12. Don't Touch!

8.8K 843 13
                                    


Tayrl melangkah mendekat ke arah Naya. Seketika ia menghentikan langkahnya dan menatap ke arah laki-laki yang telah berada di hadapan Naya.  Tayrl mengerutkan keningnya. Ia tahu siapa laki-laki itu. Ya, sangat tahu.

"Kau siapa?" Naya terpaku.  Ia menatap laki-laki tua di depannya.  Laki-laki yang kini memandangnya angkuh seraya menelitinya.  Merasa tidak nyaman, Naya memundurkan langkahnya dan menjauh dari laki-laki tua itu. Dayang Rumi yang melihat kehadiran laki-laki itu segera mendekat dan menarik Naya untuk pergi dari tempat itu segera.

"Lancang sekali!  Apa kau tidak tahu berhadapan dengan siapa?!" teriakan itu membuat Dayang Rumi dan juga Naya menghentikan langkahnya.  Naya menoleh ke belakang begitu pun Dayang Rumi. "Apa karena kau di pilih langsung oleh Putra Mahkota sehingga bersikap lancang kepadaku?"

"Maafkan hamba,  Tuan.  Hamba hanya menjalankan perintah Yang Mulia Putra Mahkota.  Bahkan,  anda seharusnya tidak di perbolehkan memasuki istana ini. Jadi,  bagaimana bisa anda masuk?" pertanyaan Dayang Rumi membuat laki-laki tua itu menggertakkan giginya geram.

"Aku Perdana Menteri Emerland! Apa kau lupa dengan statusku?!"

"Apa?  Anda Perdana Menteri? Ma-maafkan hamba,  Tuan!" Naya yang terkejut segera membungkukkan badannya.  Ia tidak tahu jika seseorang di depannya adalah Perdana Menteri.  Salah satu yang memiliki pengaruh besar di kerajaan Emerland.

Perdana Menteri tersenyum dingin.  Ia menatap Naya menyelidik.  Dengan berani,  Perdana Menteri melangkah mendekat ke arah Naya.  Dayang Rumi yang melihat hanya bisa was-was.  Ia sangat mengenal Perdana Menteri.  Jika terjadi apa-apa dengan Naya,  ia akan menjaga gadis itu meski nyawa taruhannya.

"Berhenti!  Siapa yang mengizinkanmu memasuki daerahku,  Perdana Menteri?"

Suara berat nan dingin memhuat langkah Perdana Menteri terhenti.  Semua yng berada di sana menatap ke asal suara.  Putra Mahkota Ervin ternyata.  Ia menatap tajam ke arah Perdana Menteri dan melangkah cepat mendekati Naya.  Ervin menarik Naya agar bersembunyi di balik badannya yang kekar.

"Putra Mahkota," sapa Perdana Menteri seraya membungkukkan badannya hormat.  Ervin tersenyum sinis.  Laki-laki di depannya ini benar-benar licik dn tidak tahu diri.

"Aku tidak butuh basa-basimu.  Pergi dari tempat ini dan jangan pernah menginjakkan kakimu di sini tanpa seizinku!  Aku telah membakar kaki tanganmu yang menjadi mata-mata di tempat ini.  Apa itu kurang untuk memperingatkanmu?  Ah,  atau aku harus membakarmu sekarang juga di tempat ini?!"

Aura hitam di sertai angin yang kencang menandakan kemarahan Ervin.  Ia menatap tajam Perdana Menteri yang  Masih terlihat santai.  Jika saja bukan karena peraturan yang ada di Emerland.  Sudah pasti Ervin membunuh Perdana Menteri saat ini juga.

"Saya hanya ingin melihat gadis yang anda bawa ke dalam istana ini. Apakah ia memang layak untuk memasuki istana yang agung ini atau tidak!"

"Diam!" 

Wush! 

Angin kencang menerpa Perdana Menteri, menghantam tubuhnya hingga terpental jauh. Naya yang melihat hanya bisa berpegangan erat ke sisi jembatan seraya menatap Ervin takut.

"Kau berani menentang keputusanku, berarti kau siap menanggung resikonya!"

Wush!

Ervin menghentakkan tangannya kasar dan seketika pedang panjang dengan gagang berbentuk naga keluar begitu saja. Naya yang melihat semua itu semakin mendelik takut. Tidak berbeda dengan Tayrl yang kini memilih bersembunyi dan menyaksikan pertarungan di depannya itu.

Perdana Menteri bangkit setelah tubuhnya terpental dan menghantam pepohonan besar. Ia tersenyum seraya mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Kau tidak dapat membunuhku, Putra Mahkota. Peraturan kerajaan tidak memperbolehkan adanya pertumpahan darah di dalam istana!" seru Perdana Menteri dengan sombongnya.

Devil Beside Me [END] [REUPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang