Serendipity : kejadian tak disengaja yang menyenangkan
---------------
Seorang gadis mengelap keningnya yang penuh peluh. Namun senyum tersembul dari wajahnya yang penuh peluh dan beberapa bercak tanah memenuhi lengannya. Ia merapikan rambut panjang hitam legam dengan hati-hati dan berdiri sambil melihat sekeliling.
"Kak Kirana, ini pohon terakhir" seorang teman memanggilnya dari kejauhan sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Yah pekerjaan kita selesai. Kalian boleh pulang untuk berjalan-jalan" seorang senior menyahut.
Kirana berbalik kearah temannya Lydia yang masih sedang membereskan pohon yang baru ia tanam.
"Mau kemana malam ini Lyd?" Tanya Kirana dengan polosnya terhadap wanita yang masih saja sibuk di depannya.
"Belanja kali ya. Kita udah seminggu di Shanghai...masa ngga belanja apa juga" Lydia akhirnya selesai dan berdiri. "Tapi aku ada janji loh dengan seorang teman, dia janji traktir aku" Lydia melanjutkan.
Dahi Kirana mengkerut. Ini adalah pengalaman pertamanya menjadi volunteer organisasi internasional dan pertama kalinya mengunjungi luar negeri. Ia sekarang berada di Shanghai untuk beberapa acara mewakili Indonesia pada acara volunteer internasional. Jujur ia merasa takut jika ditinggal di jalanan karena bahasa asing dan orang Tiongkok terkenal tidak bisa berbahasa Inggris.
"Oh begitu" Kirana menelan ludah. "Tapi aku ngga tau mau kemana jadi nanti aku ikut, boleh?" Mata Kirana agak memelas. Lydia menghela nafas. "Ok, tapi aku akan drop kamu di suatu tempat dan akan kujemput sejam kemudian ya"
Kirana ragu namun ia merasa tak punya pilihan dan mengangguk pelan.
Keduanya bergegas kembali ke kamar asrama dan bersiap. Kemudian diluar seorang temannya sudah menunggu. Lydia memeluknya dan memperkenalkan mereka berdua.
"Ini Ray, ia kebetulan ada disini juga" Lydia tersenyum. Lelaki tinggi itu mengulurkan tangan yang disambut dengan senyuman oleh Kirana. Milan bertubuh tinggi, kulitnya putih oriental.
"Saya Rayleigh. Panggil aja Ray. Saya sepupu Lydia, kebetulan lagi station disini" Lesung pipitnya segera menyembul di pipinya saat ia mulai tersenyum. Rahangnya tajam dan tatapan matanya hangat.
Langit Shanghai sudah menjadi gelap. Mereka akhirnya sampai di The Bund, area di sekeliling sungai Huangpu yang memecah Shanghai Lama bergaya kolonial Eropa dan Shanghai Baru yang memiliki gedung pencakar langit.
"Kirana, sorry aku akan drop kamu disini sama Milan. Ini ticket river cruise. Kamu naiknya dari sono. Nanti kujemput disini sejam lagi ya" Lydia segera memaksakan secercah kertas ke tangan Kirana dan berlari kecil menjauh darinya sambil melambai-lambai.
"Tapi-tapi...." Kirana mencoba protes namun Lydia sudah berlari menjauh. Ia hanya menghela nafas dan memaksakan diri untuk ke tempat yang ditunjukkan oleh Lydia. Milan hanya tersenyum saja melihat tingkah Lydia.
Kapal itu memiliki 2 tingkat, tingkat bawah dikelilingi kaca dan atasnya terbuka. Kirana perlahan menaiki tangga ke atas sambil memperhatikan sekitar. Di sekitarnya semua orang berbicara dengan bahasa-bahas berbeda. Sambil memegangi handphone Kirana berjalan ke arah pinggir kapal dan mencoba bersadar pada rel, namun sebelum ia sempat meraihnya kapal itu berjalan. Ia terlontar mundur dan menabrak Milan.
"Sorry" Kirana spontan meminta maaf. Pria itu hanya tersenyum.
"Ini pertama kali ke Shanghai?" Ia bertanya. Kirana menjawab dengan mengangguk.
"Kita ke depan yuk. Di depan pemandangannya lebih indah" Ray mengarahkan ke arah moncong depan kapal.
Kapal yang bergerak lambat akhirnya sampai di pertengahan The Bund dimana Shanghai Lama dan Shanghai baru beradu saling memperlihatkan keindahan masing-masing. Shanghai Lama memukau dengan gaya Eropa membuai pengunjung merasakan indahnya arsitektur Eropa sedangkan Shanghai Baru energik dengan lampu berkelap-kelip menghiasai hitam malam.
"Bagus?" Ray bertanya. Kirana mengangguk dengan bersemangat.
"Ini bagus banget. Sayang orang yang di sebelahku kamu ya." Ia bergumam sambil melihat kerlip Shanghai Tower.
"Kamu harusnya udah makasih loh saya temenin. Kok saya malah berasa diusir" Ray tertawa. Ia kemudian membiarkan Kirana menyerap semua kekagumannya dengan sesekali mencuri pandang diantara gemerlapnya lampu di sekitar mereka. Tanpa sadar ia tersenyum melihat wanita di depannya.
Setelah beberapa lama, kapal kembali merapat di tempat semula. Keduanya berjalan lambat sambil menunggu penumpang lain turun. Dari kejauhan Lydia terlihat melambai-lambai penuh semangat.
"Hai Kirana. I hope you enjoy the view!" Lydia dengan bersemangat menyambut. "Dan yang menemani juga" Lydia mencuri kedipan penuh arti ke Ray.
"Bagus banget Lyd" Kirana berbinar-binar.
"Ok ayo sekarang pulang" Lydia mengajak pulang. Ketiganya berjalan pelan sambil bercanda penuh gelak tawa kembali ke asrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA
Romance*Bahasa Indonesian Story "Perpisahan adalah hanya bagi insan yang melihat dengan mata dan raga. Karena jika cinta insan berasal dari hati dan jiwa, maka tidak akan terpisah selamanya" -- Rumi