Yumi dariku. Tolong sampaikan salamku padanya, juga permintaan maafku karena aku tidak bisa datang.”

“Kenapa?” Nafas Chorong tercekat saat bertanya. Sebenarnya, ia takut mendengar apapun jawaban yang akan Myungsoo lontarkan ke padanya.

Dan ketakutannya terjawab saat Myungsoo menunduk sambil mengaku, “Noona, aku menyukaimu.”

Ada jeda sepersekian detik sebelum akhirnya Chorong membuka mata lebih lebar demi memahami situasi baru yang sama sekali tidak pernah ia duga akan terjadi. Myungsoo balas melihatnya dengan ekspresi yang penuh dengan kesakitan. Tapi, mengapa? Dia tidak sedang ditolak. Chorong masih sempat memutar otaknya untuk menanggapi keabsurdan pengakuan itu, meski jawaban konkretnya sudah jelas terbersit dalam hatinya.

Antara iya atau tidak? Tentu saja...

“Maafkan aku. Aku tahu, perkataanku ini konyol dan egois. Aku telah menghancurkan hubungan persahabatan yang telah kita bangun selama dua tahun ini. Aku juga tahu, kita akan menjadi berbeda setelah aku mengungkapkan perasaanku. Maafkan aku, Noona.”

Chorong mendengar kesedihan yang berpadu dengan keputusasaan dalam siratan tiap kalimat yang Myungsoo tuturkan. Tapi, sekali lagi—mengapa?

“Myungsoo-ah, aku...”

“Kau tidak akan melihatku sebagaimana aku melihatmu. Dan jika kau tanya mengapa aku mengetahuinya... itu karena sebelum ini pun aku sudah bisa membaca sikapmu padaku,” Myungsoo tersenyum getir sebelum melanjutkan, “tidak lebih dari sikap seorang kakak terhadap adiknya.”

“Sebelum ini...?”

“Sebelum kau mulai membuka hatimu untuk orang lain.” Myungsoo menambahkan dengan ucapan singkat, menggantungkan sebuah makna berkonotasi implisit. Tersembunyi, namun tak ayal, Chorong langsung memahaminya.

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang