"Stop Cilla!" Kata seorang lelaki tampan yang mulai tak tenang dengan perilaku wanita dipangkuanya.
"Apa?" Tanya suara cantik dengan wajah polosnya.
Ekspresi itu berhasil membuat sosok laki-laki tampan itu ingin muntah sekarang juga. Padahal sarapan paginya tadi cukup lezat untuk disantap pagi hari tadi.
Tapi sekarang mendadak ingin memuntahkan segala isi makanan yang ia makan tadi pagi setelah kehadiran wanita cantik dihadapanya.
Muak?
Sudah pasti.Bosan?
Sangat.Lalu?
Terjebak."Keluar sekarang!" katanya dengan memundurkan kursinya, berniat agar Cilla turun dari pangkuanya.
Tapi??
"Zac.! Ayolah aku baru pulang dari Amrik. Apa kamu gak mau ninggalin pekerjaan kamu demi aku?" Katanya dengan tangan melingkar dileher Zac, dengan tubuh yang merapat.
tetapi tiba tiba hal tak terduga zac dengan sengaja menghempaskan tubuh Cilla.
Bugh.
Zac merapikan kemejanya dan mengambil jasnya yang tergeletak dengan naas disofa.
Ia melangkah pergi dari ruanganya."Zaaaaaaccccc" Teriakan frustasi dari mulut cantik itu terdengar mengusik telinganya. Dengan susah paya ia berdiri dari lantai ruangan Zac.
Zac?? Siapa??
Kekasih?
Entah!Tunangan.?
Bukan! Dan Zac tak pernah mengharapkan itu.Lalu?
Hanya tuhan yang tau.*****
"Bunda" Katakan ia gadis paling egois didunia ini. Ia satu-satunya gadis yang mengharapkan bundanya untuk tetap lemah.
Ingatkan dia bahwa ia pernah berucap bahwa ia lebih rela bundanya memukulnya dengan sapunya daripada harus menyaksikan bundanya dalam keadaan lemah diatas ranjang rumah sakit itu.
Tapi sekarang?
Ia bahkan melupakan kata-katanya waktu itu.Satu jam yang lalu dokter mengatakan bahwa bundanya berhasil melewati masa kritisnya setelah beberapa tahun yang lalu bundanya hanya mampu tidur tanpa bergerak.
Ia bahagia mendengar semua itu namun seketika ia merasa takut jika harus melihat kilatan marah dimata indah Bundanya.
Dan ini kali pertamananya ia melihat senyum diwajah cantik bundanya ketika ia sadar satu jam yang lalu.
Senyum itu memang bukan ditujukan untuknya. Tapi itu adalah hal yang membuatnya berdesir hanya dengan melihat senyum itu ada.
Pasalnya sepanjang usianya hingga saat ini ia tak pernah melihat senyum itu ada diantaranya.
'Tuhan, apa yang harus Billa lakukan. Billa lelah' Katanya dengan tubuh melorot hingga kelantai yang dingin itu.Bahunya bergetar.
Ia belum siap untuk bertemu bundanya. Ia ingin bisa memeluk bundanya seperti hari-hari yang lalu, ia jngin bisa mencium bundanya seperti hari-hari yang lalu pula ketika bundanya masih tak bertenaga."Nona. Are you oke?" Suara bass itu membuat jantung Billa berdetak seketika.
Ia kenal dengan suara itu. Ia tau siapa pemilik suara itu. Ia sangat tau siapa pemiliknya.
Namun kenapa tuhan mempersulit semuanya. Kenapa semua terlalu cepat untuknya. Ia belum siap untuk bertemu keduanya.
Ia berhenti menangis dan mencoba menetralkan jantungnya.Ia sungguh belum bisa memulai semuanya.
"Nona?" Katanya lagi ketika ia tak mendapat sahutan apapun dari Wanita dihadapanya."Billa, bangun sekarang. Cukup pura-puranya Billa" Katanya lagi dengan suara yang berbeda dari sebelumnya.
Billa kenal dari suara yang berubah itu.
Oke. Billa kalah kali ini.
Ia mengangkat kepalanya dari lipatan tanganya.Ia menatap sosok laki-laki tampan dihadapanya saat ini.
"Mau apa tuan kesini?" Katanya dengan nada ketus dan mencoba berdiri.
Zac membantu Billa berdiri, ia menghiraukan tatapan tidak sukanya dari Billa.
Zac menatap perut rata Billa. Tapi tunggu ada yang aneh dengan perut itu.
"Apa yang terjadi"
Billa menatap bingung lelaki tampan dihadapanya.
"Apa?" Tanyanya dengan wajah polosnya. Wajah cantik itu. Wajah yang 1 tahun ini mampu membuyarkan segalanya bagi Zac.
"Kenapa perutmu rata?" Billa mulai menegang. Okee ia tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Apa dia sudah lahir? Yaa aku pikir memang begitu! Dia perempuan? Atau laki-laki?" Tanya begitu antusias, tampak senyum indah yang mampu menambah ketampananya.
Billa mulai merasa bersalah. Pasalnya ia tak pernah berfikir bahwa lelaki dihadapanya mengharapkan seorang bayi darinya. Ia hanya berfikir bahwa lelaki dihadapanya hanya membayarnya dan keinginannya tercapai maka selesai.
Dangkal.?
Iya memang ia selalu berfikir dangkal.'Bagaimana ini tuhan. Anak itu sudah mati. Aku..Aku membunuhnya.' Ia berucap dalam hati. Air matanya mulai menetes.
Oke sekarang apa bedanya ia dengan bundanya dulu.
"BILLA. JAWAB AKU. DIMANA ANAK KU" Ucapnya dengan banyak kalimat yang ia tekankan.
"Maaf.." Ucapnya dengan terbata bata
"Kenapa meminta maaf? katakan sekarang dimana anakju?" Mata lelaki itu terus menajam , mengintinidasi wanitanya.
"Tuan, tapi saya tidak hamil" Jawabnya mencoba untuk berbohong
"Jangan mencoba membohongi ku Billa, kamu pikir aku tak memantaumu selama 1 tahun ini hah?" Ia bukan tipikal laki-laki yang mampu bersabar.
Dengan susah payah billa menalan salivanya.
"Kalau kau memang memantauku selama 1 tahun , harusnya kau tau dimana anakmu sekarang" Billa yakin setelah ini nyawanya akan benar-benar hilang
'Aisshhh ' billa merutuki kebodohanya kali ini.
"Katakan aku ingin mendengar sendiri dari mulut manismu ini, bahwa berita yg kudengar itu tidaklah benar" Lelaki yang berdiri didepanya dengan santainya mengeluarkan pistol dari sakunya , membuat billa semakin kesulitan untuk bernafas
"KATAKAN!!" Pelatuknya sdh ia pegang, pengarahkan pistol itu tepat didepan kepala Billa , dengan jelas ia melihat buliran air itu turun membasahi pipi mulus wanitanya
"Ak..kuu belum siap saat ituu, dan akku pikir tuan tak menginginkanya. "
Doorrr.....
"Aaackkkkk"
KAMU SEDANG MEMBACA
Billa (On Proses Revisi)
ChickLit(17+ MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN) Tubuh ringkihnya ditarik dengan paksa, tanganya diikat dikepala ranjang milik pria iblis ini . Billa semakin takut ketika lelaki tersebut mengeluarkan lilin kecil yang sengaja diletakkan di tengah-tengah miliknya...