6. Pegel

1.4K 354 112
                                    

Gak pegel sih, Kak. Tapi bisa bikin gue jantungan! Duh! Bundaaaaa...

"Bim, pokoknya lo harus cepet-cepet bergerak!" ujar Dimas geram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bim, pokoknya lo harus cepet-cepet bergerak!" ujar Dimas geram.

Bima menghembuskan asap rokok dari hidungnya. Mereka berempat sekarang sudah berada di dalam kamar Dimas. Semenjak mendengar kata-kata terakhir Mami tentang Dera membuat Dimas semakin merasa geram dengan Imam.

"Si Imam gerak cepet juga ya, gak nyangka gue dia udah ngajak balikan lagi," celetuk Bayu. "Gue kira dia bakal nunggu kita keluar dari sekolah dulu, baru dia ngajak Dera balikan, gak tahunya, licik juga."

"Bangsat emang tuh orang!" Dimas membanting batang rokok miliknya yang sudah tinggal sedikit ke atas lantai kamar. "Gak bisa gue ngeliat tuh bangsat deketin adek gue!!"

Dimas memang bukan tipe cowok yang hebat menutupi emosinya, melihat Imam yang masih berusaha mendekati Dera, membuat ia semakin geram. Rasanya Dimas ingin sekali turun ke bawah dan menghajar wajah cowok itu.

"Gue pengen lo cepet-cepet bergerak, Bim!" ujar Dimas lagi dengan emosi menggebu-gebu. "Dera bisa bahaya kalo kayak gini terus."

Sedari tadi Bima hanya menatap keluar jendela sambil menghisap rokoknya tanpa memperdulikan ucapan Dimas. Dari atas sana, ia bisa melihat Dera dan Imam yang sedang berbincang di bangku taman. Dera sesekali tersenyum karena candaan Imam. Hal itu tak pelak membuat Bima ikut tersenyum.

Cantik

"Bim, lo ngomong apa kek biar si kunyuk satu ini bisa tenang." Bayu menunjuk Dimas dengan rokok yang terselip di jari tangannya. "Heran gue dari tadi ngomel mulu."

Dimas mendelik kesal. "Lo gak akan tahu, karena Dera bukan adek lo!"

"Gue tahu maksud lo, tapi kita juga gak bisa gegabah, Dim. Lo mau semuanya kebongkar!"

Dimas berdecih. Ia mengusap wajahnya gusar. Tidak banyak yang bisa ia perbuat. Memang semuanya terlalu memusingkan.

"Bagi gue nomor hapenya Dera, Dim."

Dimas menoleh cepat ke arah Bima begitu pun dengan Bayu. Setelah hanya terdiam selama beberapa menit, akhirnya Bima bersuara juga.

"Siapa tahu gue perlu," lanjut Bima sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Nah gitu! Lo jangan mau kalah sama si kunyuk satu itu!" sambar Bayu semringah.

Sementara itu, Dimas masih merasa emosinya belum surut juga. Ia masih belum tenang jika Dera masih sering bertemu dengan Imam.

"Ngomong-ngomong, lo kenapa gak minta nomor Dera sama gue, Bim?" celetuk Daniel polos yang sontak membuat mereka bertiga langsung melemparkan tatapan ke arahnya.

"Lo emang punya?" tanya Bayu bingung.

"Punya dong, kemaren abis minta sama Dera," Jawab Daniel santai sambil asik memainkan game Mobile Legends di hapenya.

PERFECT BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang